Cegah Gagal Ginjal Akut, Pakar Farmasi: Konsumsi Obat Herbal

Cegah Gagal Ginjal Akut, Pakar Farmasi: Konsumsi Obat Herbal

Surabaya, memorandum.co.id - Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Mangestuti Agil MS Apt berpendapat, pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap peredaran obat sirop. Hal ini menyusul merebaknya penyakit gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia. Diduga, faktor kandungan etilen glikol dalam obat sirop menjadi penyebab banyak anak menderita GGAPA. Sebagai antisipasi, sejumlah obat sirop telah ditarik berkaitan dengan penyakit tersebut. “Efek samping obat pascaperedaran tetap dapat terjadi. Oleh karena itu, post marketing surveillance mutlak harus dilakukan (oleh pemerintah),” tutur Prof Mangestuti, Ahad (23/10). Dikatakan Prof Mangestuti, saat ini pemerintah tengah berusaha melakukan upaya penanganan mendetil terhadap temuan tersebut. Akan tetapi, yang perlu diketahui masyarakat adalah penyelidikan terhadap dampak atau efek samping pemakaian obat memerlukan waktu untuk menetapkan hasilnya. Dalam hal dugaan obat yang menyebabkan gagal ginjal akut pun tidak mungkin diperoleh hasilnya dalam waktu singkat. Berangkat dari sini, doktor lulusan Fakultas Farmasi Unair pada 2000 ini mengimbau, supaya masyarakat mulai jeli dalam membeli maupun mengkonsumsi obat-obatan. Selain itu, Prof Mangestuti mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Tak kalah penting, masyarakat juga perlu melakukan tindakan pencegahan dengan cara tanpa obat kimia. Yakni dengan mengkonsumsi obat herbal. “Pelajaran yang dapat diambil melalui peristiwa ini yaitu selalu berhati-hati dalam memutuskan pemakaian obat apapun. Baik bebas maupun dengan resep. Artinya, (masyarakat harus) membeli di tempat penjualan obat yang berizin. Karena obat yang dijual di tempat tanpa izin berpeluang bermutu di bawah standar dan merusak fungsi organ tubuh, termasuk ginjal,” paparnya. “(Masyarakat perlu) mengikuti dengan sangat seksama petunjuk pemakaian obat. Jangan pernah berpikiran untuk melanggar dengan alasan apapun aturan dan takaran pemakaian obat. Buang di tempat aman obat yang rusak atau kadaluwarsa,” sambung Prof Mangestuti. Mengingat GGAPA menyerang usia anak, dia menganjurkan para orang tua melakukan antisipasi atau tindakan pencegahan dengan cara tanpa obat kimia. Bahkan khusus untuk bayi di bawah usia setahun, pihaknya mengingatkan orang tua untuk jangan pernah mencoba memberikan obat apapun atas keputusan sendiri, tanpa melalui konsultasi dengan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan penanganan terhadap anak berusia di atas setahun, maka para orang tua harus membantu mengenal dengan sangat baik kondisi kesehatan umum anak. Sedikit saja ada gejala yang mencurigakan segera lakukan antisipasi atau lakukan tindakan pencegahan yang terukur. Prof Mangestuti lantas membeberkan sejumlah tips obat herbal yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Terlebih perubahan cuaca membuat banyak orang mudah terserang penyakit. Di antaranya minuman yang bisa membantu mengantisipasi pada musim pancaroba ini yakni, menggosok tubuh dengan obat atau minyak hangat. Kemudian meminum seduhan atau rebusan herbal. Seperti misalnya rebusan jahe, rebusan/kukusan bunga belimbing wuluh. Lalu pada keadaan batuk, dapat meneguk teh atau minuman hangat lain untuk menjaga suhu tubuh. “Suhu tubuh yang terjaga membuat orang tidak mudah sakit. Tidak kalah penting beri makanan bergizi tinggi. Untuk anak, maka susu dan telur adalah syarat mutlak. Selanjutnya banyak minum dan istirahat,” urainya. Khusus menangani masalah pada ginjal, Prof Mangestuti merekomendasikan masyarakat untuk memanfaatkan tumbuhan alang-alang yang dinilainya bisa meredakan demam. "Kalau fungsi ginjal tidak bekerja dengan baik, maka bisa dengan minum rebusan akar alang-alang. Karena rebusan akar alang-alang bisa membantu memperlancar buang air kecil, sehingga membantu turunnya demam,” sarannya. Sementara ditanya mengenai obat gagal ginjal akut progresif atipikal bernama Fomepizole, yang di-carry on oleh Kemenkes RI dari Singapura sebanyak 200 vial, Prof Mangestuti berharap obat tersebut manjur dan dapat dirasakan dampaknya. Terutama dalam menangani pasien bergejala GGAPA. “Saya masih belum banyak mempelajari secara mendetil aktivitasnya sebagai penawar etilen glikol. Namun informasi ilmiah yang saya baca mengatakan demikian khasiatnya. Semoga memang menjadi penawar yang tepat,” tuntasnya. (bin)

Sumber: