Mengaku Pegawai Bank, Ternyata Suami Penipu (1)
Seorang perempuan cantik duduk diam di ruang tamu kantor Win, pengacara yang biasa mengurus kasus-kasus perceraian. Namanya sebut saja Maya. Sudah sekitar 30 menit dia menunggu. “Saya dibohongi suami,” katanya singkat ketika ditanya Memoradum kenapa ada di kantor Win. Setelah berbincang ke sana kemari dan saling memperkenalkan diri, Maya berkisah suaminya Dundung (samaran, red) selama ini mengaku bekerja di sebuah bank. Tapi ternyata dia bohong,” tegas Maya, yang sudah menikah sekitar lima tahun lalu vs Dundung. Dikisahkan bahwa mereka sudah bisa menempati rumah lumayan besar milik sendiri di sebuah kompleks perumahan di kawasan Blooto, Mojokerto. Selain itu, mereka juga punya rumah yang kadang disinggahi di Surabaya. “Rumah itu dekat rumah orang tua saya. Meski tinggal di Mojokerto, kami punya KTP Surabaya,” kata Mayaaw Maya tiba-tiba menangis. Lengan kirinya diangkat untuk mengelap air mata yang mengalir dari sudut muatanya. “Ternyata Mas Dundung bukan bekerja sebagai pegawai bank, tapi… tapi…” Kalimat Maya terputus. Tampaknya dia tidak sanggup meneruskannya. Ada sesuatu yang berat untuk diucapkan. Tangan kanan Maya lantas memegang erat lengan sofa yang didudukinya. Menurut Maya, dia mendengar kabar santer bahwa setahun belakangan Dundung tidak lagi bekerja sebagai karyawan sebuah bank, melainkan bekerja sebagai pengemis. “Saya mendengar terakhir itu sepekan lalu,” kata Maya. “Mbak Maya percaya?” tanya Memorandum. Perempuan pemilik wajah mirip Maia Estianty ini diam. “Entahlah,” katanya. Setelah diliputi keheningan cukup lama, Memorandum memberi tawaran kepada Maya, “Mau tahu yang sebenarnya?” Tanpa menunggu lama dia mengangguk keras. Memorandum pun sempat ragu akan mengajukan tawaran ini. Tapi karena sudah terlanjur terlontar, pantang bagi Memorandum untuk menariknya kembali. “Kita selidiki bersama,” kata Memorandum. Dikatakan Maya, dia dan Dundung teman sekolah semasa SD. Namun, sejak lulus sekolah dasar tersebut mereka tidak lagi bertemu dalam kurun yang amat lama. Kedua hamba Allah ini bertemu kembali ketika Maya berkuliah. “Kami kuliah di tempat yang sama,” tutur Maya. Waktu itu Dundung yang sering dolan ke rumah Maya yang tinggal di kawasan Lidah mengaku sudah bekerja di sebuah bank swasta. Maya kagum, karena sosok yang dulu dikenal pendiam dan cenderung minder di antara teman-teman itu sudah berhasil menjadi “orang”. Kekaguman Maya bertambah setelah tahu Dundung datang mengendarai motor yang diakui sebagai hasil keringat sendiri. “Tapi sama seperti dulu, dia masih pendiam. Tidak bicara kalau tidak ditanya,” tutur Maya. (jos, bersambung)
Sumber: