Patih Gajah Mada adalah Putra Lamongan
Lamongan, memorandum.co.id - Siapa tak kenal Gajah Mada? Sosok yang selalu mengingatkan orang pada Sumpah Amukti Palapa, penaklukan Nusantara, hingga peristiwa berdarah di Alun-Alun Bubat. Namun siapa sangka sosok Perdana Menteri Kemaharajaan Majapahit yang dikenal sebagai panglima perang yang selalu unggul dalam pertempuran adalah seorang negarawan, intelektual hukum, dan birokrat yang ulung. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan sejarawan yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU Agus Sunyoto, terungkap fakta-fakta baru Gajah Mada. Versi Agus Sunyoto, aturan hukum Kerajaan Majapahit dibuat dari pemikiran Gajah Mada. Itu disampaikannya saat hadir sebagai pembicara dalam Seminar Sejarah PU Gajah Mada Putra Lamongan di Pendopo Lokatantra, Rabu (4/12). Hal ihwal Gajah Mada sebagai putra Lamongan juga sudah dibukukannya dengan judul yang sama. Menurut dia, Gajah Mada yang membuat berbagai norma hukum di era Majapahit. Mulai dari hukum ekonomi pasar , hukuman bagi yang melakukan perzinahan, hingga aturan hukum perlindungan terhadap kaum perempuan. Perdana Menteri Gajah Mada menurutnya membuat aturan dengan sangat detail. Mulai dari hukum perdagangan, yakni bagi penjual yang melakukan kecurangan akan mendapat hukuman setimpal. Selain itu juga ada hukuman bagi yang melakukan zina, dan hukuman berat terhadap pelecehan seksual. "Perlindungan terhadap perempuan di masa Gajah Mada luar biasa tingginya, hingga pelaku pemerkosa di hukum mati,” ungkapnya. Sementara itu Bupati Fadeli berharap penuh untuk terus berupaya mengungkap fakta dibalik sejarah yang banyak ditulis selama ini. Fakta Gajah Mada lahir di Lamongan dengan nama kecil Joko Modo ditunjukkan dengan adanya makam ibundanya, Nyi Andong Sari di Dusun Cancing, Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang. Kemudian adanya situs Sitinggil di Desa Mojorejo, Kecamatan Modo, yang diyakni tempat Joko Modo melakukan ritual ibadah. Serta adanya Prasasti Biluluk yang menegaskan arti penting dan strategis Lamongan di masa lalu. Dia berharap fakta siapa sebenarnya Gajah Mada. Terutama semangatnya, dari orang berkasta rendah hingga menjadi menteri besar agar dipahami oleh generasi muda saat ini. “Upaya menyakinkan bahwa Gajah Mada putra Lamongan tidah boleh berhenti sampai seminar ini saja. Sampaikan kepada masyarakat siapa sebenarnya Gajah Mada, Anak-anak Lamongan harus bangga dengan Lamongan yang memiliki arti penting dan strategis di masa Airlangga dan Majapahit,” ujar Fadeli. (*/udi)
Sumber: