Suami Pergi Entah ke Mana, Wanita Cantik Dilamar Pria (2)

Suami Pergi Entah ke Mana, Wanita Cantik Dilamar Pria (2)

Toni banyak berubah. Malasnya minta ampun. Ini sangat berbeda dibanding dulu saat pacaran. Mawar tertarik kepadanya ya karena keuletan dia dalam bekerja. Ibu muda ini sempat berpikir negatif begini: apakah kemalasan Toni disebabkan dia telanjur nyaman karena segala kebutuhan dipenuhi keluarga Mawar? Sebab meski hidup serba pas-pasan, keperluan sehari-hari mereka masih bisa dipenuhi hasil olah tani ayah Mawar pada sebidang kecil lahan warisan. Atau ada faktor lain? Sebab, Mawar merasakan pada waktu-waktu terakhir Toni dekat dengan tetangga mereka, sebut saja Kemala. Gadis ini bekerja di Surabaya yang kebetulan sedang liburan pulang kampung. Tapi masa iya? Tiba-tiba Toni menawarkan alternatif pindah ke Surabaya. Biar tambah wawasan, katanya. Tentu saja Mawar senang. Hatinya berbunga-bunga. Tapi bagaimana mencari nafkah? Ternyata Toni punya kenalan dan sanggup mencarikan pekerjaan. Akhirnya Mawar, anak, dan suaminya boyongan ke Surabaya. Terjadi tangis-tangisan ketika mereka berpamitan. “Kami kos di Tegalsari, sampai sekarang,” kata Mawar. Toni tidak pernah memperkenalkan siapa temannya dan mengajaknya ke kos-kosan. Walau begitu, janji mencarikan kerja Toni benar-benar dipenuhi. Pada hari kedua di Kota Pahlawan, Toni sudah mulai bekerja. Kerjanya malam, mulai pukul 20.00 hingga pukul 05.00. Toni langsung dikasih dua setel seragam. Warna hitam. Memakainya, Toni tampak gagah dan berwibawa. Entah berapa gaji suaminya, Mawar tak tahu persis. Ngasihnya tidak mesti. Yang pasti cukup untuk hidup sederhana. Mungkin karena sudah bekerja, gaya hidup Toni pun berubah. Sudah tidak malas-malasan lagi. Kadang bahkan jauh lebih awal dari jadwal atau pulang amat-amat terlambat. Mawar tidak mempersoalkan hal itu, karena pernah mempersoalkan sekali-dua kali, namun Toni menjawabnya agak kurang berkenan, “Ya begini ini kerja di kota besar. Harus mau berperang dengan waktu. Kalau perlu berperang dengan nyawa. Kamu diam saja di rumah, yang pent ing kebutuhanmu dan anakmu aku yang penuhi.” Sejak itu Mawar tidak pernah mempersoalkan sepak terjang suaminya. Mawar juta tidak pernah tahu dan tidak pernah bertanya di mana Toni bekerja. Yang penting, batin dia, kebutuhan keluarga terpenuhi. Tidak bisa dipungkiri, lambat laun penghasilan Toni makin besar, besar, dan besar. Mereka tidak lagi bertempat tinggal di kamar kos yang sempit. Sudah pindah ke rumah kontrakan seperti keluarga normal pada umumnya. Lokasinya masih tetap di Tegalsari, hanya beda gang. Dalam waktu singkat Mawar bahkan bisa memenuhi kekosongan ruang-ruang di rumahnya dengan banyak benda. Ada tempat springbed, ada kulkas, televisi LED, dll, dsb, dst. “Risikonya, Mas Toni jadi semakin jarang di rumah,” kata Mawar. Akhir-akhir ini Mawar merasakan Toni kembali berubah. Sikapnya yang selama ini cuek menjadi semakin cuek. Toni juga sering pulang dalam keadaan mabuk. (jos, bersambung)  

Sumber: