Warga dan UMKM Sambat Kenaikan Tarif Air PDAM

Warga dan UMKM Sambat Kenaikan Tarif Air PDAM

Surabaya, memorandum.co.id - Sejumlah konsumen air milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada sambat. Sebab, tagihan tarif air bersih naik. Kenaikan itu tidak diimbangi dengan kualitas air bersih, bahkan warga meluhkan air macet tapi disuruh bayar. Tentu hal tersebut menuai kontra di masayarakat. Seperti penyaluran air di wilayah Asemrowo. Kenaikan tarif PDAM diharapkan jadi motivasi mewujudkan pelayanan lebih baik. Bukan hanya mampu menyediakan air, tapi kualitas air bersih bersih dan sulpai air penuh 24 jam sangat dibutuhkan warga. Seperti yang disarakan Anik Muasaroh, pelaku UMKM di Jalan Asemrowo Kali ini sangat terpukul dengan kenaikan tarif air tersebut. Ia mengeluhkan kenaikan tarif air tersebut. Dari tarif awal Rp 130 ribu per bulan, kini menjadi Rp 150 ribu. "Sudah sebulan terakhir ini naik 20 ribu," kata perempuan usia 40 tahun ini. Dengan kondisi itu, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak dengan naiknya harga tersebut. Yang lebih dia kesalkan kenaikan tarif itu tidak diimbangi dengan kualitas dan kuantitas air. Kendati demikian, pasokan air PDAM terkhusus di tempat usahanya hanya keluar sedikit. Bahkan kerap tidak keluar air di jam tertentu. "Jam 05.30 sampai jam 09.00 air tidak keluar," ungkap dia. Kondisi seperti itu, kata Anik hampir setiap hari terjadi. Hal tersebut tentu menjadi masalah. Apalagi ia memiliki usaha warung kopi yang hampir 80 persen membutuhkan air. "Lalu gimana kondisi seperti ini. Harusnya pihak terkait menyadari kondisi ini. Apalagi usai pandemi ini ekonomi belum membaik. Keuntungan tiap hari juga tidak seberapa. Hanya mampu buat keberlangsungan hidup," imbuhnya. Kondisi serupa terjadi di wilayah Tambak Pring Timur RW 06, Tambak Pring Barat RW 08, dan Tambak Dalam Baru RW 05. Beberapa hari ini kondisi air keruh. "Dua hari ini sempat keruh airnya," kata Wiwit kepada Memorandum. Pihaknya juga menyayangkan dengan kenaikan tarif air PDAM. "Di rumah saya sendiri, sebelumnya tarif airnya kurang dari Rp 110 ribu, sekarang naik jadi Rp 178 ribu," imbuhnya. Kondiai kenaikan harga air itu tidak hanya dirasakan Wiwit, sejumlah warga lain juga mengalaminya. "Ada yang warga sekitar  yang awalnya tarif Rp 60 ribu-an, sekarang Rp 98 ribu," ungkapnya. Dia berharap pihak terkait agar kenaikan tarif itu ditinjau ulang. "Selain air keruh, masalahnya di wilayah  Asemrowo debit airnya keluarnya kecil. Bahkan gak keluar," tegas dia. (alf)

Sumber: