Omzet Berkurang, Reni Astuti Dorong Pembangunan Saluran Karah Tepat Waktu
Reni Astuti turun meninjau kondisi pedagang di Jalan Karah. Surabaya, memorandum.co.id - Kondisi debu tebal dan berterbangan di tiga bulan belakangan sebab pengerjaan proyek drainase menjadi suasana yang dirasakan warga Kota Surabaya, khususnya di daerah Karah. Tampak beberapa alat berat, gundukan pasir, kemudian tumpukan beton-beton serta kerangka-kerangka besi menghiasi di sepanjang Jalan Karah Agung tersebut. Suasana yang mengganggu warga itu pun mendapat reaksi dari para pedagang di pinggiran jalan, terlebih membuat mereka tidak nyaman ketika berjualan. Keluhan masyarakat tersebut pun mendapat respons langsung dari Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti pada Senin (21/11/2022) pagi. Dalam kunjungannya, Pimpinan DPRD itu meninjau langsung lokasi dan menghampiri beberapa pedagang di sekitar wilayah pembangunan saluran drainase. “Jadi, saya dapat info dari warga kalau terkait pembangunan di Jalan Karah ini cukup berdampak, ya terhadap pemasukan para pelaku usaha,” ucapnya. Wakil rakyat itu menuturkan, secara umum masyarakat khususnya para pelaku ekonomi itu mendukung pembangunan saluran untuk mengatasi banjir. “Warga mendukung pembangunan, namun kita tidak bisa menyalahkan kalau warga kemudian merasa terganggu, terdampak baik secara finansial dirugikan,” ungkap Reni. Namun, lanjut Reni, pedagang-pedagang ini menyayangkan proses penyelesaian yang memakan waktu lama dan menimbulkan dampak terlebih komplain konsumen mereka. Bahkan tidak sedikit yang tutup lapak karena sulit parkir bagi konsumen yang ingin membeli, sebab keadaan pengerjaan yang tidak kunjung rampung. Dalam keterangannya, politisi PKS ini mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar proses pembangunan senilai Rp9,7 miliar dengan lama pekerjaan 150 hari ini dapat segera rampung. “Sebagaimana yang sudah saya sampaikan juga sebelumnya, setiap pengerjaan infrastruktur itu harus tepat waktu dengan kualitas yang baik,” imbuhnya. “Selama pengerjaan pasti ada dampak untuk warga sekitar. Masyarakat tidak menolak pembangunan tetapi sangat berharap pembangunan bisa segera selesai,” terangnya. Menurut Reni, warga sangat mendukung pembangunan dan berharap tepat waktu dan tidak molor dan hasil pengerjaan memiliki kualitas baik. Lebih lanjut, turunnya omset pedagang ini juga menjadi problem yang dikeluhkan banyak penjual bahkan pendapatan mereka bisa berkurang kisaran 30-50 persen. “Pengaruh banget ke omzet, tiga bulan ini pendapatan menurun,” ujar Mina penjual bubur bayi organik. “Sebelumnya sehari bisa Rp800 ribu pernah juga Rp1,4 juta, sekarang tinggal Rp500 ribu,” keluhnya sembari melempar senyum. Senada, Indah, penjual nasi pecel juga menyatakan hal yang sama. “Sepi, orang-orang nggak mampir, harapannya cepat selesai aja soale udah lama ini,” harap dia. Selain itu, Heru penjual jajanan pukis mengaku pendapatannya turun hingga 50 persen lebih. “Biasanya ramai, sekarang pembeli berkurang,” singkatnya. Adapun di beberapa warung semacam pujasera mengharuskan untuk tutup sementara waktu karena terhalang akses jalan untuk pembangunan. “Ini mangkrak gak selesai-selesai yang bikin kita jadi bingung, kalo panas debunya minta ampun, kalo hujan becek jalan berlubang,” sesal Juma’i pedagang pujasera. Terakhir legislator PKS itu pun berpesan dengan selesainya proyek pengerjaan drainase itu diharapkan bisa selaras pula dengan ramainya para konsumen pedagang tersebut. “Moga-moga ndang lancar, ben warga terdampak penghasilannya bisa segera normal lagi aktivitasnya dan laris lagi,” kata Reni menyemangati para pedagang yang ia temui. (bin)
Sumber: