Kota Malang Alami Deflasi Akibat Penurunan Harga Komoditas Pangan
Malang, Memorandum.co.id - Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan September 2022 mengalami deflasi sebesar -0,11% (mtm), sementara secara tahun kalender dan tahunan tercatat mengalami inflasi masing-masing sebesar 5,72% (ytd) dan 6,76% (yoy). Inflasi tahunan Kota Malang masih relatif tinggi dan di atas kisaran target inflasi 3±1%. Meskipun demikian, secara bulanan inflasi Kota Malang tercatat lebih rendah dari Jawa Timur yang mengalami inflasi sebesar 0,04% (mtm) dan setara dengan Nasional sebesar -0,11% (mtm). Plh Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Doddi Sartono menyebutkan deflasi periode Oktober 2022 didorong oleh penurunan harga yang terjadi di kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,19% (mtm). “Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh inflasi pada kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,06% (mtm), transportasi 0,02% (mtm), dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01% (mtm),” Terangnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (1/11/2022). Berdasarkan komoditasnya, deflasi bulan Oktober 2022 di Kota Malang terutama didorong oleh penurunan harga cabai rawit dengan andil -0,07% (mtm), daging ayam ras -0,06% (mtm), telur ayam ras -0,05% (mtm), angkutan udara -0,04% (mtm) dan cabai merah -0,03% (mtm). Sedangkan, deflasi pada cabai rawit dan cabai merah sejalan dengan pasokan yang melimpah di tengah terjadinya musim panen di berbagai sentra produksi. Harga telur ayam ras di wilayah Kota Malang turut mengalami penurunan akibat telur breeding yang dijual ke pasar menambah pasokan telur. Penurunan harga daging ayam ras disebabkan oleh over populasi yang melebihi daya serap pasar. Sementara itu, penurunan tarif angkutan udara sejalan dengan adanya kebijakan Pemerintah yang menggratiskan tarif Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk jasa pendaratan, penempatan, dan penyimpanan pesawat udara di hingga 31 Desember 2022. Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga pada komoditas bensin dengan andil 0,03% (mtm), minyak goreng 0,02% (mtm), mie 0,02% (mtm), tahu mentah 0,02% (mtm), dan tarif kendaraan roda 2 online 0,02% (mtm). Kenaikan komoditas bensin terjadi pasca penyesuaian harga Pertalite, Solar Subsidi dan Pertamax. Lebih lanjut, kenaikan harga BBM berdampak pada terjadinya second-round effect terutama pada tarif kendaraan roda 2 online. Kenaikan harga minyak goreng disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng curah di tingkat pemasok pasar induk. Sementara kenaikan harga tahu mentah seiring kenaikan harga kedelai yang menjadi komoditas impor di tengah menguatnya mata uang USD. Dengan perkembangan tersebut, Doddi menjelaskan bahwa Bank Indonesia memandang inflasi tahun 2022 akan lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1%. “Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat untuk memastikan inflasi agar segera kembali ke sasaran yang telah ditetapkan,” terangnya. (ari/gus)
Sumber: