Komunitas Nol Sampah Kampanyekan Ramadan Tanpa Plastik

Komunitas Nol Sampah Kampanyekan Ramadan Tanpa Plastik

Surabaya, memorandum.co.id - Selama bulan Ramadan, presentase sampah kota Surabaya meningkat signifikan. Mulai dari sampah sisa makanan, tas kresek dan alat makan sekali pakai. Menyikapi hal ini, Komunitas Nol Sampah Surabaya dan DLH Kota Surabaya bersama Komunitas Peduli Lingkungan seperti Trashbag Community dan Kampung Iklim Sambikerap melaksanakan kampanye berupa kegiatan Bagi Takjil Tanpa Plastik Sekali Pakai. Jika dilihat dari komposisi sampah di Kota Surabaya (2021), sampah sisa makanan yang dominan, mencapai 54 persen lebih. Sampah kertas 14 persen dan sampah plastik  22 persen. Jumlah sampah plastik ini meningkat  dibandingkan tahun 2017 yang hanya 14 persen. Berdasarkan studi yang  dilakukan ITS dengan beberapa lembaga pada tahun 2021, di TPA Benowo diketahui 5 jenis plastik terbanyak adalah tas kresek (27 persen), plastik peralatan makan sekali pakai (18 persen), popok dan pembalut (17 persen). Untuk botol minuman (14 persen), dan plastik kemasan (8 persen). “Yang menarik sampah plastik alat makan dan minum sekali pakai yang terus meningkat tajam akhir-akhir ini,” ujar Wawan Some selaku koordinator kegiatan. Komunitas Nol Sampah memilih lokasi pembagian takjil tanpa plastik di area Taman Bungkul, Surabaya. Edukasi ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi warga kota Surabaya untuk mengubah gaya hidup agar seminimal mungkin tidak menghasilkan sampah yang akan menjadi beban bagi bumi. “Takjil akan ditempatkan di kotak yang bisa berulang kali. Begitu dengan minum akan menggunakan botol yang bisa dipakai berulang kali,” kata Wawan Some. Gerakan makan dan minum dihabiskan merupakan satu bagian upaya pengelolaan sampah sehingga bisa mengurangi sampah sisa makanan. Dampak penumpukan Sampah sisa makanan adalah menghasilkan gas methan yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Khusus untuk sampah  plastik, selain akan berdampak terhadap lingkungan juga dapat berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Mikroplastik, pewarna, pelemas plastik jika terkontaminasi makanan/minuman dan masuk kedalam tubub manusia dapat mengganggu  kesehatan tubuh, bahkan dapat bersifat karsiogenik (menyebabkan kanker). Dinas Lingkungan Kota Surabaya menyebutkan, sampah warga Surabaya yang masuk TPA Benowo sehari mencapai 1.500-1.600 ton. Jumlah itu biasanya meningkat 100-200 ton pada bulan Ramdhan dan bisa bertambah 400-500 ton menjelang Idul Fitri. Kondisi ini yang menyebabkan Walikota Surabaya 15 Maret 2023 lalu mengeluarkan Surat Edaran (SE) 500.9.14.2/6277/436.7.10/2023 tentang Imbauan Bulan Ramadhan Tanpa Sampah. SE itu disebar luaskan kepada jajaran di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, camat, lurah dan seluruh ketua RT dan RW se Kota Surabaya diharapkan ada perubahan perilaku warga kota Surabaya agar tidak menghasilkan sampah. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain,menggunakan alat makan/minum yang dapat digunakan berulang kali, seperti wadah makanan, sendok, garpu dan botol air minum. Selain itu, bisa pula dengan menghindari penggunaan plastik sekali pakai, antara lain kantong plastik, sedotan plastik, makanan dan minuman dalam kemasan plastik. (x1/alf)

Sumber: