Yayasan Esa Khatulistiwa Kenalkan Budidaya Sorgum ke Petani
Mojokerto, Memorandum.co.id - Kemitraan Yayasan Esa Khatulistiwa, ITS Surabaya dan PT Multi Bintang Indonesia Tbk menggelar sosialisi potensi budidaya Sorgum di Mojokerto, Selasa (30/8). Sosialisasi budidaya Sorgum menjadi alternatif dampak perubahan iklim mulai dirasakan oleh petani di Mojokerto, di mana lahan-lahan tadah hujan yang belum terlayani irigasi sudah mengalami kekeringan. Sarasehan dengan tema “Ketahanan Pangan dan Keanekaragaman Hayati Sorgum” melibatkan pemerintah daerah, peneliti, pengusaha, dan petani. Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu lumbung pangan nasional. Namun, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, penurunan jumlah hari hujan di Mojokerto menyebabkan penurunan luas panen padi sekitar 3,2% sejak 10 tahun terakhir. Selain itu, krisis global yang tengah berlangsung menyebabkan minimnya stok bahan pangan impor seperti gandum. Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo memilih sorgum, sagu dan singkong sebagai substitusi pengganti gandum yang tengah krisis stok akibat perang Rusia dan Ukraina. Airlangga juga mencatat, saat ini pemerintah tengah mendorong kapasitas luasan lahan untuk penanaman tumbuhantumbuhan tersebut. Sejak Oktober 2021, Yayasan Esa Khatulistiwa bermitra dengan ITS dan MBI untuk melakukan ujicoba pengembangan budidaya tanaman sorgum di Mojokerto sebagai upaya intensifikasi dan diversifikasi komoditas pangan guna menjaga stabilitas pangan nasional. Sorgum menjadi tanaman yang dipilih karena dapat diusahakan pada lahan kering dan memiliki potensi untuk mensubstitusi peranan beras sebagai bahan pangan pokok atau mensubstitusi peranan tepung terigu atau tepung gandum sebagai bahan baku produk makanan olahan. “Di Multi Bintang Indonesia, kami menyadari bahwa keberlanjutan lingkungan tidak hanya berbicara mengenai pelestarian alamnya saja, melainkan keterlibatan masyarakat sekitarnya. Kami melihat program pengembangan sorgum memiliki potensi besar sebagai solusi kreatif dan inovatif untuk mengoptimalkan sumber daya dan melibatkan komunitas lokal dalam upaya peningkatan stabilitas pangan dan penyelamatan keaneragaman hayati,” ujar Ika Noviera, Direktur Hubungan Korporasi Multi Bintang Indonesia Sepanjang 2021-2022, kemitraan ini sudah berhasil melakukan ujicoba dengan empat jenis varietas sorgum, yaitu KD4, Numbu, Kawali dan Bioguma di lahan seluas 2,5 Ha di Kec. Trawas, Kec, Ngoro, Kec, Dawarblandong, Kec. Jatirejo dan Kec. Kemlagi. Program tersebut masih memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan, di mana lahan kering di Mojokerto masih cukup luas, yakni sekitar 18 ribu Ha. Mukhammad Muryono, Ph.D, Dosen ITS Surabaya Departemen Biologi mengatakan, tanaman sorgum dipilih karena beberapa keunggulan yang dimiliknya, di antaranya kemampuan sorgum beradaptasi di lahan kering, di mana tanaman lain seperti jagung dan kedelai tidak bisa tumbuh. Jika dilakukan dengan dengan prosedur yang benar, tanaman sorgum bisa dipanen hingga sebanyak tiga kali dalam satu kali penanaman sehingga bisa jadi cukup profitable bagi petani. Sarasehan dihadiri oleh sekitar 50 orang dari beberapa perwakilan pemangku kepentingan di Mojokerto, antara lain DPR RI fraksi PPP, Pemerintah Kabupaten Mojokerto, akademisi, Aliansi Air, dan organsasi lingkungan, serta Gapoktan yang terlibat di Mojokerto. Selain itu, juga digelar seremoni panen perdana budidaya sorgum pada saat yang bersamaan. “Konsolidasi antar stakeholder perlu dibangun agar tanaman sorgum bisa menjadi salah satu komoditas yang dapat dikembangkan dan bernilai ekonomi yang berkelanjutan bagi petani lokal di Mojokerto,” ujar Sriyanto, Manager Program Yayasan Esa Khatulistiwa. “Kami berharap dengan adanya sarasehan ini, budidaya sorgum dapat dikembangkan dengan lebih intensif melalui pembinaan teknologi budidaya hingga pasca panen, pengembangan jaringan pasar, dan terciptanya regulasi pemerintah daerah yang mendukung,” tutupnya. (war)
Sumber: