Ujug Ujug Ujub
Ujub merupakan kata yang disadur dari bahasa Arab, yang secara harafiah memiliki arti keangkuhan; kesombongan; rasa bangga. Direlevansikan dalam Islam, ujub merupakan salah satu sifat tercela yang dilarang oleh Allah SWT, sesuai hadis Rasulullah SAW: “Ada tiga perkara yang membinasakan yaitu hawa nafsu yang dituruti, kekikiran yang dipatuhi, dan seorang yang membanggakan dirinya sendiri.” (HR. Ath-Thabrani dan Anas). Menurut Ibnul Mubarak sifat `ujub adalah ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ujub termasuk penyakit batin atau salah satu dari penyakit hati, selain takabur (sombong), riya’ (pamer untuk dipuji, flexing), suudzon (buruk sangka), ghurûr (kurangnya kecerdasan sehingga teperdaya atas yang dimilikinya sekalipun semua hanyalah fana), Taqtir (kikir), Hasad (iri), dan dendam. Ujub, dijelaskan oleh Syekh Ibnu al Utsaimin, dapat membatalkan amal. Beliau berkata: “’Ujub dan sombong setelah beramal yang terkadang bisa menjadi sebab amalan mereka hangus dan terhapus” (Majmu’ Fatawa war Rasail, 4/250). Di tengah bulan suci Ramadhan saat ini, tentu penting untuk kita hindari sifat ujub, terlebih disebabkan keinginan ingin selalu menjadi pusat perhatian tanpa menyadari kekurangan diri sendiri. Ujub, yaitu “menganggap besar dirinya” sehingga selalu merasa pantas untuk dimuliakan oleh orang lain, adalah perbuatan yang dimurkai Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa menganggap besar dirinya dan bersikap sombong dalam berjalan, ia akan menemui Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya.” (HR. Hakim). Dalam riwayat lainnya, dikisahkan bahwa satu ketika Sayyidah Aisyah ra., bertanya kepada Rasulullah SAW: “Siapakah orang yang terkena ujub?”, Rasulullah menjawab: “Bila ia memandang bahwa ia telah menjadi orang yang baik” (Syarah Jami As Shoghier). Merasa superior atau lebih baik atas tindak tanduk kita daripada orang lain, juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW sebagai dosa besar, yaitu sesuai hadis berikut: لَوْ لَمْ تَكُوْنُوا تُذْنِبُوْنَ خَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبَ الْعُجْبَ “Jika kalian tidak berdosa maka aku takut kalian ditimpa dengan perkara yang lebih besar darinya (yaitu) ujub ! ujub !” (HR Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 6868). Ujub seringkali menimpa seseorang yang berkeinginan mengejar syuhroh atau popularitas. Tentu, yang ingin dicapainya adalah eksistensi diri demi mendapatkan pengakuan bahwa dirinya lebih baik dari orang lain. Keinginan ingin selalu diistimewakan, tentu seringkali membutakan hati, sekalipun Islam jelas menerangkan bahwa itu termasuk dosa besar. Demi melancarkan ujub, seseorang pun bisa melakukan kamuflase atau tipuan yang hanya bertujuan menguatkan potret dirinya lebih unggul dari orang lain. Ujub sendiri, cepat atau lambat tentu memberikan dampak negatif bagi pelakunya sendiri. Akhir kata, marilah kita di bulan suci Ramadhan 1444 H ini, menghindari keinginan ujug-ujug ujub, yaitu tiba-tiba ingin melakukan pamer hanya karena diri kita menilai bahwa kita lebih baik dibandingkan orang lain dan berharap kita menjadi pusat perhatian. Sedangkan apa yang kita unggulkan dari diri kita, bisa jadi sangat sarat kekurangan dibandingkan apa yang ternyata dimiliki orang lain, hanya saja orang lain tidak memamerkan kelebihan itu. Oleh : Lia Istifhama, Wakil Sekretaris MUI Jatim
Sumber: