Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (6-habis)
Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah--
Pertemuan dan Perpisahan adalah Fitrah
Dengan penuh kesantunan Kak Erfan meneruskan kata-katanya.
Dia yakin bahwa aku menerima pinangannya karena terpaksa. Dia juga mempelajari sikapku saat di pelaminan.
Kak Erfan merasakan betapa sedihnya hatiku saat bersanding di pelaminan bersama dia.
Lantas, haruskah dia egois dengan mengabaikan apa yang kurasakan saat itu?
Sementara tanpa mempedulikan perasaanku, Kak Erfan menunaikan kewajiban sebagai suami di malam pertama.
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (5)
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (4)
Sementara, aku mematung dengan deraian air mata karena terpaksa melayaninya?
“Kau istriku Dek, sekali lagi kau istriku. Kau tahu, Kakak sangat mencintaimu. Kakak akan menunaikan semua itu manakala di hatimu telah ada cinta untuk Kakak.
Agar kau tidak merasa diperkosa hak-hakmu.
Agar kau bisa menikmati apa yang kita lakukan bersama.
Alhamdulillah apabila hari ini kau telah mencintai Kakak.
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (3)
Kakak juga merasa bersyukur bila kau telah melupakan mantan kekasihmu itu.
Beberapa hari ini Kakak perhatikan kau juga telah menggunakan busana muslimah yang syar’i.
Pinta Kakak kepadamu Dek, luruskan niatmu, kalau kemarin kau mengenakan busana itu untuk menyenangkan hati Kakak semata, maka sekarang luruskan niatmu.
Niatkan semua itu untuk Allah ta’ala, selanjutnya bari untuk Kakak.”
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (2)
Mendengar semua itu, aku memeluk suamiku.
Aku merasa bahwa dia adalah lelaki terbaik yang pernah kujumpai selama hidupku.
Aku bahkan telah melupakan Andi.
Aku merasa bahwa malam itu aku adalah wanita yang paling bahagia di dunia.
Sebab, meski dalam keadaan sakit, untuk kali pertama Kak Erfan mendatangiku sebagai seorang suami.
Hari-hari kami lalui dengan bahagia.
Kak Erfan begitu sangat kharismatik.
Terkadang dia seperti seorang kakak buatku, terkadang seperti orang tua.
Darinya aku banyak belajar banyak hal.
Perlahan aku mulai meluruskan niatku dengan menggunakan busana yang syar’i, semata-mata karena Allah dan untuk menyenangkan hati suami.
Sebulan setelah malam itu, dalam rahimku telah tumbuh benih-benih cinta kami berdua.
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (1)
Alhamdulillah, aku sangat bahagia bersuamikan dia. Darinya aku belajar banyak tentang agama.
Hari demi hari kami lalui dengan kebahagiaan.
Ternyata dia mencintaiku lebih dari apa yang aku bayangkan.
Dulu aku hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan menolak pinangannya.
Aku pikir kebahagiaan itu akan berlangsung lama di antara kami, setelah lahir Abdurrahman, hasil cinta kami berdua.
Di akhir 2013, Kak Erfan kecelakaan dan usianya tidak panjang. Kak Erfan meninggal sehari setelah kecelakaan tersebut.
Aku sangat kehilangan.
Aku seperti kehilangan penopang hidup.
Aku kehilangan kekasihku.
Aku kehilangan murobbi-ku, aku kehilangan suamiku.
Tidak pernah terbayangkan bahwa kebahagiaan bersamanya begitu singkat.
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (1)
Yang tidak pernah aku lupakan di akhir kehidupannya Kak Erfan, dia masih sempat menasehatkan sesuatu padaku, “Dek, pertemuan dan perpisahan itu fitrahnya kehidupan.
Kalau ternyata kita berpisah besok atau lusa, Kakak minta kepadamu, jaga Abdurrahman dengan baik.
BACA JUGA:Menjalani Takdir Cinta di Serambi Makkah (4)
Jadikan dia sebagai mujahid yang senantiasa membela agama.
Senantiasa menjadi yang terbaik untuk umat. Didik dia dengan baik Dek, jangan sia-siakan dia.” (jos, habis)
Sumber: