Nasib Satpam Perempuan setelah Tertabrak Mobil (3)

Nasib Satpam Perempuan setelah Tertabrak Mobil (3)

Tono setuju untuk mengajarkan cara menggunakannya saat liburan. Dengan dia mengambil keuntungan sebesar seperempat. Setelah sebulan akhirnya aku memahami cara menggunakan motor. Aku pun mulai ngojek di waktu senggang. Semuanya berjalan mulus hingga suatu hari aku mendapat kabar bahwa kedua orang tuaku sakit dan perlu biaya yang cukup banyak. Saat itu aku sedang bekerja, perasaan khawatir dan takut bercampur aduk. Aku tidak memiliki uang yang cukup pula untuk pengobatan. Satu-satunya yang bisa kulakukan, hanyalah mendampingi mereka. Sebelum pulang, aku minta cuti kepada kepala satpam agar dapat pulang ke kampung. Mestinya tidak boleh, namun karena kasihan ia memberikan waktu beberapa hari. Sampai kos, kuambil barang-barangku yang perlu. Segera aku berangkat menuju stasiun dengan bemo. Sialnya, di tengah perjalanan mesinnya mogok. Tanggung, aku langsung saja berjalan ke arah stasiun meski agak jauh. Terik matahari dan panasnya cuaca tidak memperlambat langkahku sekalipun. Aku bergerak dengan cepat, pikiranku terpusat kepada kedua orang tuaku. Namun karena tidak dapat berpikir jernih, aku tertabrak mobil ketika menyebrang menuju stasiun. Aku terjatuh, namun masih sadar. Penuh dengan adrenalin, aku bisa berjalan tiga langkah sampai akhirnya tersungkur ke aspal jalan. Pengendara mobil mewah itu langsung keluar dan membawaku ke rumah sakit. Ternyata tulangku patah. Tapi bagian tubuhku yang lain tidak bermasalah. Air mataku mengalir, bukan karena kaki yang sakit. Namun karena perasaan bersalah. Bagaimana aku membiayai pengobatan kedua orang tuaku? Kini kakiku patah dan hilanglah pekerjaanku. Pikiran yang penuh putus asa datang silih berganti. Orang yang menabrakku bertanya, mengapa aku berusaha berdiri setelah tertabrak. Dia melihat aku berdiri bagaikan orang kesetanan. Kuceritakanlah segalanya, dan orang itu mendengarkan. Setelah selesai, orang itu berkata akan membiayai pengobatan orang tuaku. Serta akan mencarikan pekerjaan bagiku. Aku tidak percaya, namun sebelum sempat berkata, aku dibawa ke ruang pengobatan. Setelah menjalani serangkaian operasi, kakiku perlu waktu penyembuhan. Selama menunggu, aku hanya bisa berdoa agar orang itu memang akan membantuku. Dua hari kemudian aku keluar dari rumah sakit. Segera kutelepon kedua orang tuaku. Rupanya benar, mereka sedang melakukan pengobatan. Hatiku merasa lega dan tidak percaya. Aku pun langsung sujud syukur seadanya begitu mendengar kabar itu. Rasa syukurku tidak berhenti sampai di situ. “Aku dipekerjakan sebagai kepala satpam di tempat orang yang menabrakku. Ternyata dia pemilik babrik rokok terkenal di Surabaya,” kata Endah. Lebih dari itu, Endah merasa bersyukur karena menemukan jodoh di tempat kerja yang baru. “Bukan jejaka. Dia duda dengan dua anak yang manis. Dia bekerja sebagai salah satu manajer di perusahaan tempat kerjaku yang baru. Kini aku bahkan dilarang kerja oleh suamiku,” kata Endah, yang menjelaskan bahwa yang diantarnya ke PA adalah keponakan bosnya. (jos, habis)  

Sumber: