Petani Kediri Pilih Tanam Jagung, Panen Padi Turun

Petani Kediri Pilih Tanam Jagung, Panen Padi Turun

Kediri, Memorandum.co.id - Produktivitas padi di wilayah Kabupaten Kediri mengalami penurunan pada tahun 2022. Hal itu dikarenakan sejumlah petani berpaling menanam jagung yang berisiko lebih rendah. Kepala Seksi Usaha Tani dan Pasca Panen Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, Deni Manggiharto menjelaskan, memang ada sedikit penurunan luas lahan padi di tahun 2022 sekitar 1.000 hektare yang turut mempengaruhi hasil panen. Petani pun berpaling ke tanaman jagung yang berisiko lebih rendah. “Ada sedikit penurunan karena petani beralih ke tanaman jagung salah satunya karena tanaman padi banyak gangguan,” katanya, Selasa (31/1/2023). Dia menyampaikan, jagung memiliki risiko lebih rendah daripada padi. Oleh karenanya petani beralih menanam jagung karena dianggap berhasil setelah melewati masa kritisnya di dua bulan pertama setelah tanam. Meski begitu, padi masih berisiko mengalami gangguan hama burung saat memasuki musim panen. "Hasilnya produktivitas turun sementara biaya operasional tinggi, baik itu biaya tanam, perawatan hingga panen," tuturnya. Sepanjang 2022, para petani menghasilkan sekitar 7 ton per hektar gabah kering. Dengan luasan lahan di Kabupaten Kediri mencapai 41.000 hingga 42.000 hektare dengan mencapai 294.000 ton dengan rata-rata penyusutan 50-55 persen. Namun, dia memastikan bahwa jumlah ini masih sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Kediri. Beberapa petani masih mampu mengirimkan hasil panen mereka ke luar daerah. “Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Kabupaten Kediri sudah lebih dari cukup,” ungkapnya lagi. Mengenai tahun ini, Dispertabun mendorong peningkatan produksi dengan memperluas lahan pertanian padi dengan target mencapai 45.000 hektare lahan di 26 kecamatan di Kabupaten Kediri. Sejumlah upaya dilakukan seperti memberikan bantuan benih, pelatihan pembuatan pupuk organik hingga mendorong perluasan padi sehat. Termasuk juga dalam mengatasi beberapa masalah penting terkait pengairan di beberapa daerah kering. Pihaknya juga terus mendekatkan teknologi ke petani untuk turut memangkas biaya operasional. Salah satunya drone pertanian. Untuk pembuatan pupuk organik ini juga menyiapkan demplot di seluruh kecamatan mulai tahun kemarin dengan tujuan supaya mereka bisa membuktikannya secara langsung. “Salah satunya untuk mensiasati ketergantungan pupuk subisidi. Pelatihan pupuk cair, pupuk padat, goalnya gitu untuk menambah luas tanaman organik tapi kita perbaiki dulu tempat tumbuhnya,” tambahnya. Karena, menurut Deni, saat ini tanah yang ada di wilayah Kabupaten Kediri hanya menyisakan sekitar 1-1,5 persen bahan organik. Padahal tanaman bisa tumbuh subur tanpa bantuan pupuk pada tanah dengan kandungan 5 persen bahan organik. Ketika kandungan itu habis maka kesuburan hanya bisa didapat dari bahan kimia. Sehingga jika ini bisa tercapai, akan turut memangkas biaya operasional. Memang, saat ini yang berhasil masih di 50:50 (kimia-organik), tetapi memang perlu dibiasakan dulu tanahnya. "Karena sudah terlalu lama di kita ini menggunakan bahan kimia. Nanti pelan-pelan ditambah prosentase organiknya. Harapan kita di tahun ini lahan tanaman padi bisa terus bertambah,” harapnya. (Mon)

Sumber: