Tinjau Kawasan Wisata Religi Ampel, Wawali Surabaya Dapati Taman Jadi Stan

Tinjau Kawasan Wisata Religi Ampel, Wawali Surabaya Dapati Taman Jadi Stan

Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Wali (wawali) Kota Surabaya Armuji memastikan bahwa Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya terus berupaya melakukan penataan terhadap kawasan wisata religi Sunan Ampel. Namun begitu, pemkot masih harus bekerja ekstra. Sebab, Armuji mendapati ada banyak permasalahan yang mesti diselesaikan. Hal ini sebagaimana hasil pantauannya ketika melakukan sidak di lokasi. "Saya mendapat banyak laporan dari warga. Ketika saya datang ke lokasi, ada beberapa permasalahan. Salah satunya yakni, adanya alih fungsi secara sepihak yang semula taman lalu dijadikan stan baru tanpa ada konfirmasi dengan pimpinan maupun sosialisasi dengan pedagang sebelumnya," kata Armuji, Jumat (30/9). Armuji lantas meminta agar stan tersebut dibongkar. Lalu dikembalikan fungsinya seperti semula. Sebab, Armuji ingin para peziarah nantinya merasa nyaman saat mengunjungi kawasan wisata religi Sunan Ampel. "Jangan sampai perbuatan segelintir orang merusak citra baik Kota Surabaya," tegas Cak Ji, sapaan akrab Armuji. Selain itu, saat menemui para pedagang dan pengunjung, Armuji mendapati banyak pengunjung yang resah gegara mahalnya retribusi toilet umum. Semula Rp 2.000, kini naik menjadi Rp 4.000. Juga para pedagang yang mengeluhkan tingginya biaya untuk pengambilan kartu kontrol sebesar Rp 200.000 per stan. Dan yang paling memprihatinkan, Armuji juga mendapat aduan mengenai sejumlah oknum pegawai Dinas Perhubungan (dishub) Surabaya, yang diduga melakukan pungli di kawasan parkir bus yang dikelola oleh dishub tersebut. "Kita pastikan permasalahan ini nantinya dapat segera dituntaskan," ujarnya. Armuji menegaskan bahwa program penataan kawasan wisata religi Sunan Ampel akan terus berlanjut tahun ini. Salah satunya, Pemkot Surabaya berencana membangun jalur pedestrian untuk mempermudah akses peziarah. Adapun pembangunan trotoar ini, kata Armuji, menyesuaikan lokasi pembangunan. Nantinya trotoar di kawasan cagar budaya akan berbeda dengan jalur pedestrian di jalan raya. Perbedaan itu akan dikuatkan dengan pemasangan lampu dan ornamen yang temanya menyesuaikan dengan bangunan-bangunan lawas. "Pembangunan fisik sudah dilakukan tapi manusianya juga harus punya kesadaran. Orientasinya adalah melayani yang terbaik jangan mencari keuntungan," pesan Cak Ji. (bin)

Sumber: