Nasib Miris Perjalanan Cinta sang Pengusaha (3)

Nasib Miris Perjalanan Cinta sang Pengusaha (3)

Nasik dan Nindra akhirnya menikah. Tapi, diakui Nasik, dia hanya memberikan separuh hati. Separuhnya dibawa Laila di alam sana. Alasan Nasik: andai dipertemukan kembali di surga, dia lebih memilih bersama Laila. Kesetengah-setengahan hati Nasik tampak dalam perilaku sehari-hari. Dia tidak banyak bicara. Dia hanya menanggapi sekadarnya apa yang disampaikan Nindra. Termasuk, janji untuk memberikan momongan yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng untuk Nasik. Lelaki ini hanya menanggapinya dengan senyum. Hatinya bahkan sempat terbakar ketika Nindra menjelek-jelekkan Laila sebagai perempuan mandul yang tidak berguna. Percuma jadi perempuan apabila tidak bisa mempersembahkan keturunan bagi suami, sindir Nindra. Dan, itu terjadi pada Laila. Dikatakan Nindra, Nasik sangat beruntung berjumpa dengannya, yang bakal menurunkan putra-putri ganteng dan cantik. Dan, Nindra bersumpah untuk itu. Sumpah mati. Tidak selaras dengan penampilannya yang tampak luwes dan lemah lembut, Nindra ternyata menyimpan pribadi yang panas. Brangasan dan sembronoan. Tingkah lakunya mirip Srikandi di dunia perkeliran. Di ranjang, Nindra bahkan seolah mampu mengubah diri bak singa padang pasir yang mencengkeram dan melumat lawan. Lelaki mana pun tidak bakal berkutik menghadapinya. Ini, bagi lelaki pemuja syahwat mungkin banyak dicari. Tapi, tidak begitu di mata Nasik. Baginya, Nindra tidak lebih dari hamba nafsu yang mengesampingkan unggah-ungguh budaya ketimuran. Yang justru menempatkan diri sebagai objek bagi lelaki genit. “Aku aslinya muak dengan itu. Jijik. Kok bisa-bisanya seorang perempuan merendahkan harkat dan martabatnya dengan tingkah seperti itu. Tidak adakah cara lain untuk menyenangkan hati suami? Banyak! Sebenarnya banyak kalau kita mampu menempatkan diri sesuai maqam masing-masing,” kata Nasik seolah sedang berhadapan dengan Nindra. Seolah ingin meluruskan gerak hati orang yang kini jadi istrinya itu. Dalam kehidupan sehari-hari, Nindra seolah juga ingin menampilkan diri serba di atas rata-rata. Akhirnya yang dirasakan orang-orang di sekitar dia justru pandangan Nindra sebagai perempuan yang banyak maunya, perempuan pengatur,  sok tahu, sok pinter, sok kuasa, dll, dsb, dst. Selain itu, berbeda dengan Laila yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, Nindra justru menjadikan rumah hanya ibarat tempat singgah. Berbagai kegiatan dia ikuti. Bahasa kerennya, Nindra mengubah diri menjadi sosok sosialita. (jos, bersambung)  

Sumber: