Memorandum Bisa Mendinginkan Suasana

Memorandum Bisa Mendinginkan Suasana

Surat Kabar Harian (SKH) Memorandum saat ini lebih bagus dan harus dipertahankan. Mempertahankan itu lebih berat daripada membangun dari nol dan dapat dipercaya oleh masyarakat hingga mendapatkan verifikasi dari Dewan Pers. Apabila terpeleset sedikit, maka hilang kepercayaan masyarakat terhadap SKH Memorandum. Untuk itu, lebih baik membangun dari nol hingga dipercaya daripada mempertahankan kepercayaan tersebut. Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Antonius Agus Rahmanto SIK MSi mengatakan, tentunya untuk mempertahankan semuanya, SKH Memorandum harus mengedepankan sisi jurnalis yang profesional dan lebih ditingkatkan lagi. "Kalau masalah bisnis media saya tidak mengetahuinya," kata Agus. Apalagi saat ini SKH Memorandum sudah ada online dan namanya juga sama  yaitu memorandum.co.id. Tentunya orang berharap akan mendapatkan pemberitaan yang sama tentang pemberitaan di online maupun yang di media cetak. "Bila ngomong nanti akan mematikan cetak, tidak kalau dikelola dengan baik," tandas mantan alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 2000 ini.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="right" withids="" displayby="tag" orderby="rand"] Seiring perkembangan media, banyak media online bermunculan. Banyak juga yang belum "terverifikasi", dalam arti pembuatan beritanya tidak rutin, sehingga akan tenggelam dengan sendirinya. Karena berbicara perkembangan media online, namanya online itu harus pada saat itu (update) beritanya dan juga bisa dipahami oleh masyarakat. Bukannya cetak terlambat, tapi bagaimana penerapan konsep yang berbeda lagi antara keduanya dari sisi pemberitaan. "Jangan malah berita di online hanya sampingan. Saran saja agar media online bisa dikelola dengan baik, kalau memang hanya untuk penyeimbang sebaiknya online ada sisi bedanya dari media cetak atau malah sebaliknya," saran Agus. Memang dibutuhkan pengorbanan. Apabila tidak mau berkorban harus pilih salah satu, antara online SKH Memorandum dan cetak agar sejalan. Jika tidak maka sangat disayangkan dengan nama baik SKH Memorandum. "Sangat disayangkan, hanya gara-gara pemberitaan tidak seimbang antara cetak dan online, nama SKH Memorandum jadi hancur. Intinya online SKH Memorandum harus seimbang, harus sama seperti berita cetaknya dari sisi pemberitaan," kritik Agus. Pandangan Agus, lebih baik berita cetak dinaikkan ke online dari pada di online, tapi beritanya sepotong-potong. Jadi orang yang membaca akan bingung. Bila tidak lengkap beritanya seperti di cetak, mendingan tidak usah dinaikkan di online tidak apa-apa. "Saya tidak tahu dari segi bisnis karena ini masalah internal di SKH Memorandum. Akan tetapi saran dan kritik tetap diperlukan demi kebaikan SKH Memorandum ke depan," tandas dia. Karena apa, nama online dan cetak SKH Memorandum sama. Dan masyarakat tahunya adalah media SKH Memorandum. Online harus update, cepat dalam pemberitaan. Kalau tidak mau hancur lebih baik ganti namanya jangan Memorandum tapi nama lain, tapi pada intinya tujuan pemberitaan sama. "Memorandum malah terbalik, pemberitaan duluan cetak daripada di online akhirnya menjadi basi beritanya karena sudah lebih dulu baca di online lain," tandas dia. Sebagai orang awam, penikmat jurnalis harus tahu seketika pemberitaan terkini. Orang butuh online karena belum sempat duduk manis baca koran. Itulah maknanya online. Menurut Agus, online harus lebih update daripada cetak. "Tidak usah takut. Malahan pemberitaan di cetak harus lebih dalam lagi mengupas isi berita karena banyak waktu sebelum masuk cetak. Kalau online seketika ditulis apa yang dilihat dan didengar lalu dinaikkan tanpa ada kupasan-kupasan yang dalam seperti di cetak," tandas Agus.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="left" withids="" displayby="tag" orderby="date"] Menurut Agus, wartawan cetak lebih hebat dari pada online karena mengupas pemberitaannya lebih dalam. Yang memainkan peran ini redakturnya untuk mengupasnya. Masalah waktu dan sumber daya manusia (SDM), harus membedakan cetak dan online. Saya membaca lebih detail dari cetak, sedangkan online beritanya pendek-pendek. Tapi tidak apa-apa karena menyambi mencari data di lapangan. Peran redaktur untuk menghemat waktu, bisa mengambil berita di online sambil menunggu update data yang kurang. "Saya hanya berharap SKH Memorandum bisa merangkul kami. Pemerintah bukan musuh masyarakat dan media. Kami butuh media untuk publish yang bisa mendinginkan suasana. Kami tidak sepakat media yang ikut mengompori tapi di SKH Memorandum tidak dan dibilang netral," kata Agus. Agus menjelaskan, sampai saat ini, kondisi Jatim dingin karena andilnya dari SKH Memorandum. Mengapa, semua kegiatan yang dilakukan butuh publikasi dan klik dengan SKH Memorandum. Selama ini tidak pernah ditutupi dan direkayasa, faktanya ada dan beritanya tidak provoktif. "Ini yang kami dapatkan dari SKH Memorandum dan sepertinya ada ikatan batin dengan Polri," pungkas Agus. (rio/fer/gus)

Sumber: