Gubernur Khofifah Ajak PTS Ikut Turunkan Angka Stunting di Jatim

Gubernur Khofifah Ajak PTS Ikut Turunkan Angka Stunting di Jatim

Gubernur Khofifah Indar Parawansa memberikan sambutan. Surabaya, memorandum.co.id - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak perguruan tinggi swasta (PTS) untuk turut berperan aktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. Terutama, Khofifah ingin PTS andil untuk meningkatkan produk alat dan mesin pertanian (alsintan) modern agar produk pertanian kita makin tinggi nilai tambahnya. Selain itu, diharapkan PTS juga ikut berperan menekan angka stunting di Jatim. “Sebagai bagian dari pentahelix, perguruan tinggi yang tergabung dalam APTISI menjadi bagian strategis untuk bergerak berseiring dengan pemerintah mengatasi masalah dan tantangan yang saat ini ada di Jawa Timur. Terutama dua masalah strategis yang sedang fokus kita urai yaitu peningkatan nilai tambah sektor pertanian dan penurunan angka stunting,” urai Gubernur Khofifah,  Minggu (19/3/2023). Ajakan tersebut disampaikan Gubernur Khofifah saat membuka Musyawarah Wilayah Ke-VI Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah VII Jatim yang dihelat di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Untuk itu, lewat muswil VI APTISI ini, ia berharap ada rekomendasi strategis yang dihasilkan sebagai buah pikir dari kalangan akademisi untuk menghadapi masalah peningkatan nilai tambah sektor pertanian maupun stunting. Misalnya di sektor pertanian, Gubernur Khofifah menyebut ada masalah yang sedang dihadapi petani dalam peningkatan produktivitas pertanian dengan menggunakan alsintan modern. Banyak dari petani yang kesulitan mendapat permodalan untuk membeli alat pertanian modern karena masih ada angsuran KUR. Oleh sebab itu, Gubernur Khofifah menyampaikan usulannya agar gapoktan di Jatim bisa mendapatkan kredit KUR dengan sistem grace periode untuk pengadaan alsintan modern. “Saya sudah terkonfirmasi kalau proses memanen padi pakai harvester, maka bisa mengurangi losses sebesar 9-11%. Kalau produksi padi nasional total sebanyak 32 juta ton, berarti ada 10% yang bisa kita tambahkan,” ujarnya. Namun sayangnya, saat ini pengadaan alsintan modern bagi petani seperti combine harvester tersebut masih sulit dilakukan. Karena terkendala akses permodalan mengingat sebagian besat mereka belum lunas KUR-nya. “Karena ada peraturan kalau sudah ambil KUR dan belum lunas maka tidak bisa mengakses PEN dan skema lainnya. Inilah mengapa saya usulkan untuk KUR Gapoktan bisa mendapatkan skema pinjaman dengan grace periode 2 tahun InsyaAllah sudah cukup,” katanya. Tidak hanya itu, Gubernur Khofifah juga menyinggung peranan mesin dryer (pengering) yang dinilainya sangat penting untuk mengurangi kandungan air dan broken pada beras. Jika pengeringannya bagus maka kandungan air pada beras rendah sehingga beras yang dihasilkan bisa berkualias premium. “Oleh karena itu dari harvester, dryer, dan RMU (rice milling unit) itu bisa dihasilkan secara lebih bagus lagi. Maka Butuh pinjaman dengan skema grace period,” sebutnya. Selain sektor pertanian, Gubernur Khofifah juga mengajak perguruan tinggi untuk turut andil dalam upaya Pemprov Jatim menekan angka stunting. Hal itu bisa dilakukan dengan PTS menerjunkan mahasiswa untuk KKN di wilayah-wilayah Jatim yang terindikasi stunting. “Dengan edukasi bagi warga sekitar, maka saya rasa ini akan melahirkan intervensi yang lebih precise. Meskipun saat ini angka stunting di Jatim 19,2% sudah dibawah standar WHO, tapi saya rasa ini masih memerlukan intervensi yang lebih substantif,” tandasnya. (bin)

Sumber: