Rela Berbagi Cinta setelah Baca QS Ali Imron Ayat 92
Yuli Setyo Budi, Surabaya Desi mengaku sempat menyesal mengapa tidak menjawab permintaan izin sang suami. Andai dia menjawab tak boleh, mungkin Muslikh tidak akan nekat menikah lagi. Andai Desi berjuang melawan traumanya dan terbang ke Sulawesi, mungkin Muslikh tidak menikah lagi. Andai… andai… beribu andai antre berdesak-desakan di benak Desi. Tapi buat apa? Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang tinggal mencarikan lauk pauk yang sedap dan maknyus agar bubur tadi bisa dikonsumsi. Dan keputusan Desi: menerima kehadiran Yuni sebagai madu. Hitung-hitung sebagai pembuka pintu surga dengan mengizinkan suami berpoligami. Keputusan ini bukan tanpa risiko. Hampir semua saudara dan kerabat Desi tidak menyetujui pilihan ini. Desi dianggap lemah. Berdiri di bawah telapak kaki suami. Bodoh. Dungu. Dll. Dsb. Dst… Tapi Desi bergeming. Dia teringat rencananya memeriksakan kesehatan bersama Muslikh untuk mengetahui: siapakah di antara mereka yang mandul. Hasilnya akan dijadikan bahan untuk menentukan langkah selanjutnya. Yang adil. Yang masuk akal. Yang tidak merugikan siapa pun. Meski rencana tersebut belum sempat dilaksanakan, fakta bahwa Muslikh bisa menyebabkan perempuan lain hamil adalah bukti bahwa bukan dia yang mandul. Desilah yang kopong. Maka, mau tidak mau Desi harus bisa menerima kenyataan ini. Desi yakin, kehadiran Yuni tidak akan menurunkan kadar cinta sang suami kepada dia. Muslikh akan membagi cintanya tanpa menurangi kualitas cinta tersebut. Seratus persen untuk dirinya; seratus persen untuk Yuni. Tidak masuk akal? Memang tidak selamanya cinta harus dipikirkan. Cinta ada untuk dinikmati. Dengan senyum. Dengan berbagi bunga. Dengan berbagi ceria, kata Muslikh. Kata hati Desi, berbagi adalah sebaik-baik perbuatan yang bisa dilakukan manusia. Makanya Allah memerintahkan hambanya bersedekah. Berbagi. Selain ibadah, tentu. Dan, sebaik-baik berbagi adalah berbagi cinta. Desi terinpirasi sebuah ayat di dalam Alquran. QS Ali Imron (3): 92. Yang artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah maha mengetahui. Setelah mengambil keputusan itu, Desi bergegas menemui pengacara dan berniat membatalkan gugatan cerai. “Itulah yang akhirnya terjadi. Aku malah dapat kabar sekarang ini hubungan mereka bertiga sangat harmonis. Bisa dijadikan teladan,” kata pengacara tersebut. Ternyata betul terbukti. Saat pamit hendak keluar kantor pengacara, Memorandum berpapasan dengan Desi dan Muslikh. Yuni berjalan di belakang mereka. Perutnya sudah sangat besar. Mungkin hanya menunggu hari-harinya untuk melahirkan seorang baby yang bakal membagikan cinta. Untuk Yuni. Untuk Muslikh. Untuk Desi. (habis)
Sumber: