Suami Dipindah Tugas ke Kota Kecil Pantai Selatan (1)

Suami Dipindah Tugas ke Kota Kecil Pantai Selatan (1)

Hidungnya mancung. Matanya agak sipit tapi proporsional. Rambutnya panjang terurai hitam. Cantik. Tubuhnya pun seksi. Sayang, pesona itu tenggelam di balik rambut acak-acakan dan wajah pucat. Pandangan kosong turut memperkeruh penampilan perempuan sekitar 30 tahunan tersebut. Dia duduk di kursi ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Surabaya. Ada tempat kosong di sebelahnya. Kebetulan. Memorandum mendekat dan permisi hendak duduk. Jangankan mempersilakan, wanita tadi, sebut saja Meyti, hanya diam. Menoleh pun tidak. Wanita lebih muda di samping kiri Meyti menyenggol lengannya, baru dia bereaksi, “Monggo,” katanya memersilakan Memorandum duduk. “Maaf, Mbak masih sedih. Dia disakiti suaminya,” kata wanita yang lebih muda tadi, sebut saja Lindri. Basa-basi pun tercipta di antara kami. Menurut Lindri, kakaknya trauma terhadap lelaki karena baru saja disakiti suaminya, sebut saja Indra. Pria itu mengkhianati cinta mereka di depan mata. Terang-terangan. Blak-blakan. Saking traumanya, kakaknya tersebut sampai menilai semua laki-laki sama saja. Tidak bisa dipercaya. Hal serupa memang pernah juga terjadi pada keluarga Lindri. Suami Lindri tepergok Meyti keluar hotel dengan wanita lain. “Semua lelaki sama. Pengkhianat. Bajingan. Ya kan?” kata Meyti tiba-tiba sambil menoleh ke Lindri. Sorot matanya penuh kebencian. Seperti ada lava panas memancar dari bola matanya. Lindri mengangguk dan mencoba menenangkan kakaknya. Diraihnya pundak Meyti, ditepuk-tepuk, lalu didekatkan kepala sang kakak ke pundaknya. Lantas dielus-elus. Penuh kasih. Lindri mengaku bisa memahami apabila Meyti sampai trauma. Sebab, sebelum tragedi itu terjadi, rumah tangga kakaknya berjalan sangat harmonis. Meyti sering memuji-muji Indra di depan saudara-saudara. Apalagi di depan Lindri, yang suaminya dipergoki Meyti sedang berselingkuh. Meyti selalu mengaku bangga memiliki suami sebaik Indra. Orangnya genteng, penuh pengertian, sabar, dan pandai mengalah. Karena itu, perubahan perilaku Indra dirasakan Meyti sangat menyakitkan. Pelan-pelan Lindri mengubah posisi duduk untuk menyamankan posisi Meyti yang ternyata tertidur di pelukannya. “Dia sering begini. Maklum, terbiasa tidak bisa tidur berhari-hari. Begitu kantuk menyerang, jadinya tidur sembarangan,” kata Lindri. Orang-orang di samping Lindri berdiri, mempersilakan tempat duduknya dipakai Meyti agar bisa tidur selonjor. Memorandum membantu mengangkat kaki Meyti agar bisa bertumpu di kursi. Lindri minta maaf kepada orang-orang tadi, lalu melanjutkan kisah Meyti. Kata dia, rumah tangga kakaknya yang dibina sejak 12 tahun lalu mulai goyah sejak Indra dipindahtugaskan ke luar kota. Ke kota kecamatan kecil, ujung selatan Pacitan. Indra diangkat menjadi kepala cabang di daerah terpencil tadi. “Sebenarnya Mas Indra sudah mengajak Mbak Meyti pindah ke sana (Pacitan, red), tapi Mbak tidak mau. Alasan Mbak Meyti, kualitas pendidikan anaknya akan down kalau mereka tinggal di pelosok pedesaan,” kata Lindri. (jos, bersambung)  

Sumber: