Ketika Malam Pengantin Tidak Menimbulkan Bercak Darah (3-habis)
Lelaki itu ternyata Bandi, suami Ningsih. Dia tidak mau melepaskan pelukan. Berkali-kali dia minta maaf dan meminta Linda mencabut gugatan cerainya. Dia mengaku bersalah dan tidak ingin kehilangan Linda Linda gelagapan. Dia tidak mengerti maksud Bandi berbuat seperti itu. Maka, ketimbang jadi tontonan orang banyak, Linda akhirnya mengajak Bandi pamit dan pulang. Sejak itu Memorandum putus informasi soal kisah rumah tangga Linda vs Bandi. Beberapa kali dolan ke pengacaranya, dikatakan bahwa belum ada perkembangan soal rencana percerian mereka. Baru dua hari yang lalu Memorandum mendapatkan cerita soal Linda dan Bandi ketika mampir ke kantor sang pengacara. Katanya Linda mencabut gugatan cerainya, senyampang belum ada putusan dari PA. Menurut Win, Bandi sudah menyadari kesalahannya. Dia menyadari bahwa bercak darah bukan sepenuhnya tanda bahwa seorang gadis itu masih suci atau tidak. Sebab, bisa saja selaput keperawanan seseorang pecah karena trauma tertentu. Misal, selaput keperawanan seorang atlet balap sepeda bisa rusak karena itensitasnya bersentuhan dengan sadel, terjatuh, dan masih banyak hal lain. Hal lain yang mendorong Bandi minta Linda mencabut gugatan cerai, lelaki kerempeng berwajah culum ini menemukan fakta mengejutkan. Begini ceritanya: Bandi yang ingin sekali lagi menikmati darah perawan kembali memesan gadis tingting, anyar gres, dari seorang muncikari. Singkat cerita, Bandi menunggu gadis pesanannya di sebuah hotel kawasan Pasar Besar. Tak disangka, yang datang ternyata gadis sama yang pernah diperawaninya lebih dari setahun lalu. Tentu saja Bandi kaget. Gadis yang pernah menyuguhkan keperawanan setahun silam itu mana masa bisa menyuguhkan kembali keperawanan? Deg! Bandi merasa dilibuli. Walau begitu, Bandi pura-pura tidak mengenal gadis. Demikian juga, rupanya gadis itu sudah lupa terhadap Bandi. Prosesi pemerawanan pun dimulai. Sang gadis bersikap seolah-olah perawan sejati. Sikapnya malu-malu kucing dan seperti tidak pernah mengenal dunia 21 tahun ke atas. Ah uh-ah uh glodak… pun terjadi. Kala pertempuran berlangsung, Bandi memasang kewaspadaan penuh. Dia tidak pernah lepas memperhatikan gerak-gerik lawan tempurnya. Juga, ketika gadis berwajah imut dan berbodi mungil ini melakukan gerakan ganjil. Terus diwaspadainya. Bandi mengetahui betul ketika sang gadis mengambil sesuatu dari bawah kasur. Mendadak mak-sret Bandi menangkap tangan si gadis. Ternyata tangan tersebut memegang klip plastik kecil berisi cairan warna merah. Merah darah!!! (jos, habis)
Sumber: