Harga Sembako Meroket, Pedagang Pasar Pucang Akui Sepi Pembeli

Harga Sembako Meroket, Pedagang Pasar Pucang Akui Sepi Pembeli

Surabaya, memorandum.co.id - Tinggal beberapa pekan lagi, masyarakat Indonesia beragama muslim merayakan Hari Raya Idul Fitri. Seperti tahun-tahun sebelumnya, banyak kebutuhan hidup yang mendadak mengalami kenaikan harga. Termasuk kebutuhan bahan pokok yang dijual di pasar-pasar tradisional. Di Kota Surabaya, sudah banyak pedagang yang mengeluh meroketnya harga sembako di Pasar Tradisional Pucang, Surabaya. Tak hanya beras, minyak goreng dan telur, harga sayur dan cabe juga ikut meroket di Pasar Pucang. Kenaikan dan kelangkaan bahan pokok penting itu tentu berdampak bagi masyarakat dan bagi para pedagang. Siti, salah satu pemilik toko sembako Pasar Pucang mengaku, semenjak meroketnya harga sembako bulan lalu, ia merugi akibat turunnya daya beli masyarakat. "Sudah satu bulan ini sepi mas yang beli. Ya karena harganya naik," kata Siti, Minggu (5/2/2023). Siti merinci, barang-barang dagangannya yang mengalami kenaikan signifikan yakni, beras, gula, telur hingga minyak goreng. Selain itu, kebutuhan lain yakni mie kering, sayur mayur hingga daging ayam potong juga turut mengalami kenaikan harga. "Beras naik, gula, telur naik, minyak naik, mi juga naik. Sejak bulan lalu. Dulu beras harganya Rp 9 ribu, kalau sekarang sudah harga Rp 13 ribu. Kalau telur, dulu harga Rp 24 ribu, sekarang Rp 28 ribu. Juga ayam potong, dulu Rp 28 ribu, kalau sekarang Rp 32 ribu mas," kata Siti. Harga minyak goreng curah, kata Siti, dulu hanya seharga Rp 12 Ribu. Namun, saat ini, bisa menembus harga Rp 17 ribu. Harga minyak goreng besutan pemerintah yakni MinyaKita, juga mengalami kenaikan. Dulu, pedagang cuma menjual Rp 12 ribu, namun sekarang mencapai Rp 15 ribu per pouch. "Minyak goreng itu yang paling dikomplain pembeli. Dulu harganya saya jual seharga Rp 12 ribu. Sekarang tembus Rp 15 ribu. Apalagi, sekarang susah dapatnya mas. Banyak pembeli yang ngomel. Sekarang sudah jarang sekali ditemui," aku Siti. Siti berharap, pemerintah dan pihak terkait bisa membuat normal harga kebutuhan di pasar. "Harganya minimal ya seperti dulu mas. Normal. Tidak mahal kaya gini. Kita dikomplain pembeli kalau harganya mahal. Sepi sekali sekarang. Rugi mas," keluh Siti. Dalam kesempatan yang sama, Mia, salah satu pembeli mengaku keberatan dengan harga sembako sekarang. Khususnya harga beras dan minyak goreng (migor). Apalagi, dua bahan itu menjadi kebutuhan tetap bagi Mia dan keluarganya. "Kebetulan saya juga kan jualan di sini mas. Jualan baju. Setiap hari saya juga belanja di sini mas. Sekarang apa-apa mahal. Beras, telur, minyak goreng. Tentu saya keberatan mas dengan harga ini. Ya mudah-mudahan pemerintah mengerti mas," aku Mia. Mia mengaku, dua hari lalu, ia mengikuti operasi pasar oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim. Dalam kegiatan tersebut, Mia memperoleh dua karung beras dengan harga yang sangat murah. "Dapat dua mas, satu karung 5 kilogram," ucap Mia. Wanita berhijab itu berharap, pemerintah bisa kembali menggelar kegiatan serupa. "Kalau bisa ya seminggu sekali. Berasnya juga enak kok mas. Harganya juga sangat murah," pungkas Mia.(fdn)

Sumber: