Manfaatkan Aset Tidur 9,5 Juta Meter Persegi, Pemkot Surabaya Geber Program Padat Karya
Surabaya, memorandum.co.id - Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya terus menggencarkan program Padat Karya di seluruh kecamatan yang ada. Gebrakan ini memanfaatkan aset sekitar 9,5 juta atau 9.555.372 meter persegi lahan kosong atau lahan tidur milik pemkot. Aset-aset ini tersebar di berbagai penjuru kota. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, lahan tidur atau Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) yang selama ini mangkrak, kini dioptimalkan untuk menyejahterakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Di masa kepemimpinannya, lahan tidur itu dioptimalkan untuk sektor pertanian dan nonpertanian, seperti usaha cuci mobil, laundry, menjahit, rumah produksi batik, kafe, hingga sentra wisata kuliner. “Untuk mengentas kemiskinan, gizi buruk, dan stunting, maka harus ada pekerjaan untuk warga, terutama MBR. Harapan kami, program Padat Karya bisa berjalan untuk memberikan pekerjaan kepada MBR itu,” kata wali kota, Rabu (21/12). Menurutnya, posisi pemkot dalam program ini adalah sebagai fasilitator. Yakni, memiliki tugas untuk menunjang kegiatan masyarakat dan meningkatkan pendapatan, sekaligus menaikkan taraf hidup warga. Lahan milik pemkot tersebut pun diutamakan untuk tenaga kerja MBR yang berasal dari Surabaya. “Jumlah MBR di Surabaya harus terus berkurang. Bagaimana caranya? Pemkot bersama DPRD Kota Surabaya dan stakeholder saling bersinergi untuk mengentas kemiskinan itu. Salah satunya melalui program Padat Karya,” ujarnya. Sementara itu, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Ira Tursilowati menjelaskan, total aset pemkot yang tersebar di berbagai sudut kota sebanyak 64,4 juta atau 64.496.988,25 meter persegi. Aset sebanyak itu dimanfaatkan untuk pelayanan publik sebanyak 46.740.406,12 meter persegi atau sekitar 72 persennya. Kemudian dipakai untuk IPT, HGB/HPL atau yang digunakan untuk perizinan dan itu disewakan sebanyak 8.201.210,13 meter persegi atau sekitar 13 persennya. “Nah, tanah kosong atau lahan kosong milik pemkot itu sebanyak 9.555.372 meter persegi. Ini sudah termasuk beberapa aset yang diselamatkan oleh pemkot dengan bantuan pihak kejaksaan. Aset lahan kosong inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Pak Wali Kota untuk mengembangkan program Padat Karya,” urainya. Data terbaru hingga saat ini, program Padat Karya yang diwujudkan berupa rumah padat karya sudah berjalan dan diresmikan di 20 lokasi. Di tempat tersebut, jenis usaha yang dikembangkan bermacam-macam, mulai dari budidaya perikanan, pertanian, pembuatan paving, hingga dibuat kafe yang dilengkapi juga dengan cuci motor dan mobil. “Bahkan, ada beberapa pula yang dibuat laundry, vermak, dan service HP. Ada pula yang dibuat ternak lele, rumah batik, dan ada pula yang dibuat rumah maggot. Jadi, bermacam-macam sesuai kondisi di lapangan,” beber dia. Selain 20 lokasi itu, kini pemkot juga sudah menyiapkan 14 lokasi untuk rumah padat karya. Bahkan, empat rumah padat karya itu sudah siap diresmikan dalam waktu dekat. “Tentu ini akan terus kita kembangkan untuk mengoptimalkan aset-aset pemkot yang selama ini masih menjadi lahan kosong,” tuntas Ira. (bin)
Sumber: