Bintang Terang Mahasiswa yang Sopir Arisan Sosialita (7)
Krisna dituntun Nitha dengan mata tertutup. Dia belum menyadari bahwa hari itu adalah ulang tahunnya. Krisna bertanya hendak dibawa ke mana kepada Nitha, tapi sama sekali tidak dijawab. Begitu berada di dalam ruangan, yang suasananya gelap agak remang, tutup mata Krisna dilepas bersamaan dengan gema awal lagu Happy Birday to You. Lalu satu per satu lampu ruangan dinyalakan hingga terang benderang. Ternyata mereka berada di ruang resto yang sudah dihias sedemikian rupa. Kejutan yang benar-benar mengejutkan bagi Krisna. Tidak hanya sampai di situ, ketika lagu yang mengalun beralih ke Kemesraan-nya Iwan Fals, satu per satu sahabat Krisna muncul. Mereka bergabung dan menyanyi bersama. Suasana sangat ceria. Bahagia bersama. Apalagi ketika penyanyi yang khusus diajak teman-teman Krisna dari Surabaya, termasuk keponakan Memorandum, membawakan lagu Pamer Bojo versi Cendol Dawet, suasana benar-benar ambyar. Krisna tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Sepanjang acara, dia menahan tangis. Haru atas apa yang dipersembahkan Nitha kepadanya. Krisna terharu bukan karena apa-apa. Tapi, lebih dikarenakan Nitha adalah sosok yang relatif baru dikenalnya tapi amat baik. Lewat jalan yang tidak wajar, lagi. Jalan yang bisa menimbulkan syak wasangka bagi siapa pun yang mendengar kisahnya. “Suasananya mirip pesta yang digelar selebriti,” kata keponakan Memorandum yang ikut dalam helat acara itu sekitar setahun lalu, beberapa saat sebelum epidemi Covid-19. Semua menu makanan ada. Mau yang omurice? Atau french toast? Atau aglio olio pasta? Atau tteokbokki, ramen, sushi, chicken cordon bleu, lasagna, pizza, beef steak, roti prata? Semua ada. Bahkan yang tidak ditulis di sini. “Teman-teman khusus diundang Mbak Nitha untuk hadir pada acara ini,” tambah dia. Senyum solidaritas berkembang di bibirnya. Acara mencapai puncak menjelang pukul 24.00. Nitha berdiri di atas panggung kecil dekat panggung hiburan. Janda yang suaminya meninggal karena kecelakaan di Kanada ini mengaku ingin mengucapkan sesuatu kepada Krisna. Konsultan di beberapa perusahaan asing lulusan S3 University of Wisconson-Madison ini kemudian memanggil Krisna untuk naik dan berdiri di panggung kecil. “Maaf. Ini memang tidak wajar. Terutama bagi orang Timur seperti kita-kita ini. Walau begitu, izinkan aku untuk melanggarnya,” kata Nitha. Suasana yang tadinya hingar langsung clep. Sepi. “Hari ini aku akan melamar Krisna untuk menjadi suamiku,” sambung Nitha. Suasana yang sepi mendadak berubah seperti suara lebah. Berdengung. “Kris, bersediakah kamu menjadi suamiku? Imamku?” kata Nitha sambil meraih tangan kanan Krisna untuk dicium. Bersamaan dengan itu muncul ibunda dan kakak dan ipar Krisna. “Sekarang mereka sudah punya anak satu. Masih balita. Lucu,” kata keponakan Memorandum, baru-baru ini. (jos, habis)
Sumber: