Kebenaran Baru
"Itu sih kebenaran palsu," ujar seorang ilmuwan kedokteran dalam WA-nya kepada saya. "Tinggal sekarang mencari kebenaran yang asli," tulis Prof Dr Muhamad Nuh DEA, yang Anda sudah tahu, mantan menteri Kominfo dan menteri pendidikan di zaman Presiden SBY. Begitu banyak saya menerima respons soal video yang viral itu: cuplikan pidato wisuda saya di perguruan tinggi yang Anda sudah tahu itu. Bahkan dua guru besar sempat bikin tulisan agak panjang. Satunya khusus untuk saya. Jangan dipublikasikan. Satunya lagi sebagai koreksi terhadap saya. Bukan soal isinya. "Gejala itu sudah agak lama," ujarnya. Soal isi video ia setuju banget. Tidak ada koreksi. Sejak lama itu kapan? "Sejak munculnya metode penelitian kuantitatif," katanya. "Karena itu saya menentang adanya penelitian kuantitatif," tambahnya. Namanya: Prof Dr Hanif Nurcholis. Profesor doktor beneran. Bukan sekadar HC. Ia kini menjabat ketua Senat Universitas Terbuka. Mengajar juga di situ. Asli Demak. Lebih tepatnya, pelosok Demak. Prof Hanif pernah melakukan penelitian amat serius soal perubahan desa menjadi kelurahan. Sudah diterbitkan pula menjadi buku yang mendapat perhatian luas sampai MPR. Banyak buku tentang pemerintahan daerah dan desa ia tulis. Salah satunya buku berjudul 'Pemerintahan Desa: Unit Pemerintahan Semu dalam sistem Pemerintahan NKRI. Intinya: perubahan desa menjadi kelurahan itu merupakan pelanggaran yang serius atas konstitusi UUD 1945. Saya sudah selesai membaca buku itu. Kapan-kapan kita bahan bersama. Hari ini kita lagi bicara soal kebenaran baru. "Boleh dikata yang melahirkan 'kebenaran baru' adalah para peneliti kuantitatif," ujar Prof Hanif. "Sejak itulah ada kebenaran baru. Bukan baru lahir di zaman medsos," tambahnya. Peneliti kuantitatif, katanya, hanya meneliti persepsi responden. Bukan meneliti fakta. Fakta tidak diteliti. "Persepsi di-framing sebagai fakta lalu dimasifkan oleh buzzer menjadi kebenaran ilmiah" katanya. Ia yakin yang memasifkan kebenaran baru itu adalah para buzzer. Bahkan Prof Hanif menilai para buzzer adalah murid-murid peneliti kuantitatif persepsi. Prof Hanif sekolah ibtidaiah dan tsanawiyah di pondok terkenal di Demak: Pondok Futuhiyyah Mranggen. Sampai kelas 2 berhenti. Lalu masuk kelas 3 di SMP swasta Sultan Agung di Semarang. Lulus SMP Hanif masuk sekolah pendidikan guru, SPG –seperti istri saya. Kini jenis sekolah ini sudah tidak ada lagi. Latar belakang ekonomi keluarga di desa membuatnya tidak mampu masuk universitas. Kebetulan, tahun itu pemerintah membuka Universitas Terbuka (UT). Jadilah Hanif mahasiswa UT angkatan pertama. Ia mengambil jurusan administrasi negara. Lalu mengambil S-2 di UI dan S-3 di Universitas Padjadjaran Bandung. "Penelitian kuantitatif dengan metode survei skala Likert sebenarnya tidak meneliti apa-apa," katanya. Mereka hanya meneliti indikator-indikator konsep saja. Responden diminta pendapat sangat setuju setuju, kurang setuju, tidak setuju sangat tidak setuju terhadap indikator-indikator konsep. Prof Hanif berkarir di UT. Ia ikut berperan mengembalikan UT menjadi universitas sebenarnya. Awalnya UT hanya semacam ''event organizer'': merekrut dosen non UT untuk semacam ''buka lapak'' di UT. Setelah itu UT punya dosen sendiri. Hanif juga berperan dalam mewajibkan mahasiswa membeli modul pelajaran. Tidak lagi suka-suka. Itu bisa membuat tingkat drop out turun dari 40 persen menjadi sekitar 20 persen. Ia juga yang mengharuskan mahasiswa UT mengikuti perkuliahan secara terstruktur dan terbimbing. Tidak lagi suka-suka. Ini yang membuat kualitas lulusan UT meningkat. Hanif orang yang tekun. Juga dalam penelitian. Peneliti, katanya, jangan meneliti fakta empiris kualitas pelayanan suatu lembaga pemberi pelayanan. Itu mengakibatkan yang diteliti hanya persepsi responden. Dalam praktik Anda sudah tahu: peneliti hanya minta responden mengisi pilihan ganda: sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju atas pernyataan dari indikator-indikator kualitas pelayanan. Peneliti juga tidak meneliti fakta empiris kepuasan masyarakat. Jadi, penelitian begini ini tidak meneliti fakta empiris. Mereka tidak meneliti fakta empiris kualitas pelayanan. Juga tidak meneliti fakta empiris kepuasan masyarakat. Misalnya penelitian kuantitatif soal kepuasan terhadap tempat parkir. Pertanyaan 1: Tersedia tempat parkir yang aman dan memadai. - sangat setuju - setuju - kurang setuju - tidak setuju - sangat tidak setuju Kuesioner tersebut tidak minta kepada responden memberikan informasi faktual kepada peneliti: Apakah mempunyai tempat parkir yang aman dan memadai. Kuesioner tersebut hanya minta kepada responden untuk memberi opini (sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) atas kalimat "Tersedia tempat parkir yang aman dan memadai". Lantas, dengan otak atik gatuk, pakai statistik, disimpulkanlah bahwa kualitas pelayanan (x) berpengaruh signifikan terhadap kepuasan masyarakat (y). "Itu yang pak Dahlan Iskan dalam bahasa satire menyebutnya sebagai kebenaran baru," ujar Prof Hanif. Kebenaran baru itu, katanya, sebenarnya kebenaran kosong. Ia dibangun berdasarkan persepsi, tidak berdasarkan fakta. Kalau pendapat Prof Hanif tersebut benar maka kita jadi tahu bahwa bapak kebenaran baru adalah pencipta penelitian kuantitatif. Kalau peneliti kuantitatif disebut sebagai guru kebenaran baru dan para buzzer sebagai muridnya terlihatlah bahwa di zaman ini murid telah lebih hebat dari gurunya. (*) Komentar Pilihan Dahlan Iskan* Edisi 3 Juli 2023: Wang Buliau Liam Then Dengan tulisan hari ini fix sudah, Pak Bos suka ngenyot , makan durian diisap, makan ikan diisap, ada lagi saya lupa apa juga kemaren, diisap juga. Cerita ngenyot sekalian ngenyek-in perusuh. Yah rame jadinya. Liam Then Ikan air tawar kebanyakan bau tanah, chef yang lihai pasti tahu cara hilangkannya. Ibu sering masak kukus ikan Jelawat, rasanya enak tak bau tanah, dagingnya lembut putih. Cuma durinya itu yang tak tahan, harus pelan-pelan patahkan daging kemudian cabut duri halusnya. Setelah itu di cocol ke sambal khusus ; cencangan kemangi cina,bawang putih, cabe rawit. Rasanya enak,tapi repotnya banyak. Jika ikan Jelawat jadi primadona bayangkan betapa banyak lapangan kerja terserap di restoran, koki yang sibuk masak pesanan ikan jelawat, pasti butuh banyak asisten untuk cabut duri lunak. Setiap hari didunia tercipta hartawan baru, sudah kaya, orang ingin makan enak. Bayangkan jika kita di Indonesia yang pulaunya banyak, dipilih satu. Di bangun khusus, sambungan internet super cepat, bungalow pribadi sampai jetski, pasir putih landai berair bening, kondominium luas menghadap sunset sunrise. Dermaga rapi ,berjejer sandingan kapal putih. Di belakang pantai berderet toko merk bergengsi, deretan ATM bank internasional , restoran kuliner dari seluruh Indonesia, yang bahannya semua hasil proses agrikultur,aqua kultur organik dengan kualitas terbaik. Dengan sambungan internet super cepat, orang bisa kerja sambil liburan, karena bisa kerja sambil liburan, durasi tinggal pun jadi lama. Karena semuanya ada dari modern sampai pesona alami, fasilitas infrastruktur Top Grade. Bayangkan berapa lapangan kerja tercipta ndak lama, saya jamin Singapura jadi sepi. Ihsan Muchtar beda nama namun mirip sekali dengan ikan lokal Indonesia yang masuk Red List IUCN karena populasinya di alam semakin berkurang. Yang dijual di resto adalah hasil budidaya dan di Indonesia sudah dimulai upaya domestikasinya sejak puluhan tahun lalu. Pernah lihat beberapa ekor yang berumur 30-an tahun di lembaga riset Mukidi Teguh Wang buliau makan kelapa = enak Kepiting kenari makan kelapa = enak Gurame makan kelapa = enak Hisit makan kelapa = enak Koi makan kelapa = enak Bau yu makan kelapa = enak Kesimpulan = Yang bikin enak adalah kelapa, bukan ikannya. Tapi menurut abah itu ikan enak sekali? Ya bisa jadi, tapi itu bukan semata-mata karena dagingnya, tapi karena storytelling dibaliknya: pemeliharaannya yang luaaamaa pake banget. Ini mirip enaknya ayam keefsi, yang membuat ayam itu jadi terasa enak sekali adalah adalah storytellingnya: Resep dari seorang Kolonel yang ditolak ribuan kali pada awalnya, terus saat ini menjadi resep paling rahasia di muka bumi. Pun mirip dengan Disway. Storytelling dibaliknya sangat kuat: penulisnya dulu berasal dari pelosok nun jauh di jawa bagian timur, merantau ke pulau borneo lalu bersua dengan seorang galuh nan rupawan, berjuang penuh keringat, air mata, dan darah di dunia jurnalistik, terus sukses mengangkat JP ke singgasana persuratkabaran tanah air (walaupun terkait ini banyak tuduhan mengarah padanya, termasuk oleh salah satu komentator senior), berjuang di perbatasan hidup dan mati karena sirosis, terus jadi dirut listrik, naik jadi menteri perusahaan negara, lalu menginisiasi mobil listrik tandingan Tesla, dan puncaknya sebagai capres idaman. Banyak yang tulisannya mungkin setara, tapi tak bisa menyedot perhatian pembaca apalagi memancing para perusuh berkomentar. Kenapa? Karena tak ada storytelling keren di penulisnya. Liam Then Penasaran ,saya cari nama aslinya, ikan Emparau asal Jawa Barat. Ko JK yang lulusan IPB, kayaknya perikanan pasti sangat ngerti cara ternaknya. Ternyata menu pakan spesial 3 bulan bikin rasa jadi beda, di peternak anteng kasih tau rahasianya. Tapi janganlah lugu asal percaya. Guru kungfu selalu sisakan satu jurus ,agar tak di kalahkan murid. Tak ada yang diajarkan seluruhnya. Mungkin inilah yang bikin dunia bergerak, manusia yang selalu ber-ide baru. Ikan Emparau di ganti nama, kemudian diberi pakan kelapa, saya jadi bertanya-tanya, kalo diberi pakan pecel lele selama 3 bulan , rasanya jadi bagaimana? Jangan-jangan, bisa-bisa nanti yang makan Wang Bu Liau ( tak terlupakan) jadi Wang Ce Ci ( lupa diri ). Masa depan Indonesia yang bisa dikerjakan dengan gampang memang di Agrikultur, Aquakultur, tempatnya ada,orangnya ada, konsumennya ada, sekarang tinggal pejabatnya saja, mau apa ngga. Populasi dan demografi kita ,alam kita bak berlian yang belum terasah. Teronggok begitu saja. Visi pandangan pemimpin harus jauh kedepan sekalian melebar, agar bisa pilih jalan hidup untuk semua kalangan, juga awas akan hasil dibelakang sebagai tonggak ukuran, tak boleh meleng, kelok kiri kanan. Pemimpin yang kaya akan suka makan ikan Wang Bu Liau. Pemimpin yang baik akan Wang Ce Ci. Karena di benaknya penuh kepentingan negara dan orang banyak. Kholifatul Isnaeni Waduhh, ini bicara ikan, langsung ngiler, dan teringat perjalanan ke Makassar, duluuu, saat menghadiri suatu seminar di Universitas Negeri Makassar. Waktu makan siang, saya diajak panitia ke sebuah tempat, lupa namanya, setelah googling, ini dia: Pelabuhan Paoterek. Kami makan di sebuah warung, namanya Warung Tawakkal. Warung ikan bakar, dan ikannya pasti segar karena di seberangnya pelabuhan rakyat dan pelelangan ikan. Ketika itu saya pilih dua ikan. Satunya, baronang. Satunya lagi rekomedasi si panitia, nama ikannya lupa, googling lagi, ini dia: papa kulu. Baronang sudah biasa. Ada di mana-mana. Papa kulu yang tidak biasa, konon banyak di perairan Makassar. Kulitnya agak keras, tapi dagingnya putih dan agak kenyal, gurih sekali. Dimakan dengan sayur siam dan acar mangga. Tak terlupakan enaknya. Ada teman pernah bilang, ikan papa kulu itu nama lain ikan ayam-ayam. Saya pun cari dan dapat, lalu dibakar ala Malassar, kok beda. Lebih gurih papa kulu. mzarifin umarzain Bisa makan ikan WANG BULIAU tentu bersyukur. Tentu bersyukur juga masih bisa makan makanan yg lain. Bila kini belum bisa makan ikan WANG BULIAU, semoga kelak masuk sorga, mau makan apa saja, bisa, tersedia. hoki wjy sayapun langsung membuka youTube dan mengetik Wang Buliau maka mengalunlah lagu merdu dari Teresa Teng Wang....Buliau........Wang .....buliau.... Liam Then Pak Bos ngenyek hari ini, tapi gak mempan ke saya. Saya biasa saja, karena sudah tirakat bertahun mengendalikan diri, berusaha eling. Mengendalikan diri dan tirakat karena terpaksa isi dompet, yang kondisinya sering bisa dijadikan songkok. Kwkwkwkkwkw Leong Putu Percumah makan makanan mahal mahal tapi gak wani nambah.. Hhhh Jimmy Marta Masih dengan udang dan kepiting. Lalu anda mau naik kelas..!. Cobalah ini, lobster dan dunginess crab. Alaskan king crab -paralithodes camchalitycus- kepiting kamska atau biasa jga disebut kepiting raja alaska. Soal rasa jangan ditanya, apalagi harga. Namun itu sebanding dg sultnya mendapatkan dan manfaatnya. Dengan ukuran super -berat sampai 9kg, lebar cangkang selebar dadanya orang dan bentang kakinya 150 cm- tentu bisa membuat kita nikmat bersamaan. Dari capit nya saja yg segede tangan, kita sudah terpuaskan. Dengan isi daging yg ada di kakinya, yg sebesar sosis sungguh melenakan. Hmmm..lezat, nikmat... Mbah Mars Tidak usah berkecil hati sodara-sodara kaum proletar! Pecel lele dan ikan wang buliau tidak akan beda apa-apa setelah melewati kerongkongan penikmatnya. Tidak juga beda warna, aroma dan rasanya ? Tidak percaya ? Silahkan cicipi sendiri. Wkwkwkwk. Echa Yeni 3ringkasan "Akhhirnya" isi du nia 1.yg dimakan ahirna di wc 2.yg dipake aqirnya di tmpat/pembuangan sampah 3.yg make akhirnya diKUBURan Gianto Kwee Lima tahun lalu, sahabat saya Manager proyek tambang Bauksit di Sampit datang ke Jakarta untuk keluhan sakit gatal yang tak kunjung sembuh, Dokter di Sampit menyarankan untuk ke Jakarta ke Dokter spesialis kulit yang dirujukya, tidak ketemu dan saya antar ke rumah sakit besar di Karawaci. Saya tanya hobby nya makan apa ? " Hobby saya makan ikan "Sehat" yang ditangkap di banyak sungai di Sampit dan sekitarnya, ikan yang ditangkap langsung dari sungai dan juga Kepala Kakap Merah dengan kuah bening" Saran saya ke dia, Kepala ikan kakap kuah bening, bagus, tapi ikan sungai yang "katanya" dari tangkapan langsung disungai, banyak bohong nya, karena ikan-ikan yang tersebut hasil budidaya dan diberi makan "Pellet" yang bagi sedikit orang mengakibatkan rasa gatal berkepanjangan, jadi kurangi makan ikan sungai yang tidak jelas riwayatnya, Sudah lima tahun tak terdengar beritanya dan 'No news is a good news" Salam Jimmy Marta Gak usah dipikir, 6 juta untuk seekor ikan gk masalah. Itu kan wang buliau, bukan wang saya... Komentator Spesialis Saya sudah makan berbagai jenis ikan. Dari yang murah sampai yang mahal. Bahkan yang masih berenang di akuarium, minta dibikinkan sashimi dimakan mentah. Tapi ternyata benar kata perusuh dibawah. Yang paling enak pecel lele, wkwkwk.... Er Gham Makan ikan kembung goreng kering, plus nasi hangat dan sambal tomat, dan dimakan saat lapar sekali. Lapar luar biasa. Rasanya, wow, terasa. Jimmy Marta Udang dan kepiting adalah ikan ter enak untuk kelas ramah dg rasa wah. Pun dengan chef level wong omah, sudah bisa membuatnya warbiasyah... Udang adalah pilihan termudah. Diolah dg cara apapun selalu enak. Digoreng sambel pedas, ditumis saus madu ataupun di sop ala kuah padang. Bahkan jk anda kepepet lapar dipinggir sungai, nemu udang segar, gk ada bumbu, langsung aja dibakar. Uenak nya pol endol surendol.. Kepiting?. Coba olah ala kepiting asap. Bumbu2 diulek, lalu lumuri merata pd kepiting yg sudah dipotong potong. Bungkus dg alumunium foil, bakar didalam bara. Jika racikan bumbu dan panggangannya pas, anda akan dibawa ke angkasa. Ke bintang kejora, ups..bintang lima... thamrindahlan Rasa enak ada dilidah. Tanda makanan sangat enak di bilang goyang lidah. Ikan mahal dan ikan lele rasanya sama enak Semua tergantung kemanpuan juru masak mengolah racikan rempah rempah menjadi bumbu. Wang Buliau beda ikan blanak/ Mancing kelembah dilarang ibu/ Anda tahu rahasia makan ikan enak/ Tergantung rempah racikan bumbu/ Salamsalaman Fiona Handoko seorang tuna netra pergi ke sebuah restoran. "pesan apa bpk?" tanya pemilik resto. "aku buta. bawakan saja salah satu garpu kotormu. aku akan menciumnya dan memesan". pemilik yg kebingungan ke dapur, mengambil 1 garpu kotor dan kembali ke si buta. orang buta itu mencium aroma garpu dengan nafas yg dalam. "ya, saya akan makan daging domba, dengan kentang berbumbu dan sayuran musim semi". "luar biasa" pikir sang pemilik resto. orang buta itu makan dan pergi. 2 minggu kemudian, orang buta itu kembali. pemilik resto, yg ingin tahu seberapa tajam penciumannya. segera ke dapur, tempat istrinya, Brenda memasak. "tolong gosokkan garpu ini ke bagian pribadi mu". sang istri memenuhi permintaan itu. lalu pemilik bergegas mendatangi orang buta, dan memberikannya garpu. orang buta menempelkan garpu ke hidungnya. mecium dan menarik nafas dalam dalam. "oh, menarik sekali. saya tidak pernah tahu brenda ternyata bekerja di sini" hikends Lha wong sudah jelas lass lasss, setiap minggu kita disediakan waktu untuk bisa makan huenak 2 hari, jarang yang memanfaatkan. Semua lapisan masyarakat bisa merasakan nikmatnya makan dihari itu. Entah itu tukang kasar sampai tukang halus yang peganganya s23. Kalau Abah tidak bisa menjawab dua hari itu, berarti masih kalah dengan anak smp he hee heee Komentator Spesialis Jangan lupa 1 lagi stasiun Karawang. Ada cerita dari teman saya yang tinggalnya asli daerah dekat walini. Saat diumumkan salah satu stasiun adalah walini, para spekulan tanah langsung memborong tanah warga. Banyak juga yang melepas tanahnya. Dan ternyata tidak jadi dibangun stasiun walini. Spekulan kecewa, wkwkwk.... imau compo Apakah chef yg bikin ikan enak (?) ataukah ikannya yg memang enak. Kerapu, konon, di Jepang harganya sanga mahal. Di sini pun sdh cukup mahal. Tahun 2006,-saya makan sop (seingat saya sop) ikan kerapu di sebuah restoran di Kuningan, Jakarta. Bertuga, saya keluarkan uang sekitar Rp.600 ribuan. Cukup mahal utk ukuran 2006. Sangat enak. Tahun 2013, di rumah makan sebelah hotel di Mentawai (tentu saja hotel melati, bukan hotel yg di pulau-pulau kecilnya), saya makan sepotong kerapu goreng, seharga Rp. 20.000. Rasanya tidak membuat saya pilih ikan lagi pada makan berikutnya. Di rumah, beberapa kali bakar ikan kerapu, termasuk subuh tadi, rasanya tidak lebih enak dari bakar ikan kwe. Malahan, tulangnya bikin sebal.... Mbah Mars Saya juga gumun. Sebagai tamu kok seperti tuan rumah. Ngatur-ngatur dan mbagi-bagi makanan. Mirza Mirwan Pak DI itu "urik" ya. Orangnya hanya 12, ikannya dibagi menjadi 13. Karena yang satu bagian mau dibungkus buat nyonya. Dalam peribahasa Jawa kelakuan Pak DI itu disebut ,""Nyucuk ngiberake," -- wis disuguh isih mbrekat. Sudah dijamu, eh, masih juga mbungkus dibawa pulang, wkwkwkwk. Yang jadi pertanyaan: Bagaimana cara membagi 2 ekor ikan itu biar jadi 13 bagian? Mery Veronica Konon ikan wang bu liao yang paling enak adalah yang liar, pernah nonton film dokumenter tentangnya, sang peliput diajak naik perahu di salah satu sungai di Sibu Malaysia untuk meliput nelayan setempat yang sedang memancing Wang Bu Liao, peliput diingatkan untuk tidak boleh berisik/mengganggu karena katanya ikannya sangat susah dipancing. Terakhir ikannya dimasak dengan cara khusus dengan dimasukin ke dalam bambu dan dibakar tanpa bumbu. bagus aryo sutikno Suatu saat anda diundang makan siang oleh kolega. Ternyata ada 6 orang yg datang. Terhidang kambing guling besar, cukup u ber-10. Beranikah saudara, bilang ke tuan rumah, u membungkus seporsi kambing guling buat istri anda..?! Butuh keberanian u melakukannya. Dan boss Dahlan telah memberi contoh. Kwkwkwkwk #Aryo, trah wong kae parahh... Mirza Mirwan Beberapa tahun yang lalu saya ke Kuching, Sarawak, nginap 2 malam di rumah anaknya teman saya yang di Ipoh. Di malam kedua saya diajak makan malam bersama isterinya -- dua anaknya yang masih kecil ditinggal bersama pembantu -- ke Joyous Shanghai Restaurant. Menu yang dipilih anaknya teman saya adalah Wang Bu Liao -- kayaknya itu Wang Buliau yang dimaksud Pak DI kali ini. Enak? Ya enak, tentu saja. Lezat malah. Tapi, yaitu, masih lebih lezat wader goreng. Pak Johannes Kitono yang sering mondar-mandir ke Kuching, bisa dicoba mampir ke Joyous Shanghai Restaurant. Saya lupa nama jalannya. Hanya ingat berdekatan dengan resto Thai dan resto Jepang. Karena yang bayar anaknya teman, jadinya saya nggak tahu berapa bill-nya. Saya baru tahu betapa mahalnya menu itu setelah baca CHD hari ini. Lidah saya memang lidah kampung. Dalam soal makan saya memegang prinsip yang ditingggalkan kakek: MAKAN UNTUK HIDUP, bukan HIDUP UNTUK MAKAN. bagus aryo sutikno Pesan spiritual. Sekecil-kecil ikan teri, masih ada dagingnya. Dan sebesar-besar ikan tuna, pasti punya duri. Maknanya kurang lebih, seburuk-buruk seseorang pasti dia punya potensi kebajikan. Dan sehebat-hebat seseorang, pasti punya khilaf dan cela. Selamat hari Senin. Senin itu Monday, the MONSTER Day. #May force with you. Agus Suryono BETUL: WANG BULIAU ENAK ITU HOAX.. Kecuali ada perwakilan perusuh diminta membuktikan.. ###Usul: panggil pak Ahmad Zuhri mewakili perusuh.. Agus Suryono KALAU IKAN DARAT PALING ENAK MENURUT SAYA ADALAH: IKAN WADER CETUL. Saya makan ikan ini terakhir adalah tahun 1968. Di Yogyakarta. Sekarang saya gak tahu masih ada yang jual atau tidak. Ibu saya sering beli dalam keadaan sudah digoreng. Warnanya "hitam". Bentuknya kecil-kecil dan sudah "hancur". Tidak jelas lagi, mana kepala, mana badan dan mana ekor. Rasanya gurih sekali. Sehingga kalau dimakan pakai nasi hangat, tanpa lauk lain, mungkin, atau mestinya, rasanya lebih enak daripada ikan Wang Buliau. ###Nasi putih hangat, masih kebul-kebul. Lauknya ikan wader cetul. Rasanya "waw" banget. Bagi orang kecil.. Dengan uang Rp 6 juta akan terbeli dagangan penjual ikan wader cetul selama sekitar satu tahun. (Mungkin).. imau compo Emboen pagi, engkau adalah penyejuk. Beda dengan hujan, Mendungnya kadang menciptan panas nggreges, karena panas yg diterima bumi dihalanginya memantul ke angkasa. Demikian juga, Hujan di tanah disway pagi ini, Menghalangiku dapat akses Wang Buliau. Liáng - βιολί ζήτα Judul lagunya itu : 不了情 (Bùliǎo Qíng) yang berarti Endless Love, diartikan juga sebagai Unforgettable Love. Lagu Bùliǎo Qíng hasil karya komposer 王福齡 (Wáng Fúlíng) dan liriknya oleh 陶秦 (Táo qín). Pertama kali dinyanyikan oleh 顧媚 (Gù mèi) sebagai soundtrack film dengan judul yang sama Bùliǎo Qíng pada tahun 1961. Banyak sekali penyanyi yang mengcover lagu ini, termasuk 鄧麗君 (Dèng Lìjūn) alias Teresa Teng. bagus aryo sutikno Setelah searching, ternyata ikan Wang Buliao yg 3 bulan sebelum panen diberi makan daun melinjo, sisik gorengnya serasa makan emping. Kwkwkwkwk *) Dari komentar pembaca http://disway.id
Sumber: