Pengorbanan Sia-Sia Pengusaha Kosmetik (2)

Pengorbanan Sia-Sia Pengusaha Kosmetik (2)

Adam sering berlama-lama di Jakarta. Tidak seperti dulu, begitu selesai kulakan langsung pulang ke Surabaya. Saat ditanya, Adam selalu menjawab pekerjaannya memang menuntut demikian. Jakarta sering macet. Yang lebih berpengalaman tentu tidak percaya begitu saja alasan Adam. Dia ingin menyelidiki. Tapi belum sampai tuntas, Ela terburu menemukan masalah baru yang mengagetkan: uangnya tidak terlacak hingga Rp 1 miliar. Ketika fakta ini ditanyakan, Adam tidak menjawab dengan sepatah-dua patah kata, melainkan dengan sikap: diam dan kabur. Ela tak mungkin bisa melupakannya, Adam tidak pernah muncul di rumah. Tak hanya meninggalkan Ela, lelaki ganteng ini juga meninggalkan dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. Teleponnya tak pernah aktif, tak pernah menghungi istri dan anak-anaknya, apalagi muncul di rumah. Adam seolah hilang ditelan bumi. Selain itu, Adam membawa kabur Inova. Mau tak mau akhirnya Ela mencoba melacak keberadaan sang suami ke sepanjang perjalanan Jakarta-Surabaa. Ela dan Adam kadang memang membawa kendaraan sendiri saat kulakan. Ia berusaha berpikir positif: jangan-jangan Adam ada halangan di suatu tempat. Langkah menghubungi polisi pun sudah dilakukan, namun tidak ada hasil yang signifikan. Ela lantas melacak satu per satu ke rekanan bisnis. Ternyata ada satu yang mencurigakan. Pemilik grosir busana muslim di Mangga Dua Jakarta, sebut saja Ningsih, sudah seminggu tidak muncul di tempat kerja. Janda keturunan Arab-Madura ini sempat dicurigai memiliki hubungan khusus dengan Adam. Apalagi, entah sadar atau tidak, Adam sering membicarakan wanita ini dengan Ela. Adam pernah menyatakan kagum terhadap Ningsih yang mampu mengembangkan sayap bisnisnya hingga ke bumi para nabi. Ningsih juga dipuji sebagai janda yang tahan banting. Ela pun lebih serius melacak kemungkinan suaminya kabur dengan Ningsih. Tapi, tetangga kanan-kiri tempat jualannya tidak ada yang mendukung kecurigaan tadi. Mereka menginformasikan bahwa Ningsih sedang berumrah bersama keluarga besarnya di daerah. Ketika Ela meluncur ke tempat asal Ningsih di daerah Bangkalan, dia mendapat informasi bahwa Ningsih sedang berumrah bersama keluarga besar dan calon suaminya, bahkan berencana melangsungkan akad nikah di Masjidil Haram. Calon suaminya adalah pengusaha asal Makassar, pria keturunan Arab juga. Lantas, ke mana kaburnya Adam? Di tengah kegaluannya, Ela mendapatkan kabar bahwa Adam terpikat pemilik warkop (warung kopi) yang berjualan di belakang kompleks Mangga Dua. Namanya sebut saja Ria. Masih gadis. Secara kasat mata masih perawan tingting. Sudah lebih dari seminggu Ria pulang kampung bersama pacar barunya. Tak membuang waktu lama, Ela pun meluncur ke sebuah desa di Tegal, yang terkenal dengan bahasa ngapak-ngapak-nya, tempat asalĀ  Ria. Saat tiba di rumah yang dicari, Ela melihat pemandangan yang tak pernah dia bayangkan: Adam melangsungkan ijab kabul dengan Ria. (jos, bersambung)  

Sumber: