Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (2)

Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (2)

Setelah puas makan-minum sambil menikmati alunan musik, Aguk mendekat. Pamit untuk naik ke lantai tempat pijat. “Berubah pikiran mau pijat?” tuturnya. “Sori. Kesuwen yo? Ada sesuatu yang gawat,” kata Aguk seturun dari lantai kamar pijat. Wajahnya tampak segar tapi sedikit tegang. Gerakannya kaku seperti ada yang menghantui hatinya. “Apanya yang gawat Guk?’ “Dia keponakan Susi. Aku baru tahu setelah semuanya terjadi.” Susi adalah istri Aguk. “Santai dulu. Ceritakan pelan-pelan. Tidak usah terburu-buru.” “Kita cari tempat saja di luar. Jangan di sini. Aku tidak bisa berpikir.” Di sebuah rumah makan kawasan Mayjen Sungkono, Aguk mulai membuka kata. “Dia keponakan Susi,” kata Aguk menerawang jauh, “Namanya (sebut saja, red) Lia. Anak pakdenya.” Aguk terdiam lama. Tampaknya dia tidak tahu harus bagaimana meneruskan ceritanya. Memorandum membiarkan pria asal Bojonegoro tersebut menemukan kata-katanya sendiri. Sambil memainkan sendok yang masih tercelup di mangkuk es buah, Aguk menarik napas panjang sebelum mengakui masalah ini sangat berat baginya. “Dia sudah tahu sejak aku masuk kamar. Tapi pura-pura tidak tahu. Tidak kenal.” Aguk, yang kala itu sama sekali tidak merasa mengenal cewek yang memijatnya, mulai menggoda. Tubuh perempuan berusia sekitar 28-30 tahun itu dicolek-colek pada bagian-bagian tertentunya. Tidak ada protes, bahkan tampaknya malah menikmati. Sampai suatu saat Aguk mengeluarkan jurus pamungkas agar cewek tersebut mau memberikan pelayanan plus-plus. Selanjutnya proses pelayanan plus-pus pun terjadi. Berlangsung cukup lama, panas, dan sedikit brutal. “Setelah semuanya tuntas, barulah dia bercerita bahwa sebenarnya dia sangat mengenalku. Dia mengakui Susi, yang dia panggil Tante Susi, adalah anak adik bapaknya,” kata Aguk. Lia mengaku sudah beberapa kali bertemu Aguk. Pertama, saat pernikahan Lia. Kedua, saat Lia melahirkan. Ketiga, saat suami Lia meninggal karena kecelakaan. “Sungguh aku tidak menyangka perempuan itu adalah Lia. Penampilannya beda. Lia yang kekenal selalu tampil sangat sederhana, sementara Lia yang ini sangat wah. Tapi memang cantik,” cerita Aguk. “Bagaimana ceritanya hingga semua terbuka?” tanya Memorandum. “Tadi, setelah kami usai melakukan semuanya, tiba-tiba dia kirim salam,” kata Aguk. “Salam buat Tante Susi,” imbuh Aguk menirukan Lia. Tentu saja Aguk kaget. “Tante Susi siapa?” Aguk balik bertanya. Pura-pura tidak paham, tapi hatinya tiba-tiba deg-degan mendengar nama istrinya disebut. “Tante Susi, istri Om.” ”Istriku?” Hati Aguk berdebar semakin keras. Nyaris seperti dentum musik yang keluar dari sound system di sebuah rumah diskotek. (jos, bersambung)  

Sumber: