15 Ribu Balita Surabaya Menderita Stunting
Surabaya, memorandum.co.id - Meski sebagai kota metropolitan, ternyata banyak balita di Surabaya yang menderita stunting atau kerdil. Jumlahnya mencapai belasan ribu balita. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada 2018 jumlah balita menderita stunting mencapai 16 ribu balita. Artinya ada balita stunting 8, 9 persen dari jumlah balita yang ada di Kota Pahlawan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rahmanita mengungkapkan pada 2019 ini jumah balita penderita stunting mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Sekarang ini jumlahnya 15 ribu balita. Balita stunting ini,h lanjut dia, karena kekurangan gizi kronis. Kondisi ini diperparah dengan adanya penyakit.“Pada saat masih bayi, bila ukuran kurang dari 47 cm dan berat badan rendah, maka kita harus curiga,” kata Febria Rahmanita usai penyelenggaraan kegiatan komitmen bersama percepatan pencegahan anak kerdil di Balai Pemuda yang dihadiri Wali Kota Tri Rismaharini, Rabu (18/12). Untuk itu, lanjut dia, dinkes sejak awal sudah melakukan pendampingan kepada calon pengantin dengan melibatkan puskesmas. Setelah dirasakan cukup, calon pengantin mendapatkan sertifikat layak nikah. Dia menambahkan sejak 2016, sekitar 60 persen ibu hamil mendapatkan pendampingan. Anak-anak yang lolos pendampingan mendapatkan sertifikasi lolos 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). Bagi anak balita yang diindikasi stunting, Pemkot Surabaya berupaya menggenjot pemberian vitamin, seperti minyak ikan untuk menunjang gizinya. “Mudah-mudahan jumlah (stunting, red) terus menurun,” harap Febria. Dia berharap balita stunting ini terus menurun jumlahnya di Surabaya. “Paling tidak bisa turun hingga 8 ribu. Dan mudah-mudahan tidak ada lagi kasus stunting,” tegas dia. Untuk itu dinkes akan berkampanye di tingkat kecamatan, sekaligus pembentukan satgas. Satgas-satgas nantinya bertugas menghilangkan gizi buruk, kemudian mendampingi ibu hamil. Sedangkan perwakilan tim Program Percepatan Pencegahan Stunting dari Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) RI Saputera mengatakan, Kota Surabaya merupakan salah satu kota prioritas dalam program percepatan pencegahan stunting. Program percepatan pencegahan anak kerdil secara nasional dilaksanakan pada 2018-2024. Pada 2020, ada 260 kabupaten/kota yang menjadi prioritas nasional. Saputera menjelaskan, untuk penanganan stunting, kabupaten/kota mendapatkan bantuan operasional kesehatan (BOK) yang nilainya sekitar Rp 750 juta. Dia mengapresiasi program pemerintah kota dalam penanganan stunting, hingga pembentukan satgas stunting di lingkungan pemerintah kota. “Saya baru mendengar di kelurahan ada anggaran untuk penanganan stunting. Ini luar biasa. Saya pikir terobosan ini, belum ada di kabupaten kota lainnya,” pungkas dia.(udi/dhi)
Sumber: