Infil saat Melihat Ada Bercak Merah di Area Payudara Istri

Infil saat Melihat Ada Bercak Merah di Area Payudara Istri

Yuli Setyo Budi, Surabaya Ferry sempat menyadari kemungkinan istrinya ada main dengan Wedus Gibas setelah memergoki si Wedus keluar dari rumahnya pada saat Ferry baru pulang kerja. Namun, prasangka itu dimentahkan Eli dengan pengakuan bahwa Wedus Gibas baru saja dia mintai tolong membenahi listrik yang korslet. Selain itu Ferry tidak punya bukti apa pun untuk membenarkan tuduhan sebagian tetangga bahwa ada yang salah pada hubungan Eli vs Wedus Gibas. Ferry yang menjalani kehidupan dengan no think to lose hanya bisa tersenyum. Kecut. Suatu saat kecurigaan Ferry kembali muncul setelah melihat ada bercak-bercak merah di area sekitar payudara Eli. Seperti cupang. Itu dia lihat saat hendak memberikan nafkah batin pada suatu malam. Ferry bahkan sampai infil. Namun, kembali kecurigaan itu dimentahkan istrinya yang mengaku sore harinya baru saja kejatuhan ulat bulu. Untuk mendukung pengakuannya, Eli bercerita bahwa yang kena bukan dia saja, melainkan ada banyak ibu-ibu perumahan. Waktu itu mereka ramai-ramai nyunggek jambu di halaman musala dekat lapangan RT. Dan ternyata benar. Keesokan harinya saat bubaran salat Subuh berjamaah di musala, Ferry mendengar cerita soal ulat bulu itu. Yang terkena bukan hanya warga se-RT dengan Ferry, tapi juga warga RT-RT lain. Bahkan RW-RW lain, kelurahan-kelurahan lain, kecamatan-kecamatan lain, kota-kota dan kabupaten-kabupaten lain, provinsi-provinsi lain. Tapi mungkin, lho. Beberapa tetangga yang akrab dengan Ferry menyarankan: senyampang belum terjadi apa-apa (kalau memang belum lho, kata tetangga), sebaiknya Eli dijauhkan dari Wedus Gibas. Caranya dengan pindah kontrakan. Atau untuk sementara memulangkan Eli ke rumah orang tuanya di desa. Nah, kebetulan karena masa kontrak rumah menjelang habis, Ferry akhirnya memilih pindah. Tidak jauh-jauh, hanya ke kompleks perumahan sebelah tapi beda kecamatan. Untuk sementara Ferry memang tidak lagi mendengar kabar miring soal istrinya vs Wedus Gibas. Namun, itu tidak lama. Kali ini bahkan bukan sekadar mendengar, dia melihat Eli dibonceng motor butut dan diturunkan di depan rumah. Waktu itu Ferry kebetulan pulang kerja lebih awal dan memanfaatkan waktu luang di rumah dengan menyirami tanaman. Rumah kontrakan baru mereka memang rindang dengan tanaman toga tinggalan penghuni lama. Ferry memergoki sendiri Eli turun dari motor Wedus Gibas. Dia dan Wedus Gibas malah tidak bisa menghindari tatap muka dan percakapan basa-basi. “Maaf Mas Ferry, tadi aku dikontak Mbak Eli dari Pasar Wonokromo. Sepeda motornya rusak habis tabrakan dengan betor,” kata Wedus Gibas. “Tadi beberapa kali telepon Mas Ferry tapi tidak bisa. Karena takut, Mbak Eli ngontak aku. Sekarang semua sudah beres. Besok tinggal ambil motornya di bengkel,” imbuh Wedus. Ferry yang pada dasarnya sulit marah malah tak mampu berkecap sepatah kata pun. Dia hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Sepulang Wedus dan setelah Eli masuk rumah, Ferry buru-buru melihat HP-nya yang dia simpan di dalam tas. Benarkah tadi Eli meneponnya beberapa kali? Kenapa dia tidak mendengar? Ternyata benar. Eli meneleponnya sampai 73 kali, mulai pukul 11.39 sampai pukul 13.54. Ferry ingat, pagi itu sejak pukul 10.00 dia sedang mengikuti rapat bersama bos dan baru bubar menjelang salat Duhur. Ferry sengaja men-silent HP-nya agar tak mengganggu rapat namun lupa memulihkannya setelah itu. Saat mengecek HP-nya, samar-samar Ferry mendengar Eli menelepon. Entah dengan siapa. “Anuku ketinggalan, Mas. Bisa gawat,” kata Eli. Siapa yang ditelepon Eli? Anunya apa yang ketinggalan. Dan apanya yang gawat? Ferry penasaran dan segera mendekati Eli dari belakang. Eli kaget dan buru-buru menaruh HP-nya. (bersambung)  

Sumber: