Cinta Sambungan Duda Beranak Dua (3-habis)

Cinta Sambungan Duda Beranak Dua (3-habis)

--

Senyaman Berumah Tangga dengan Istri Pertama

 

Diakui Hayong, hidup serumah dengan Linda memang menimbulkan kenyamanan. Tidak jauh berbeda dengan suasana bersama istri pertamanya yang meninggal karena kecelakaan.

 

Hayong meresa cocok dengan Linda. Dia merasakan perempuan tersebut adalah kembaran istri pertamanya. Hampir semuanya 11 : 12. Sikapnya, gaya bicaranya, hobinya, dll dsb dst. Hanya wajah mereka yang sangat berbeda. Linda lebih cantik dari istri pertamanya, tapi istri pertamanya jauh lebih manis.

 

“Sekarang saya bingung. Haruskah saya menepati menceraikan Linda.”

 

Sebagai lelaki sejati, dia merasa bertanggung jawab harus “mengembalikan” Linda kepada Sugeng seperti perjanjian semula. Dia tidak mungkin ingkar janji. Meski tidak tertulis, janji itu diucapkan dua lelaki yang terhormat.

 

“Tapi ini bukan perjanjian titip-menitip barang. Ini soal perasaan. Aku menolak diceraika,” kata Hayong menirukan ucapan Linda sesaat sebelum dia berangkat ke kantor pengacara.

 

“Sekarang keputusan berada di tangan kita,” tegas Linda.

 

“Lantas bagaimana janjiku ke Sugeng?” tanya Hayong kepada Linda, minta pertimbangan.

 

“Mas Sugeng memang pernah menjadi suamiku. Tapi kami sudah bercerai. Jadi, sudah tidak ada urusan antara aku dengan kita,” kata Linda memberi dorongan.

 

“Baiklah. Akan kupikirkan,” kata Hayong.

 

Sudah lebih dari seminggu perbincangan Hayong dengan Linda itu berlalu. Hayong belum mengambil keputusan. Dia merasa berdiri di simpang empat. Tidak tahu harus ke mana melangkahkan kaki.

 

Hingga suatu pagi Hayong keluar rumah tanpa tahu arah. Pokoknya melangkah. Naik motor. Belok kanan. Belok kiri. Serong. Lurus. Berhenti di lampu stopan. Begitu seterusnya.

 

Sampai tanpa terasa motornya berhenti di kantor pengacara dekat gedung PA, Jalan Ketintang. Hayong turun dari motor, masuk, dan duduk bersama para tamu di ruang tunggu. Berbagai pikiran bersliweran.

 

Suara Linda. Suara anak-anak, dan suara Sugeng bersliweran. Semua saling menyeruak berebut masuk telinga. Hayong bingung. Terakhir terdengar rintihan anaknya saat sakit, sekitar dua minggu lalu.

Sumber: