Satu per Satu Kain yang Melekat di Tubuh Dilemparkan
Yuli Setyo Budi, Surabaya Ibra (51), bukan nama sebenarnya) tidak menyangka menjelang hari tuanya bakal seperti ini: terbentur masalah memalukan! Istrinya, sebut saja Nurul (40), jadi bulan-bulanan masyarakat. Nurul digelandang puluhan warga karena tepergok sekamar dengan pemuda yang indekos di rumah pasangan suami-istri Ibra dan Nurul di kawasan Surabaya Barat. Mereka digiring ke balai RW untuk disidang. “Siapa yang tidak malu memiliki istri seperti itu,” kata Ibra di warung sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, belum lama ini. Saat itu Ibra sedang menunggu kantor PA buka. Hari memang masih terlalu pagi. Waktu itu Memorandum kebetulan mampir PA setelah mengambil motor dari kantor dekat gedung yang memproduksi duda dan janda itu. Ibra sepertinya senang bertemu teman ngobrol dan melanjutkan curhatnya. Kata dia, itu bukan ulah pertama istrinya. Wanita berbintang Virgo tersebut sudah beberapa kali diketahui berbuat tidak senonoh dengan penghuni kos yang diberi papan nama Kos-kosan Milenial itu. Hanya karena menghormati Ibra yang aktif sebagai takmir musala dan ringan tangan membantu kesusahan-kesusahan tetangga, masyarakat sungkan bertindak semena-mena terhadap Nurul yang mencoreng nama baik kampung. Namun setelah kesalahan serupa dilakukan berulang-ulang, warga mengancam: Nurul bakal dikenai hukum adat kampung bila kembali tepergok berbuat mesum dengan penghuni kos. Kali pertama ulah Nurul diungkap seorang penghuni kos yang dekat dengan Ibra. Sebut saja namanya Gondam. Menurut pemuda asal Ponorogo tersebut, Nurul sering keluar-masuk kamar tetangga yang ditempati Sukoto. Curiga, suatu saat Gondam mengintip apa yang terjadi di kamar Sukoto setelah Nurul diam-diam masuk pada waktu-waktu mencurigakan. Melalui jendela krepyak yang kacanya sedikit diungkit, Gondam menyibak kelambu kamar tersebut. Apa yang terlihat? Masya Allah… Sukoto sedang mempreteli busana Nurul. Satu per satu kain yang melekat di tubuhnya dilemparkan. Ada yang tersangkut di kipas angin, ada yang mendarat di atas lemari plastik, ada yang nyemplung di gelas kopi, bahkan ada yang nyaris menutupi pandangan Gondam karena nyangkut di kaca nako. Apa yang terjadi selanjutnya tak diketahui Gondam karena pemuda lugu ini segera masuk kamarnya sendiri dan ngumpet di bawah selimut. Tubuhnya basah oleh kucuran keringat. Kaki gemetaran. Fakta itu disimpan sendiri. Tidak diungkapkan kepada siapa pun. Namun, lama-kelamaan rupanya dada Gondam mulai sesak. Sebab, pemandangan serupa hampir setiap hari terulang. Maka, setelah mengumpulkan keberanian dan mencari waktu yang tepat, Gondam melaporkan kejadian ini kepada Ibra. Bagaimana respons Ibra? “Aku langsung marah ke Nurul. Kudamprat dia habis-habisan. Tapi, istriku itu menanggapi kemarahanku dengan santai. Dia sama sekali tidak mengaku,” kata Ibra. Nurul bahkan menuduh Gondam sengaja menyebarluaskan cerita seperti ini karena sakit hati. Rupanya dia iri terhadap Sukoto dan mangkel karena pernah didamprat Nurul. “Dia itu sirik Mbreng (sebutan asli Nurul untuk Ibra, red),” kata Ibra menirukan ucapan istrinya. Diakui Nurul pada suatu malam memang pernah masuk kamar Sukoto. Bukan untuk apa-apa, melainkan mengantarkan obat karena dia dengar pemuda asli Malang itu sedang terserang flu berat. “Aku memang sempat memegang dahi Mas Koto. Panas,” kata Ibra, kembali mengulang ucapan Nurul. (bersambung)
Sumber: