Cahaya Langit yang Sinari LGBT di Dini Hari (7)

Cahaya Langit yang Sinari LGBT di Dini Hari (7)

Koko tahu ini salah. Dilihat dari sisi sosial, apalagi sisi agama. Tapi dia tidak bisa ingkar. Dorongan batinnya teramat sangat kuat. Untuk melampiaskannya, dia sering memandangi foto atau video cowok-cowok cakep sambil (maaf, sensor). Koko belum pernah—mudah-mudahan tidak akan pernah—memuaskan nafsuku dengan mengajak laki-laki bercinta. Padahal, dorongan itu sangat kuat. Saking kuatnya, sampai dia pernah mencoba mendekati komunitas-komunitas gay dan hendak bergabung dengan mereka. Koko tahu mereka suka nongkrong di Pattaya dekat Monkasel. Tempat ini memang sangat favorit di kalangan LGBT. Lokasinya yang cenderung gelap dimanfaatkan sebagai tempat transaksi sekaligus eksesusi. Teman-teman LGBT juga suka menjadikan Taman Bungkul sebagai lokasi pertemuan. Area meet up-nya di dekat arena permainan ketangkasan  atau extreme sport di sayap kanan taman. Diponggo dan foodcourt di kawasan Ahmad Yani sering pula dijadikan jujugan. Kebanyakan kaum muda yang sering nongkrongin tempat yang seharusnya untuk keluarga ini. Terutama kelompok lesbi. Tapi Koko selalu ragu untuk menyatu dengan mereka. Koko bahkan tidak punya keberanian kenal dekat dengan mereka kecuali hanya say hello. Ketika sedang melamunkan tempat-tempat favorit LGBT tadi, Koko mendengar Andy menguap. Dia tengok jam di HP, menunjukkan pukul 02.09. Andy duduk dan mengawasi Koko, yang waktu itu berpura-pura masih tidur. Dia lantas berdiri dan melangkah keluar tenda. “Ke mana malam-malam gini?” batin Koko waktu itu. “Mungkin pipis,” imbuh kata hatinya. Koko tunggu sekitar lima menit, belum kembali. Sepuluh menit, belum juga kembali. Ke mana ya? Koko penasaran. Lantas mencoba mencari Andy di luar. Sepi. Hanya terdengar gebyur air di kamar mandi. Masa mandi saat dingin-dingin begini? Tapi ya mungkin saja. Buktinya, pada saat teman-teman, termasuk Koko, tidur pakai selimut dan pakaian tebal, Andy hanya terbaring dengan kaus singlet dan training. Koko termangu tidak jauh dari kamar mandi, yang tampaknya khusus disediakan untuk orang-orang yang camping atau berkemah. Senyum di bibirnya tiba-tiba mengembang membayangkan Andy terguyur air dingin. Pada saat itu, tiba-tiba Andy muncul di depan pintu. Gagah. Dia melihat Koko. Kaget. Koko tersipu, lantas menundukkan pandangan. Pertemuan di depan kamar mandi membuat Andy dan Koko sama-sama kaget. Untung Koko segera bisa menata hati sehingga tidak tampak bahwa dia sungguh terkesan dengan penampilan Andy “Mau mandi juga ya?” tanya Andy. Ternyata dia sudah tampil rapi. Memakai kaus berkerah warna putih dipadu sarung kotak-kotak. (jos, berjamaah)  

Sumber: