Melepaskan Juragan dari Jerat Pembantu Tetangga (4)

Melepaskan Juragan dari Jerat Pembantu Tetangga (4)

Susi tidak mau kalah. Dia lari ke kamar dan mengeluarkan simpanannya. Muncul lagi dengan hanya memakai celana dalam Victoria’s Secret dipadu tank top merek Saintx Sinner. Parem terbelalak. Kuuuaaaget. Tidak terduga, saat itu Pak Candra muncul dari ruang keluarga. Matanya tak kalah terbelalak dari Parem. Pak Candra bahkan terlihat jatuh terduduk di kursi malas. Keringatnya yang sak jagung-jagung membasahi kening dan seluruh tubuh. “Maaf, Pak. Saya kira Bapak masih di kantor,” tutur Susi sambil menutupi tubuh dengan handuk yang diambil dari tempat pakaian kotor yang hendak dicuci. Pak Candra tidak menjawab. Matanya masih terpaku ke tubuh wow Susi. Justru Susi yang akhirya pura-pura salah tingkah, kemudian bergegas masuk kamar. Meninggalkan Pak Candra yang ngowoh. Susi masuk kamar. Pura-pura menangis di tepi ranjang. Cukup lama. Dia memang sengaja menunggu Pak Candra menyusul. Namun sayang, yang ditunggu tidak masuk-masuk. Susi pun lelah, lantas merebahkan diri. Tapi tetap terus pura-pura menangis. Justru saat itulah Pak Candra muncul. Tiba-tiba tanpa mengetuk pintu. Dia tampak amat kaget melihat Susi kakinya terjuntai ke lantai, sementara tubuhnya tengkurap di ranjang. Menggemaskan. Hem… Pak Candra mendekat dan duduk di sebelah Susi. “Kenapa menangis?” tanyanya. “Susi malu.” “Malu sama siapa?” “Bapak,” kata Susi sambil menyeret sprei untuk menutupi tubuh. Pak Candra mencoba lebih mendekat. Sebaliknya, Susi malah berusaha menjauh. Bahkan disertai ekspresi wajah tidak berkenan, “Bapak mohon keluar dulu. Susi mau ganti baju.” Pak Candra ragu. Bingung antara nekat mau tetap berdiam diri di situ atau keluar seperti permintaan pembantunya. Tapi setelah dipertimbangkan cukup lama, Pak Candra akhirnya klunuk-klunuk keluar. Sejak itu Susi merasakan perhatian Pak Candra kepadanya berbeda dari sebelum-sebelumnya. Pak Candra juga mulai jarang melompat pagar untuk menemui Parem. Dia justru sering memberi hadiah. Mulai baju lumayan bagus hingga perhiasan. Toh begitu, Susi masih jual mahal. Dia tetap menghindar ketika lelaki bermulut amis dan langu tersebut berusaha mendekat. Suatu malam, menjelang tidur, Susi melihat Pak Candra menuju kamarnya. Ia lantas diam-diam sengaja membuka pintu, meraih HP, dan pura-pura berbicara vs seseorang di seberang sana. “Iya, nanti kalau pulang, doakan Mbak bawa rezeki untuk kamu beli motor,” kata Susi dikeras-keraskan. Saat itulah Pak Candra muncul. “Untuk siapa motornya?” tanya Pak Candra tiba-tiba. (jos, bersambung)    

Sumber: