Universitas Brawijaya Tambah Profesor Bidang Kesehatan dan Manajemen

Universitas Brawijaya Tambah Profesor Bidang Kesehatan dan Manajemen

Malang, Memorandum.co.id -  Penghujung tahun 2022, Universitas Brawijaya (UB), kembali menambah jumlah Profesor sekaligus menjadi guru besar. Dibuktikan, dengan dikukuhkanya 2 guru besar di gedung Samanta Krida Universitas Brawijaya, Jumat (09/12/22). Mereka itu, Prof. Agustina Tri Endharti., S.Si., Ph.D dari Fakultas Kodokteran dan Prof. Dr. Dra. Sumiati, M.Si., CFP dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Dalam penelitiannya,  Prof. Agustina mengangkat tema 'Peran Lyso-Lectin 'iCan SoLec' sebagai Pendekatan Baru Imunoterapi Kompelementer Kanker'. Ia menyampaikan, bahwa cacing tanah berpotensi menjadi bahan alam untuk imunoterapi melawan penyakit kanker. Dengan mensekresi coelomic fluid, yang mengandung lysozyme-lectin (lyso-lectin) yang terbukti memiliki efek anti-kanker. “Hasil studi yang kami lakukan, cacing tanah terbukti efektif digunakan sebagai terapi pendamping. Tapi pemakaiannya perlu dikombinasikan dengan obat kemoterapi standar,” terang professor lulusan Universitas Nagoya tersebut. Lyso-lectin, kata dia, memiliki berbagai aktivitas biologis. Termasuk diantaranya memiliki fungsi sebagai imunomodulator (senyawa yang meningkatkan kekebalan tubuh). Pemanfaatan lyso-lectin sebagai agen imunoterapi merupakan salah satu solusi perkembangan terkini. Khususnya, di bidang pengobatan penyakit kanker dengan prospek di masa mendatang. Kelebihan lainnya, bahan dasar terapi ini mudah diperoleh dan harganya terjangkau. Selain itu, pembuatannya cukup sederhana. Jika dibandingkan dengan imunoterapi sintetis pada umumnya. Proses imunoterapi, menstimulasi kekebalan melawan sel kanker. Melalui regulasi senyawa aktif, yang berperan pada jalur molekuler menghambat dan memulihkan fungsi tubuh. Sementara untuk Prof. Sumiati, berorasi tentang 'IMIFS: Integrasi Modal Intelektual, Modal Fisik, dan Modal Sosial dalam Meningkatkan Kecepatan Inovasi Dan Kinerja Berkelanjutan. Prof Sumiati menjelaskan, IMIFS merupakan pendekatan yang mengintegrasikan modal intelektual, fisik dan sosial dalam peningkatkan kinerja berkelanjutan. Modal intelektual yang dikelola optimal, mampu menangkap peluang investasi strategis serta mendorong kecepatan inovasi. Kinerja berkelanjutan meliputi tiga aspek, yakni ekonomi, sosial dan lingkungan. “Konsep kinerja pada umumnya lebih menekankan pada profit. Sedang perusahaan sangat berkepentingan dengan berbagai pemangku kepentingan. Seharusnya perusahaan tidak hanya menitik beratkan pada profit dan penggunaan teknologi. Tetapi harus memperhatikan aspek-aspek lingkungan dan sosial,” terang mantan Ketua Jurusan Manajemen ini. Kinerja berkelanjutan perusahaan yang unggul, katanya, dapat dicapai saat modal intelektual menggunakan kontak sosial dan interaksi sosial, dapat membangun jaringan serta kepekaan sosial. “Sikap manajer di dalam pengambilan keputusan sangat tergantung pada preferensi sikap manajer terhadap risiko. Sehingga akan mempengaruhi kecepatan menciptakan dan menangkap peluang investasi strategis dan inovasi,” terangnya. Untuk melaksanakan IMIFS, seyogyanya melakukan empat langkah. Mulai peningkatan kualitas intelektual terutama manajemen human capital (modal manusia). Kemudian, memiliki kecerdasan menyaring informasi, menangkap peluang investasi serta kecepatan inovasi. Ini pentingnya, peran knowledge management. Perusahaan mengembangkan tiga unsur utama, kepercayaan (trust), hubungan timbal balik (reciprocal), dan interaksi sosial (interaction). Interaksi sosial yang dibangun semakin luas. Maka jaringan sosial perusahaan semakin kuat. "Terakhir, perusahaan menjaga keseimbangan kinerja. Tidak hanya aspek ekonomi, tetapi aspek sosial dan lingkungan," pungkasnya. (edr/gus)

Sumber: