Derita Guru Bergelar Master Bersama 2 Anaknya (6-habis)

Derita Guru Bergelar Master Bersama 2 Anaknya (6-habis)

Mardan melanjutkan kisah yang terjadi di keluarga kerabatnya itu. Keesokan harinya Rini ingin membicarakan masalah ini secara terbuka dengan Jamal. Namun, saat dirinya bangun kerinan pada pukul 05.30, Jamal sudah tidak ada di rumah. Rini selama ini selalu bangun pukul 02.00, atau paling lambat pukul 03.00, untuk menegakkan Tahajud yang dua tahun belakangan rutin dijalankan tanpa bolong sekali pun. Akhirnya Rini pasrah. Membiarkan biduk rumah tangganya mengarungi samudera kehidupan tanpa nakhoda. Rini bersepakat dengan anak-anaknya untuk bekerja sama melewati ombak-ombak tinggi dan badai tanpa mengeluh. Rinilah yang lantas memomosisikan diri sebagai pengendali biduk agar bisa terus melaju. Di sekolah, isu kedekatan Rina dengan suami Bu Rini semakin santer terdengar. Bu Fatimah mencoba menghibur Bu Rini, namun perempuan berjilbab tersebut malah membuat jarak. Tidak disangka, Bu Fatimah malah mengirimkan foto Jamal dengan Rina keluar dari sebuah hotel di kawasan kantor pemkot dan DPRD. Di bawah foto tersebut Bu Fatimah memberi penjelasan; Saya tidak memfitnah suami Bu Rini. Tapi kenyataannya Pak Jamal memang ada hubungan khusus dengan murid kita, Rina. Harap Bu Rini waspada. Rini langsung menghapus foto dan pesan dari Bu Fatimah tadi. Rini sudah tahu semua tanpa perlu urusan dan diurusi orang lain. Biarlah ini jadi masalah keluarga dan hanya Allah yang turut campur sebagai pemilik takdir dan pembolak-balik hati manusia. Rini mencoba bersabar. Berjalan di atas rel yang dijabarkan dalam firman-firman-Nya di Alquran dan dicontohkan manusia terbaik Muhammad shalallahu alaihi wassalam melalui sunah Rasul-nya. Banyak rintangan yang dianggap sebagai ujian peningkatan derajat di mata Ilahi. Karena itu, semua bisa dirasakan ringan oleh Rini dan anak-anaknya. Rini mampu mendidik kedua buah hatinya menjadi lebih dewasa dan lebih realistis melalui kehidupan. Demikian juga menyikapi Jamal yang suatu hari meminta waktu khusus Rini. “Aku akan menikahi Rina,” kata Jamal tanpa tedeng aling-aling. To the point. Tanpa mau tahu perasaan sang istri. Rini yang sudah mempersiapkan diri menghadapi apa pun yang bakal terjadi menanggapinya dengan enteng. Ringan, seperti atlet angkat berat disuruh mengusung jatah beras untuk masyarakat miskin. Jamal tampak tidak percaya terhadap sikap Rini. Juga, ketika Rini memberikan syarat agar Jamal bisa menikahi Rina. “Ceraikan aku. Setelah semuanya beres, silakan melakukan apa pun yang Mas Jamal mau. Satu lagi, anak-anak harus ikut aku.” Jamal tidak mampu berkata-kata lagi. Tidak menyangka Rini bisa setegar itu. “Soal harta gono-gini, itu urusan pengadilan. Biar mereka yang memutuskan. Kalaupun tidak mendapatkan apa-apa, aku rela. Tapi itu tidak mungkin. Allah pasti punya hitungan sendiri.” Kalimat ini benar-benar mak-jleb menusuk dada Jamal. Tidak lama setelah itu Jamal pamit. Entah ke mana. Rini tidak tahu dan tidak mau tahu. Berhari-hari tidak pulang. Pada minggu kedua, datang surat panggilan dari pengadilan agama. Proses perceraian Jamal vs Rini berlangsung cukup lama. Sampai akhirnya ada vonis hakim, Rini memutuskan pindah ke Mojokerto, mendekati rumah kedua orang tuanya. Rini membeli tanah di sana, mendirikan rumah sederhana dan hidup bersama kedua anaknya. “Rini mengaku sudah nyaman. Walau begitu, dia tidak menutup kemungkinan untuk membina rumah tangga baru,” kata Mardan. (jos, habis)  

Sumber: