Pantai Melayu

Pantai Melayu

ADA waktu dua jam. Senam dansa di halaman kelenteng Pek Kong selesai pukul 07.00. Jadwal ferry ke Singapura pukul 10.00. "Kita ke Pulau Rempang," kata saya ke Marganas, mantan direktur saya di Batam Pos. "Tidak sarapan dulu?" katanya. Awalnya dua jam itu memang disediakan untuk mandi dan sarapan pagi. Saya pilih ke Rempang. Sudah lebih 20 tahun tidak ke pulau itu. Belakangan ini Rempang jadi buah bibir: akan jadi lokasi pabrik kaca salah satu yang terbesar di dunia. Akhir bulan ini, 29 Agustus, Presiden Jokowi dijadwalkan ke Rempang: peletakan batu pertamanya. Maka saya ganti baju di Pek Kong. Di toiletnya. Lalu meluncur di jalan raya. Saya membawa kaus untuk mengganti yang basah kuyup. Saya kembali melewati jalan utama Batam yang lagi dilebarkan (baca Disway kemarin). Saya menelepon Wali Kota Batam Muhammad Rudi. "Masa jabatan Bapak kan hampir habis, siapa yang akan menyelesaikan proyek jalan lima lajur ini?" "Belum tahu. Mudah-mudahan istri saya yang meneruskan nanti," jawab Rudi. Ia mengatakan, istrinya akan maju jadi calon wali kota. Sang istri kini menjabat wakil gubernur Riau Kepulauan. Tapi orang Batam umumnya tahu: hubungan gubernur dan wakil gubernur kurang baik. Sejak awal. Sejak pengangkatan sekretaris daerah. Menurut penelusuran Marganas, sang wakil tidak puas karena sekda bukan orangnya. Padahal janjinya dulu harus dari dia. Rupanya ada janji di balik janji: soal sekda diambil alih gubernur karena perolehan suara di Batam tidak mencapai target. Padahal Ny Rudi diandalkan sebagai lumbung suara di Batam. Rudi adalah satu-satunya wali kota yang latar belakangnya polisi pangkat rendah. Lalu berhenti. Jadi pengusaha. Jadi anggota DPRD Batam. Jadi wakil wali kota. Dan sekarang wali kota. Usianya baru 59 tahun, kekayaannya Rp 51 miliar. Lahir dan sampai SMA di Tanjung Pinang. Ia meraih sarjana ekonomi dan magisternya di STIE Tribuana dan Ganesha di Jakarta. Siapa pun yang jadi wali kota Batam nanti pelebaran jalan ini harus diteruskan. Sudah separo jalan. Melewati jembatan layang baru di jalan lima lajur itu kami belok kanan. Ke arah Batamindo. Jalan ini juga akan dijadikan lima lajur. Kanan kiri jalan memang dikosongkan sejak dulu. Belum dijarah orang. Prof Habibie sudah menyiapkan lahan untuk perluasan jalan. Akhirnya kami sampai di ujung Pulau Batam. Jembatan indah Balerang kelihatan masih seindah dulu. Marganas bercerita: di atas Danau Toba kini juga ada jembatan indah seperti itu. Ia bangga. Ia lahir di Pulau Samosir. Tidak perlu lagi naik perahu ke pulau di tengah Toba. Dalam sekejap tiga jembatan lagi kami lewati. Jembatan biasa. Setelah jembatan keempat barulah kami menginjak Pulau Rempang. Pulau terbesar kedua di Batam. Setelah Rempang masih ada satu jembatan lagi: ke Pulau Galang. Inilah pulau yang dulu dipakai penampungan pengungsi dari Vietnam. Yakni ketika pemerintah yang didukung Amerika Serikat kalah perang lawan Vietnam Utara yang komunis. Kini pengungsinya sudah menyebar ke berbagai negara. Saya pernah makan Pho di Reno, Nevada utara. Pemilik restoran itu pernah tinggal di Pulau Galang. Belakangan Pulau Galang dipakai untuk rumah sakit darurat Covid-19. Mudah-mudahan pemerintah sudah berhasil membayar honorarium seluruh tenaga medisnya. Ke pulau Galang inilah, menurut rencana, penduduk Pulau Rempang dipindahkan. Pulau Rempang harus dikosongkan. Untuk pabrik kaca lengkap, dengan investasi sampai Rp 380 triliun. Investornya Anda sudah tahu: Xun Yi. Dari Guangzhou, Tiongkok. Sampai Rempang saya justru tidak tahu akan melihat apa. Tidak ada apa-apa. Belum ada apa-apa. Kecuali kampung lama di pinggir-pinggir pantainya. Ada 16 kampung tua di sepanjang pantainya. Ada yang sudah ratusan tahun. Kampung kecil-kecil. Hanya ada 1 kelurahan di pulau seluas sekitar 17.000 hektare itu. Semua itu harus dikosongkan demi investasi Rp 380 triliun. Tentu akan ada jalan keluar yang terbaik. Saya dengar mereka tidak menolak proyek besar itu tapi apakah harus digusur. Bukankah mereka hanya secuil dari hamparan lahan satu pulau yang begitu besar. Penduduk asli itu belum tentu mau dipindahkan ke Pulau Galang. Ke dekat bekas penampungan pengungsi Vietnam. Tapi jangan sampai juga proyek ini batal. Masalahnya peletakan batu pertamanya tinggal kurang dari satu bulan lagi. Apakah mereka sudah harus pergi sebelum itu? Presiden Jokowi punya kiat ''ganti untung''. Misalnya untuk jalan tol. Tentu ada kian serupa untuk Rempang. Jangan sampai ada tekanan kepada mereka. Demokrasi memang tidak mungkin memprosesnya dalam waktu yang begitu pendek. Maka jalan pintas kelihatannya akan juga dilakukan di Rempang. Saya belum juga punya ide akan ke mana. Mobil terus melaju ke arah Pulau Galang. Lalu ada tanda panah di pinggir jalan: Pantai Melayu 1. "Ke situ saja," ujar Marganas. Di situlah lokasi salah satu kampumg tua di Rempang. Pantai Melayu 1 adalah tempat rekreasi lokal di Batam. Dikelola oleh kampung itu sendiri. Pantainya berpasir putih, berpohon-pohon kelapa, bertenda-tenda, dan tidak jauh dari jalan raya. Tidak sampai 500 meter. Lagi sepi. Hari kerja. Kalau akhir pekan ramai sekali. Terlihat ada proyek masjid di situ. Pilar-pilarnya sudah jadi. Kelihatannya untuk menggantikan masjid kecil di dekatnya. Bangunan masjid itu dihentikan. Toh semua saja harus pindah ke Pulau Galang. Saya tidak sampai 5 menit di Pantai Melayu 1. Waktu sudah mepet. Jangan sampai ketinggalan ferry ke Singapura. Mohamad Salah sudah kangen saya: siapa tahu. Maka saya harus ke stadion Singapura untuk Liverpool vs Bayer Munchen petang harinya. (*)   Komentar Pilihan Dahlan Iskan* Edisi 2 Agustus 2023: Otobahn Rempang Mbah Mars EMBOEN PAGI Bahagia itu seperti ilmu. Tak habis dibagi-bagi. Bahkan bertambah-tambah saat dibagi-bagi.   thamrindahlan Selamat Pagi. Satu saja berita Obrolan Rempang Abah Rabu pagi yang mengusik hati awak adalah Martabak HAR. Ada hubungan emosional sesamo wong kito galo dengan Keluarga Besar Almarhum Haji Abul Rozak. Beliau asli India merantau ke Palembang via Singapura. Martabak HAR mulai melayani pembeli 7 - 7 - 1947. Bunda Maria putri kandung Haji Abdul Rozak Rozak sahabat juga tetangga di Perumahan Bum,i Harapan Permai (BHP) Kramatjati Jaktim mengundang awak hadir di Grand Launcing Martabak HAR Simpang Sekip Jalan Sudirman Palembang. Acara bertepatan ulang tahun ke 47 Martabak HAR yang super maknyus. Restoran HAR di Batam boleh juga dikunjungi sembari menyaksikan cita cita Almarhum BJ Habibie yang mengharapkan Kawasan Batam serupa dengan Shenzen Cina. Pasalnya Batam akan dijadikan sebagai kawasan yang mampu menyaingi Singapore seperti juga Shenzen berhasil mengilihkan bisnis dari Hongkong. Beberapa kali bertandang ke Kepri . Terkesan dengan Wisata Reliji ke Pulau Penyengat. Disana ada Istana Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad yang mentasbihkan Gurindam 12 (1874). Selain itu Kota Batam memang didesain menjadi kota metropolitan. Jalan raya lebar lebar dan ditata sesuai kawasan Indiustri, perumahan dan tempat belanja plus wisata terkenal Nagoya. Semoga kinerja Walikota Muhammad Rudi lanjut dalam jabatan Gubernur Propinsi Kepulauan Riau. Masih banyak yang harus dibenahi sejalan dengan kesuksesan Presiden Jokowi membawa Investor Pabrik Kaca terbesar di dunia. Salamsalaman.   ahmad faqih Investasi apalagi dari luar negeri seringkali memicu dilema bagi negara berkembang (baca; belum maju alias miskin) termasuk negeri +062. Untuk mengalakselerasi pembangunan di negaranya, mereka membutuhkan hadirnya investasi asing. Dikarenakan ketersediaan modal di dalam negeri yang terbatas. Disamping bermanfaat, bila "para pemain"-nya tidak amanah, investasi asing juga dapat ber-potensi negatif. Antara lain; (1) Eksploitasi Sumber Daya: Investor asing dapat mengeksploitasi sumber daya alam negara tuan rumah tanpa memperhatikan dampak lingkungan atau sosial yang mungkin ditimbulkan. (2) Pengangguran Lokal: Adanya investasi asing bisa menyebabkan kekhawatiran akan pengangguran lokal karena beberapa perusahaan asing mungkin lebih memilih membawa pekerja dari negara asalnya. Disamping juga dapat memicu (3) ketidaksetaraan ekonomi& kesenjangan. Menyebabkan (4) Monopoli akibat kekuatan pasar yang tidak seimbang. Investasi asing juga identik dengan (5) penghindaran pajak baik melalui skema diskresi ataupun dispensasi serta memicu (6) volatilitas pasar lokal. Pada kenyataannya, (7) transfer teknologi: yang dijanjikan, seringkali tidak utuh dan bukan teknologi mutakhir yang dimiliki. Semua masalah ini menunjukkan perlunya adanya kebijakan yang bijaksana dan transparansi dalam menghadapi investasi asing untuk menjaga keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat lokal termasuk yang ada di Batam ini. Wallahu a'lam.   Mirza Mirwan Baru baca judulnya saja ingatan saya langsung kembali ke jaman 35-an tahun nan silam. Saat itu saya sedang di Hamburg. Suatu malam teman saya, asli Hamburg, bertanya: "Wills du Oper sehen?" Ia bertanya demikian karena memang saya suka nonton opera. Tentu saja saya iakan. Astaghfirullahal adhiiiim, ternyata teman saya mengajak ke gedung opera di Reeperbahn. Baru saja belok ke Reeperbahn saya langsung protes. Reeperbahn yang berada di distrik Sankt Pauli adalah daerah lampu merah. Di jalan sepanjang kurang dari 1 km itu di kiri-kanannya berjajar rumah bordil. Para wanita PSK-nya mejeng di balik kaca dengan nyaris telanjang -- atau mungkin ada juga yang telanjang.. Saya sangat menghormati perempuan, karena lahir dari rahim ibu. Empat saudara saya juga perempuan semua. Mana mungkin saya pergi ke tempat mam itu. Saya mengumpat-umpat teman saya, meski dalam hati. "Tapi di sini juga ada gedung opera, Bung!" kata teman saya meyakinkan. "Saya yakin pertunjukannya juga berkisar di sekitar seks. Ogah, saya pulang saja!" "Sekali-sekala nonton gituan kan nggak pa-pa, Bung." "Bagi orang lain mungkin begitu, tapi tidak bagi saya." "Sampeyan ini benar-benar pemuda kolot!" Dengan taksi kami lantas ke gedung opera beneran. Tapi terlambat loket karcis sudah tutup. Eh, dalam perjalanan pulang teman saya itu nyeletuk: "Hampir saja saya nambah dosa, ya, Bung?"   Jokosp Sp Setelah banyak Investor China masuk ke Indonesia, yang diharapkan adalah penyerapan tenaga kerja dan otomatis pajak yang naik buat pendapatan negara. Saya ingin soroti untuk penyerapan tenaga kerjanya. Di samping rumah saya ada pabrik Semen China, namun penyerapan tenaga lokalnya tidak banyak. Bahkan kecenderungan tenaga kerja lokal lebih memilih jadi pekerja di kontraktor Tambang Batu Bara, pekerja di PLTU, pekerja di MSW dan bahkan lebih memilih di Sub kontraktornya perusahaan tambang Batu Bara. Kenapa?. Interaksi yang kami dapat di mereka banyak tenaga kerja asli yang didatangkan dari China. Beberapa keluhan seperti : sistem ketatnya jam kerja yang sulit diikuti oleh pekerja Indonesia, budaya kerja yang berbeda, pengaturan istirahat yang kurang, dan gaji dan fasilitas yang jauh dibanding dengan di tambang Batu Bara. Belum masalah keselamatan yang juga masih di bawah tambang Batu Bara. DISNAKE* harus lebih nyata dalam pengawasan. Jadi yang nyata terlihat masih di pemilik lahan yang menjualnya, kontraktor transportasi besar yang dikuasai segelintir orang. Cita-cita mensejahterakan rakyat jadi jauh dari harapan, akibatnya ya biasa-biasa saja, seperti sebelum ada.   anak rantau Mendorong dari Atas itu menekan,mendorong dari bawah menjunjung,mendorong dari samping menggeser, mendorong dari tengah,,,,??? Silahkan lanjutkan para perusuh,,,,,   Yellow Bean Jalan Raya yang panjang dan lurus ada yang sudah saya nikmati dari arah kawasan BIP Mukakuning menuju Batam Center dan Nagoya city. Arah Sekupang dan perkampungan di sekitar kawasan BIP Mukakuning masih jalan rintisan dan berkelok dengan di kelilingi hutan semak yang masih perawan. Sebenarnya sudah banyak perkampungan kecil di dalam hutan yang dihuni pendatang dengan berpencaharian berkebun dan menjadi karyawan lokal yang bukan rekrutan Disnaker yang merupakan penyalur tenaga kerja dari pulau Jawa khususnya. Jika jalan lebar dan bagus di buat sudah pasti sangat merubah wajah Batam semakin sibuk dan modern dengan infrastruktur yang mengukuhkan sebagai Kawasan industri modern.   Yellow Bean Dormitori Kawasan Batamindo adalah asrama besar untuk wanita karir yang menjadi pelaku penting beroperasi nya pabrik pabrik di BIP Mukakuning. Jenjang karir mereka sangat menarik untuk di perhatikan.Dari operator, float,leader, supervisor sampai manager bisa di jabat perempuan semua. Waktu yang di tempuh untuk kenaikan jenjang karir juga tidak makan waktu lama jika kita benar benar menunjukkan kemampuan kerja keras kita. Nilai kemanusiaan juga cukup terjaga karena jika ada yang sakit,teman se asrama tidak berat hati untuk merawat dan memberikan perhatian. Bidang keagamaan juga terjaga karena kelompok ibadah banyak yang merangkul untuk ketaatan kesana. Bahkan di setiap komplek yang terdiri 5/6 gedung yang di tata mengelilingi tanah lapang di belakang komplek yang di jadikan Mushola komplek dan selalu mengumandangkan Adzan untuk sholat berjamaah. Jika ada yang mendengar keburukan kawasan BIP Mukakuning khususnya tentang sugar baby bisa di bayangkan Anda berkomunikasi dengan orang yang sering keluyuran keluar dari kawasan BIP Mukakuning untuk mencari kesenangan di luar   Mulia Rezq Membaca tulisan pak DH kali ini jadi optimis, kebijakan hilirisasi ini bisa membantu meningkatkan keuangan negara yang ujungnya mempercepat proses pembangunan yang ujungnya bisa mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat... ayo di dorong terus... jangan kasih kendor.   Liáng - βιολί ζήτα Berbicara mengenai kaca, tidak terlepas dari nama seorang ilmuwan : Abbas Abu al-Qasim bin Firnas bin Wirdas al-Takurini al-Qurthubi. Abbas Ibnu Firnas (810-887 M) adalah "orang pertama" yang memproduksi kaca dari pasir dan batu yang bisa menghasilkan kaca silika dan kaca kemurnian tinggi yang tidak berwarna.   Liáng - βιολί ζήτα selingan "I Love How You Love Me" (Aku suka bagaimana Engkau mencintaiku) Lagu "I Love How You Love Me" - hasil karya Larry Kolber dan Barry Mann - dinyanyikan pertama kali oleh The Paris Sisters (Album : The Paris Sisters) - rekamannya dirilis pada bulan Agustus 1961. Di dalam buku "Don Kirshner : The Man with the Golden Ear" karya Rich Podolsky ; nama Larry Kolber ada disebutkan, dia adalah seorang veteran dengan pengalaman jurnalisme, pernah menulis untuk Stars and Stripes Military Newspaper. Tetapi karir pasca-veterannya menjadikan dia sebagai penjual wiski, sebuah perubahan yang sangat ironis. Suatu ketika, saat berbicara dengan sesama veteran, Larry Kolber mengetahui secara kebetulan bahwa ada orang yang benar-benar mendapatkan uang hanya dari menulis lagu. Larry Kolber sangat tertarik dan memutuskan untuk mencoba menulis lagu. Melalui temannya sesama veteran, Larry Kolber bertemu dengan Don Kirshner (Donald Kirshner) dari Aldon Music. Larry Kolber kemudian bergabung dan menjadi staf penulis lagu di kantor Aldon Music di Brill Building. Lagu pertama hasil karya Larry Kolber untuk Don Kirshner (Aldon Music) adalah "Forget Me Not", sebuah hit minor untuk penyanyi Kalin Twins. [1].   Leong Putu Gula berlebih memang tidak baik untuk kesehatan, pun mulut manis (baca: ngaku baik) jika diulang ulang, lama2 akan terbaca sebaliknya. .... #jangandipercaya.   Eyang Sabar56 Sertamerta terngiang Mas Dur dan Inayah yang buat penasaran saya terusik. Tapi biarlah nanti Papanya Fiona Handoko saja yang menyelesaikannya. Saya usul kepada admin : - Semua catatan perusuh perorang dari awal merusuh dibuat jadi sebuah buku, dan dibagikan setiap akhir tahun, (asal jangan COD) sebagai bentuk apresiasi atas sumbangsih pemikirannya. Utama kepada Ketua dan kroni²nya. - Eloknya admin sediakan tempat yang bisa menerima gambar, video dari perusuh. Banyak info yang menarik, unik, informatif dari perusuh. Tinggal admin pilih mau ditaruh dimana. Daripada copy paste berita, lagian infonya gratis. Dan.....,..,ah biar ahlinya ahli yang lanjutkan.   Liam Then Wkkwkwkwkkw Nanti di Camp Perusuh II, mau mandi pagi juga antre pantun dulu, yang cepat jadi pantunnya boleh mandi duluan. Ini yang saya bayangkan, Leong Putu didepan, Cak Mul di belakangnya. Bang Leong Putu sedang meras otak mikir cari pantun, Cak Mul sudah nyambar duluan dari belakang. "Ubi jalar talas keladi "/ "digoreng empuk enak sekali/ "Eh ,Leong kau kenapa ikut ngantri"/ "Bukan kah kau tak pernah mandi"/ Bang Leong Putu : "...................."   Fiona Handoko hati hati kalau ke batam. biasa kalau ke daerah yg kental adat melayu. dikit2 perlu pantun. pernah dalam penerbangan ke batam. teman saya kebelet pup. tak terbiasa pup di toilet pesawat, jadi ditahan saja. sesampai di bandara buru2 cari toilet. pas mau masuk, eh dihalangi petugasnya. "wet et et et et. tunggu." "celana bukan sembarang celana/ celana panjang baju berdasi/ tak peduli awak dari mana/ masuk toilet harus permisi/".   beeeeuh. lalu teman saya membalas "emas perak adalah harta/ mohon dijaga sepenuh hati/ saya menahan berak dari jakarta/ mohon pinjam toilet barang sekali".   penjaga bilang (dengan logat melayu) "waaah, awak ni laaah..." "zaitun bukan sembarang zaitun/ zaitun bulat seperti semangka/ pandai kali awak berpantun/ bolehlah pakai toilet sesukanya".   teman saya bergegas menuju toilet. baru beberapa langkah, teman saya balik lagi ke petugasnya. "zaitun bukan sembarang zaitun/ pulau kembang jauh di sana/ lama kali awak ngajak berpantun/   saya sudah berak di celana" notes : tokoh di cerita ini bukan bp thamrin, bukan teman2 perusuh.   yohanes hansi Seandainya saja ada sistem masa jabatan kepala daerah berdasarkan prestasi kerja. Masa jabatan selesai setelah program kerja selesai. Semua berdasarkan perjanjian antara eksekutif dengan legislatif. Jadi tidak ada cerita lagi pembangunan yang mangkrak. Ilutrasinya: pemilik rumah mengikat perjanjian kerja dengan kontraktor selaku pekerja pembangunan rumah. Jika di tengah jalan kepala daerah tersebut tidak menjalankan tanggung jawabnya dengan baik, maka bisa digantikan dengan yang berkompeten. Dengan jalan ini, arah pembangunan Indonesia ke mana sudah bisa ketahuan dari sekarang. Sistem yang sekarang ini terlalu tergantung dengan kreativitas & kepandaian pemimpin. Ditambah lagi jika pemimpin baru memiliki kewenangan untuk menghapus kebijakan sebelumnya. Untung-untung jika pemimpin baru bijaksana & cerdas. Sampai kapan kita mau mengandalkan keberuntungan? Masyarakat kita terlanjur dicekoki bahwa semua harus disyukuri. Contoh: sudah jatuh dari motor dan terluka tidak bisa bangun masih bisa bilang, "Untung kaki saya tidak sampai patah, cuma retak." Yah, yang kali ini memang kita bisa bilang, "Untung pemimpin kita bagus hehe.."   Lagarenze 1301 Batam. Konon singkatan dari "Batu Ampar". Kemudian diplesetkan jadi "Banyak Tamu" lantaran dibanjiri apek-apek dari Singapura tiap akhir pekan. Kenangan saya tentang Batam hanya pada rentang waktu awal 2000-an. Sebulan tinggal di Batam Center. Lalu menjelajah ke Rempang hingga ujung Pulau Galang. Termasuk, pastinya, menyeberang ke Singapura via feri. Kuliner yang terekam di kepala satu di antaranya mi lendir. Nama yang agak seram mengingat konotasi Batam waktu itu. Padahal, mi lendir berupa mi dengan kuah kacang yang kental sehingga seperti lendir. Soal minuman, saya pernah salah pesan, olala ternyata Teh Obeng idem dito Es Teh Manis. Teh Manis Panas lain lagi namanya, Teh O. Yang Teh Tawar? Teh Tong. Dulu ada kawasan bukit di mana kita bisa melihat kerlap kerlip lampu Singapura di kejauhan. Bukit Senyum. Mungkin karena pengunjung bisa happy dengan suasananya. Entah bukit ini bagaimana sekarang. Oh ya, saya pernah melipir ke sebuah kawasan tempat penjualan barang elektronik limpahan dari Singapura. Kalau tak salah ingat, Tanjung Sengkuang. Saat itu masih eranya TV tabung, tapi di situ sudah dijual TV flat. Bekas. Harganya memang miring  Di sana banyak orang Bugis-Makassar. Dulu itu, koran masih jaya. Ada dua koran besar yang banyak dijajakan di lampu merah, Batam Pos dan Sijori (konon singkatan dari Singapura, Johor, Riau). Setelahnya saya pernah lihat ada koran baru, Tribun Batam. Entah ketiga koran ini masih ada atau sudah beralih ke digital. Atau ikut punah   Liam Then Ada Kang, jemblem itu termasuk favorit saya. Pontianak banyak orang Jawa. Jemblem, Tiwul,Cenil. Orang belum tahu enaknya lebih-lebih dari roti keju. Roti susu pagi-pagi ada resiko mencret, kalo telur madu jahe ketumbar , dibareng jemblem ,komplit itu Kang hahaha, palagi pakai telor ayam kampung yang kuning tlornya besar. Pagi nyam malam greeengggg.....   Kang Sabarikhlas Wahai emboen pagi, meski kau mulai mengering kalian dengarlah keluhanku... (duh... kayak lagunya ebiet ya?) Anu..saya sebagai penulis tepatnya komentator, eh anu kok, resminya saya ini cuma perusuh disway dan muiskin pula, sering ndak bisa komen sesuai artikel sang 'Penguji' perusuh disway, yang hobi makan-minum dll.nya plus+² always. Tadi diwarung, roti mariam 5rb.an gurih, saya makan 2 buah+saus pedas sambil bayangkan Canai... karna belum sarapan,...lapar, dan ada jemblem gendut glinuk² sikat saja bleh... dan... minumnya duh, Teh Pucat keruh... Alhamdulillah. Jadi perusuh ternyata gagah bisa nulis goblak-goblok ndak pakai minta maaf kayak pkk itu... anu,..kalau nulis bajingan tolol disini ndak pa-pa ya?... ”gak bahaya ta?" saya kan goblik takut keliru....   Fenny Wiyono Ingat Batam jadi ingat Hasan - di tunggu sambungan Siapa membunuh Putri II   Mukidi Teguh Salah satu yang berkesan ketika saya naik angkot di Batam tempo dahoeloe adalah tawaran supirnya. Awalnya tanya nginap dimana? Lanjut dengan tawaran 'teman semalam'. Tinggal pilih mau suku A, B, C, etnis D, E, F, dan seterusnya. Karena ga pengalaman dengan begituan, saya hanya membalas dengan senyuman kecil. Untungnya Pak Supir segera paham, akhirnya topik cerita beralih.   yea aina Pabrik kaca, pun bisa menghasilkan cermin. Bercermin pada langkah Pak Habibie yang Pak @MT sebutkan, menghindarkan nepotisme terjadi. Tapi para pelakunya akan berdalih: toh keluarganyabisa menjabat, terpilih melalui pemilu yang "demokratis". Bisa disimpulkan, yang berlaku: demokrasi nepotisme. Model demokrasi yang bikin BT, karena bisa di tebak pasti 4L yang memenangkan kontestasi pemilu. Lu lagi lu lagi..... kwkwkw.   Liam Then Peribahasa kuno jaman dulu masih berlaku. "Jikalau mau negara sejahtera,bangunlah jalan" Cuma karena sesuatu hal, yang banyak terbangun adalah jalan bebas hambatan yang punya hambatan ; lewat harus bayar. Jadi apa yang sedang diperjuangkan oleh Bapak Walikota Batam ini bagai angin segar. Bapak Gubernur dan Bupati yang ada di pulau sebelah yang lebih besar boleh ikut cermati, jurus Walikota Batam inisiasi penambahan Autobahn ala Jerman di Batam. Ini barulah boleh di bilang sejati merakyat, bangun jalan yang bisa dilalui oleh semua orang. Ketimbang jalan berbayar, orang mau lewat jalan kaki diatasnya saja tidak boleh. Maap saya agak alergi dengan jalan berbayar, karena saya secara tak langsung itu anak ideologi pemikiran marhaenisme, apa-apa yang wong cilik tak bisa ikut nikmati, saya auto antipati .   doni wj 5 jalur??!! Hmm.. Saya langsung jadi teringat kira2 15 tahun yg lalu. Waktu itu ceritanya ada musisi R & B dari Amerika punya project di Indonesia. Dia mencari kolaborator untuk sisi visual di Jogja. Dari lihat beberapa karya desainer, dia mengajak saya untuk kolab. Suatu saat kami bermaksud ke studio milik band Letto utk rekaman. Karena waktu mepet dg jatah waktu rekaman Kiai Kanjeng, saya agak ngebut. Sepanjang perjalanan berulang2 terdengar teriakan tertahan "Oh my God, Watch out! Oh shit!" dsb. Sesampainya di studio si bule kulit hitam ini terlihat pucat dan gemetaran. Terbata2 dan lirih dia berucap, "water.. i need some water..". Sambil ketawa mas Sabrang mengambilkan air sambil nanya "kamu kenapa?". Mulai dari "..did every people in this country born as a racer?", lalu nyerocoslah dia. Bercerita bagaimana orang biasa berlalu lintas di negaranya. Bagaimana dia melihat kelakuan pengemudi pada umumnya di Indonesia. Dahulu mendahului, zigzag, ngepot, dsb. Mas Sabrang nyahut, "itu belum seberapa. Jogja adalah salah satu kota dg pengendara tersopan. Dirimu harus melihat lalu lintas di Jakarta, Medan, atau kota besar lainnya..". Begitu rupanya pengguna jalan dari barat melihat lalu lintas di negara kita. Komen serupa saya dapatkan dari teman2 Jepang, Jerman, Inggris, dll. Di jalan tol saja banyak orang belum tahu dan sadar fungsi masing2 jalur. Tak terbayangkan bagaimana lalu lintas di jalan 5 jalur searah itu akan berlangsung. Bagaimana cara memberi pemahaman pengguna jalan?   *) Dari komentar pembaca http://disway.id              

Sumber: