Saat Istri Oleng dan Ingin Mencampakkan Lelaki Pilihan (3-habis)

Saat Istri Oleng dan Ingin Mencampakkan Lelaki Pilihan (3-habis)

Win memberikan nasihat seperti yang diharapkan Lilis didapatkan dari ibu mertuanya. Intinya, Win berharap Lilis memutus mata rantai kebenciannya terhadap suami. Apalagi, menurunkan kebencian itu kepada anak lelakinya. Kebencian kepada suami, imbuh Win, mungkin hanya bisa merusak jiwa sang istri. Tapi, kebecian kepada anak bisa menjadi bencana bagi anak tersebut. Sebab, surga dan neraka anak berada di bawah telapak kaki seorang ibu. “Rida orang tua, terutama ibu, adalah rida Allah; laknat orang tua adalah laknat Allah. Apakah Lilis ingin putranya jadi orang laknat? Menjadi penghuni neraka jahanam?” Lilis diam. Air matanya membasahi pipi. Diusap dengan punggung tangan. Kepalanya terus menunduk. Tahi lalat di ujung kiri bibirnya bergerak-gerak lembut. Lilis mewek perlahan. “Kalau memang Lilis geram dan ingin nyumpahi suami, sumpahilah dia jadi orang sukses. ‘Orang kok kerja-kerja-kerja sampai gak ada waktu buat aku, huh Mama sumpahin deh Papa jadi direktur.’ Gitu kalau nyumpahin suami,” kata Win, lantas tersenyum. Lilis tertular senyum Win. Dia mulai mengangkat wajah dan melebarkan senyum yang tadi masih terasa agak masam. Kali ini senyumnya jauh lebih manis. Apalagi ditunjang tahi lalat di ujung kiri bibirnya. “Ehem… ehem…” suara Win. Memorandum spontan mengalihkan pandangan dari tahi lalat dan bibir Lilis yang manis ke peci Win yang menceng ke kanan. “Sekarang coba tuliskan apa yang Lilis lakukan di rumah nanti? Tulisan pendek dan singkat saja. Aku ingin tahu apa isi hati Lilis. Tulisan itu akan Om Win simpan sebagai kenang-kenanga.” Win lantas masuk ke ruang tempat Memorandum, meninggalkan Lilis yang tekun menulis di buku kecil yang diberikan Win. Mau tahu tulisan Lilis? Inilah tulisan itu: Kalau memang ridaku adalah rida Allah, aku mau menjadi wakil Allah untuk memasukkan suami dan anak-anakku ke dalam surga-Nya. Aku akan sumpahi suamiku menjadi kepala rumah tangga yang sukses dan menjadi imam yang bisa membawa keluarga ke surga. Aku juga akan gunakan kalimat saktiku untuk nyumpahi anak-anakku. Aku sumpahi anak perempuanaku. Kalau memang nanti dikarunai anak perempuan. Jadi anak yang salihah. Aku juga sumpahin anak lakiku jadi anak yang soleh. Lelaki yang dengan ototnya yang kuat melindungi anak-istri dan tetangganya yang teraniaya. Pria yang dengan otaknya hanya bekerja untuk mendapatkan cinta-Mu. Memorandum beberapa kali membaca Tulsan tersebut. Kertas yang disodorkan Win itu lantas disimpan di laci meja kerjanya. “Buat jaga-jaga bila suatu saat dia (Lilis, red) oleng lagi. Aku tinggal mangambil kertas ini dan menyodorkannya ke dia.”  (jos, habis)    

Sumber: