Sentuh 23,5 Persen, Stunting di Jatim Masih Tinggi
Surabaya, Memorandum.co.id - Tingginya angka stunting di Jawa Timur masih menjadi perhatian kalangan legislator di DPRD Jawa Timur. Data terakhir di bulan Juni 2022 diketahui bahwa prevalensinya masih cukup tinggi, yakni 23,5 persen. Sementara pemwrntah pusat mentarget terendah menyentuh 14 persen. Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, Hj Wara Sundari Renny Pramana mengatakan, faktor perekonomian dan perawatan bayi sejak dalam kandungan tetap jadi penyebab utama tingginya angka tersebut.“Kemiskinan bukan jadi faktor utama. Tapi ada juga faktor salah pola asuhnya. Itu menjadi pekerjaan rumah kita untuk sosialisasi pencegahan stunting,” kata politisi senior PDI Perjuangan. Bendahara PDI Perjuangan Jawa Timur ini mengatakan faktor salah pola asuh bisa meliputi pemenuhan nutrisi yang tidak diberikan pada bayi secara lengkap. Khususnya, pada 1.000 hari pertama kehidupan juga menjadi permasalahan tingginya stunting di Jawa Timur. Untuk menekan tingginya stunting di Jawa Timur, melalui program Pemberian makanan tambahan (PMT). Upaya ini untuk meningkatkan status gizi anak. "Peningkatan secara maksimal yang harus dilakukan Pemprov dalam meningkatkan status gizi pada anak khususnya sampai tingkat desa," jelasnya. Peningkatan status pemberian gizi pada anak khususnya sampai tingkat desa, kata Wara, diharapkan angka prevalensi di Jawa Timur bisa turun."Prevalensi stunting tahun 2022 harus turun setidaknya tiga persen melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran, serta didukung data sasaran yang lebih baik dan terintegrasi," tandasnya. Stunting di Jawa Timur pada tahun 2022 angka prevalensinya masih cukup tinggi, yakni 23,5 persen. Angka tertinggi terdapat di Kabupaten Bangkalan sebesar 38,9 persen, sementara terendah di Kabupaten Mojokerto 6,9 persen dari keseluruhan di Jatim. (day)
Sumber: