Eks Menkes: 50 Persen Penduduk Dunia akan Gunakan Kacamata

Eks Menkes: 50 Persen Penduduk Dunia akan Gunakan Kacamata

Surabaya, memorandum.co.id - Diprediksi sekitar 50 persen penduduk dunia akan menggunakan kacamata pada era digital. Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019 Prof Dr dr Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek SpM(K) saat menjadi narasumber dalam acara Stadium Generale yang digelar oleh Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Jumat (13/1/2023). Nila menyebutkan, masuknya era digital menjadikan banyak penduduk dunia akan mulai menggunakan kacamata. Dampak tersebut dinilainya sulit untuk dihindari. "Saya bukan tidak suka dengan digital, saya suka era digital karena semua serba cepat. Namun, tetap harus diatasi dengan baik dengan koreksi pengkacamataan," ungkapnya dalam kuliah umum dengan mengangkat tema Eyes Health Lifestyle for Geb Z in Digital Era. Penggunaan alat digital seperti HP, komputer, dan lainnya akan membuat mata mudah lelah. Oleh karena itu, mantan menkes ini mengajak masyarakat untuk lebih aware. "Kita harus menjaga kesehatan mata dengan pemeriksaan mata, sehingga bisa mengubah kacamata jika mengalami perubahan," tutur Nila. Nila menyebutkan, ada beberapa teknik tersendiri untuk mengatasi mata lelah. Yakni, dengan teknik 20-20-20. Artinya, 20 menit yang dihabiskan untuk menatap layar, sehingga anda harus mengistirahatkan mata dengan melihat benda yang berjarak 20 kaki atau enam meter selama 20 detik. "Kita harus melihat jauh untuk mata lepas melihat benda yang jauh, jadi kita harus mengistirahatkan mata kita," bebernya. Menurut telaahnya, kesehatan mata saat ini tengah dilirik oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebab, kesehatan mata itu sangat penting untuk pencapaian SDGs yang merupakan cara untuk menurunkan angka kemiskinan di dunia. "Kita akui, pendidikan memerlukan pengelihatan, pekerjaan memerlukan pengelihatan, bahkan lansia pun juga memerlukan pengelihatan karena mereka harus tetap bersosialisasi," ungkapnya. Nila menjelaskan, pada data Riskesda tahun 2013 ada sebanyak 6,9 persen kasus diabetes. Sedangkan tahun 2018, kasus diabetes mengalami peningkatan menjadi 8,5 persen. "Indonesia menjadi negara yang tinggi dalam diabetesnya. Lalu apa sih hubungannya dengan mata, nah diabetes ini akan merusak retina karena pendarahan di dalam retina. Apa bisa disembuhkan, jawabannya tidak bisa. Sebab akan menjadi buta permanen, namun bukan seperti katarak," papar Nila. Oleh sebab itu, perlu adanya pencegahan diabetes meningkat lantaran Indonesia tidak ingin banyak masyarakat yang mengalami diabetes yang berdampak pada kebutaan. "Di mana orang buta tidak bisa berdiri sendiri. Mereka memerlukan pendamping, sehingga ada dua orang yang tidak berkerja. Berapa kerugian negara dalam hal ini. Jadi harys betul memikirkan penyakit tidak menular tidak stanting," tandasnya. Dalam acara ini, Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA mengaku senang akhirnya Prof Nila Moeloek mau hadir ke Unusa untuk memberikan ilmunya kepada mahasiswa. Banyaknya pengalaman, membuat Nuh ingin mahasiswa Unusa bisa mengambil Ilmu yang bermanfaat dari Prof Nila. "Saya ingin mahasiswa kita bisa mengetahui bagaimana kesehatan mata bagi generasi Z di tengah era digitalisasi seperti saat ini," kata Prof Nuh. Dengan pengalaman yang banyak, Nuh ingin mahasiswa Unusa bisa belajar lebih jauh dari sosok Prof Nila. Tidak hanya mahasiswa Unusa, namun dalam acara ini juga diikuti langsung mahasiswa dari Universitas Ciputra. "Di tambah acara ini disiarkan online, jadi bisa dilihat dari berbagai universitas lainnya. Dengan begitu kami bisa berbagi untuk ilmu yang diperoleh dengan universitas lainnya," tandas Nuh. (bin)

Sumber: