Politeknik Pelayaran Surabaya Dukung Penuh Penyelidikan Kematian Taruna Asal Mojokerto

Politeknik Pelayaran Surabaya Dukung Penuh Penyelidikan Kematian Taruna Asal Mojokerto

Surabaya, Memorandum.co.id - Direktur Politeknik Pelayaran (Potekpel) Surabaya, Heru Widada akhirnya buka suara atas kasus tewasnya satu taruna baru, Muhammad Rio Ferdinand Anwar (19). Rio merupakan taruna yang baru menjalani pendidikan lima bulan lalu. Ditemui di gedung utama Poltekpel, Heru Widada mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya salah satu taruna. "Pertama, kami dari civitas akademika Politeknik Pelayaran Surabaya menyampaikan turut berdukacita atas meninggalnya taruna atas namaRio Ferdinan Anwar," kata Heru. Heru mengaku, jika ia bersama jajaran Poltekpel Surabaya ikut mengikuti proses pemakaman korban. Di rumah duka, Heru bertemu dengan orang tua hingga nenek korban. Menurut Heru, Rio merupakan cucu yang disayang di keluarga mereka. "Sekali lagi, kami dari civitas akademika Politeknik Pelayaran Surabaya dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) perhubungan, menyampaikan duka cita mendalam, atas meninggalnya anak didik kami," tegas Heru. Dari keterangan keluarga, lanjut Heru, Rio merupakan anak yang baik dan tak pernah meniggalkan ibadah. "Saya menghadiri pemakaman. Bertemu dengan orangtua dan neneknya. Karena Rio ini, merupakan cucu yang sangat disayang neneknya, dan dia taat beribadah," tandas Heru. Dengan adanya kejadian itu, Heru Widada berharap tak ada lagi insiden serupa. Hal itu, juga sebagai bahan evaluasi secara menyeluruh terhadap kegiatan di kampus Poltekpel Surabaya. "Dan mudah mudahan ini tak terulang lagi dan jadi pembelajaran juga evaluasi secara menyeluruh terhadap seluruh kegiatan di Poltekpel," imbuh dia. Disinggung terkait proses penyelidikan, Heru tak ingin berandai-andai. Ia memilih untuk menyerahkan proses tersebut ke pihak kepolisian. "Nanti tentunya, kalau ada tindak pidana, kami akan serahkan, ke pihak kepolisian," ucap Heru. "Kalau memang dari sisi aturan pendidikan dan arahan kepala bidang pengembangan SDM perhubungan, sudah jelas menguntuk keras tindakan tindakan itu. Dan tentunya akan disanksi, dan sanksinya sangat berat dan bisa langsung dikeluarkan," lanjut dia. Sejauh ini, kata Heru, pihaknya menerima laporan jika sudah ada 12 orang dimintai keterangan di Polrestabes Surabaya. Heru juga mendukung upaya kepolisian untuk memgungkap secara terang kasus ini. Ia pun siap membuka pintu kepada polisi jika memang ada hal yang dibutuhkan. "Sementara yang dimintai keterangan, ada sekitar 9 sampai 12 orang, di Polrestabes Surabaya. Dan sudah berjalan sejak tadi siang, hingga saat ini. Tentu kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luasnya. Apa yang terjadi, pada malam senin itu," tegas Heru. Kedepan, tegas Heru Widada, pihaknya akan melakukan proses pengawasan proses di kampus. Selain memaksimalkan Sumber Daya Manusia (SDM), Heru akan memperbanyak kamera Closed Circuit Television (CCTV) di beberapa titik. Disinggung adanya proses ospek bagi Taruna baru, Heru menampiknya. Bahkan, setiap hari ia dan para pembina memberi berbagai proses pembekalan agama. "Tak ada itu (ospek). Kami punya pendamping untuk memberi pembekalan agar hatinya (taruna) ini tersentuh," ucap Heru. "Kami memberi Pembekalan-pembekalan agama. Karena ada agama islam, Kristen, katolik, hindu, Budha. Karena kembali lagi ini dari hati, kami sudah siapkan sarana dan prasarana untuk pengawasan. Namun, kalau hatinya ini tak tersentuh, akan ada muncul lagi," ia menambahkan. Heru berharap, dari hasil penyelidikan oleh Polrestabes Surabaya, bisa menjadi acuan dalam pihaknya melakukan tindaklanjut agar tak ada lagi tindak kekerasan serupa di Poltekpel Surabaya. "Sebagaimana yang disampaikan bapak SDM perhubungan, sanksinya sangat jelas dan berat, apabila menyangkut hilangnya nyawa," kata dia. "Kami menyerahkan sepenuhnya. Apa yang dilakukan Polrestabes, kami fasilitasi. Dan aeandainya ada tambahan keterangan, dari pegawai atau dari taruna, kami akan berikan. Agar, ini terang benderang dan tidak ada ditutupi karena negara kita negara hukum," pungkas Heru. Sebelumnya, Mochamad Yani meradang. Impian untuk melihat anaknya, Rio, lulus dari universitas Politeknik Pelayaran Surabaya pupus usai mendapatkan kabar jika putranya tersebut tewas dengan sejumlah luka di tubuh. Yani menduga, anaknya korban penganiayaan. Untuk memastikan kematian anaknya itu, Yani melaporkan kasus tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Gununganyar. Yani datang dengan membawa sejumlah alat bukti. Termasuk foto kondisi korban yang bersimbah darah.(fdn)

Sumber: