Peduli Penghijauan, Polres Tulungagung Kembali Tanam 5.000 Pohon
Tulungagung, memorandum.co.id - Bertempat di Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) Telaga Buret, Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat, ribuan masyarakat bersama Kapolres Tulungagung AKBP Eva Guna Pandia beserta jajaran, Dandim 0807 Letkol Inf Wildan Bahtiar, Sekda Kabupaten Tulungagung Sukaji dan forkopimda lainnya, menanam 5 ribu pohon, Jumat (10/1). Aksi ini tidak hanya diikuti oleh pejabat daerah dan pecinta lingkungan saja. Namun, komunitas pencak silat dan pelajar di sekitar Telaga Buret juga ikut terlibat. Adapun area yang ditanami pohon yaitu seluas 22,5 hektare. Pandia mengatakan, aksi penanaman pohon kembali ini merupakan perintah pimpinan Polri secara serentak, sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat agar peduli terhadap lingkungan. "Terima kasih kepada semua pihak yang mendukung. Mulai dari forkopimda, hingga masyarakat pecinta lingkungan dan pelajar yang berpartisipasi," ucapnya. Lima ribu pohon yang ditanam serentak ini sebagian besar merupakan tanaman dengan batang kayu keras. Seperti pohon sengon, sukun, jambu biji, nangka, genitri hingga pohon mangir yang cukup langka. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan sumber air saat musim kemarau, sumber energi dan sumber oksigen bagi makhluk hidup. "Selain itu agar satwa yang ada di sini juga ikut terjaga. Ada rusa asli Buret, kera, dan beberapa satwa lainnya. Ini sekaligus menyelamatkan sumber mata air yang sejak dulu memenuhi kebutuhan warga di empat desa sekitar sini," tutur Pandia. Pandia menjelaskan, hutan yang tidak dirawat akan menjadi bencana bagi kehidupan, berpotensi bencana longsor saat musim hujan, dan kekeringan ketika kemarau. Maka tak heran perlindungan hutan dengan gerakan menanam pohon seperti ini perlu dilakukan oleh semua pihak. Sehingga 15 atau 20 tahun lagi, manfaatnya akan bisa dirasakan oleh generasi mendatang. "Jangan berfikir hutan ini warisan nenek moyang. Tapi sebaliknya, hutan ini titipan anak cucu. Dan kita wajib merawatnya," ungkap Pandia. Pihaknya berharap, masyarakat sekitar Telaga Buret tidak alergi menanam pohon-pohonan. Sebab masih ada paradigma, tanaman pohon kayu mengganggu tanaman produktif dalam sistem tumpang sari. Padahal paradigma seperti itu kurang tepat dan harus diluruskan. "Ada anggapan tanaman pohon ini mengganggu tanaman produktif dalam tumpang sari. Justru sebaliknya, keberadaan pohon kayu malah menguntungkan," jelasnya. Sementara itu Sekda Pemkab Tulungagung Sukaji menambahkan, selain di sekitar Telaga Buret, masih ada 200-an sumber air di Kota Marmer yang dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Sehingga dalam waktu dekat ini, pihaknya juga akan melakukan penghijauan di lokasi-lokasi itu. "Masih ada 200 sumber mata air di Tulungagung, tentu akan kita lakukan penghijauan juga di lokasi tersebut," ujarnya. (fir/mad/fer)
Sumber: