Gila Bola Boleh tapi Jangan Kampungan

Gila Bola Boleh tapi Jangan Kampungan

Catatan: Eko Yudiono, wartawan Memorandum Indonesia resmi ditunjuk oleh FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia U-17 melalui council meeting, di Zurich, Swiss, Jumat (23/6/2023) lalu. Presiden FIFA Giovanni Vincenzo Infantino juga sudah mengumumkannya via Instagram FIFA. Sungguh organisasi tertinggi sepak bola dunia itu masih ‘sayang’ dengan Indonesia. Sebab, sebelumnya, Indonesia sempat ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Namun, gelaran akbar yang sempat mengorbitkan nama mega bintang Lionel Messi itu gagal digelar karena penolakan terhadap tim Israel. Padahal, Indonesia sudah melakukan persiapan matang dengan memperbaiki fasilitas stadion. Gelora Bung Tomo (GBT) berbenah, Stadion I Wayan Dipta, Bali juga direnovasi, tak ketinggalan Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta dipercantik. Namun, jelang last minute drawing, FIFA akhirnya membantalkan status tuan rumah Indonesia. Kecewa? Pasti. Namun, ibarat palu sudah diketok. Indonesia harus gigit jari. Kini, kesempatan itu datang lagi. Meski dengan persiapan minim, Timnas harus siap. Untungnya PSSI bergerak cepat. Bima Sakti ditunjuk sebagai pelatih. Dia tentu dibantu dengan staf pelatih yang mampu menerjemahkan keinginan eks Kapten Timnas ini. Meski persiapan minim, namun optimisme tinggi diapungkan semua komponen. Tak terkecuali manajer timnas Kombes Pol Sumardji. Pria yang akrab disapa Ndan Mardji ini optimistis Bima Sakti bisa mewujudkan keinginan rakyat Indonesia demi melihat Timnas U-17 berjaya di negeri sendiri. Yang perlu diingat, meski turnamen kelompok umur, namun gengsi Piala Dunia U-17 tidak kalah dengan Piala Dunia U-20. Sebab, nama-nama beken muncul dari ajang ini. Sebut saja Toni Kross penggawa Real Madrid dan Phil Foden yang baru saja membawa Manchester City meraih treble winner. Nah, mumpung event baru digelar November nanti, selayaknya suporter juga mempersiapkan diri menyambut tamu. Sebagai tuan rumah yang baik jangan sampai menjadi tuan rumah yang kampungan. Jangan lagi ada flare, mercon, hingga bahan-bahan berbahaya lainnya yang masuk stadion. Saatnya suporter lebih dewasa lagi. Invasi suporter ketika Indonesia menjamu Argentina di ajang FIFA matchday 19 Juni lalu jangan sampai terulang lagi. Ingat, Indonesia masih dalam pantauan FIFA, akibat Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban jiwa 135 orang. Cukup. Ingat juga, Ketum PSSI Erick Thohir sudah berusaha keras membenahi sepak bola kita. Dia sudah menerapkan pondasi yang kuat di olahraga nomor satu di Indonesia dan dunia ini. Buktinya, pengusaha sukses ini langsung berhasil membawa Timnas SEA Games membawa pulang medali emas setelah paceklik gelar 32 tahun. Liga 1 rencananya juga bakal menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR) di tengah kompetisi. Terbaru, dia juga re-launching PT Garuda Sepakbola Indonesia (GSI) di Jakarta, Jumat (23/6). Perusahaan yang 95% sahamnya dimiliki PSSI dan 5% menjadi hak Yayasan Bakti Sepakbola Indonesia ini, tujuannya akan mengelola seluruh aset bisnis PSSI secara profesional, transparan, dan akuntabel sehingga mendapat kepercayaan masyarakat, sponsor serta partner terhadap industri sepakbola nasional. Luar biasa. Seorang Ketum yang layak diapresiasi karena tingkat lobi-lobinya di dunia olahraga, khususnya sepak bola tidak diragukan lagi dan demi kejayaan sepak bola nasional. Untuk itu sekali lagi, mari jadikan moment tuan rumah sebagai ajang unjuk gigi bahwa Indonesia adalah negara yang yang mencintai sepak bola. Bahkan bisa dikatakan gila bola. Gila bola boleh, tapi jangan jadi tuan rumah kampungan. Saatnya membuktikan. Semoga. (*)

Sumber: