Derita Guru Bergelar Master Bersama 2 Anaknya (2)
Rini dan temannya tidak bisa beriringan menuju sekolah. Kesemrawutan lalu lintas memaksa Rini berada di belakang Fatimah. Rini memang kalah lincah dari Fatimah yang warwer menerobos celah-celah kemacetan. Rini penasaran. Sesampai di sekolah, dia mencari Fatimah. Tapi, yang dicari tidak ada. Hanya terlihat tasnya tergeletak di ruang guru. Di kantin juga tidak ada. Padahal, jam mengajar masih sekitar 20 menit lagi. Saat mau balik ke ruang guru, Rini melihat Fatimah berbicara serius dengan kepala sekolah. Ada apa? Sampai bel jam pelajaran pertama berdenting, tidak ada tanda-tanda kemunculan Fatimah. Rini makin penasaran. Jam pelajaran dilalui Rini tanpa bisa fokus. Begitu pula jam pelajaran kedua dan ketiga. Baru pada jam istirahat, Rini bisa menemui Fatimah. “Ada apa Bu Fatim? Aku kok penasaran,” kata Rini berterus terang. “Bu Rini sudah tahu siapa Rina?” “Ya, murid kita.” “Bukan itu maksud saya.” “Lalu?” “Perilaku Rina di luar sekolah!” tandas Fatimah. Rini menggeleng. Penuh tanda tanya. Fatimah mengambil napas panjang. Setelah menoleh ke kanan dan ke kiri, Fatimah berbisik di telinga Rini. “Rina itu murid nakal,” kata Fatimah seolah-olah berbisik lirih, tapi suaranya didengar seluruh ruang. Semua guru menoleh. Fatimah lantas menyeret Rini keluar ruang guru. Pindah masuk ruang UKS. “Bu Rini tidak takut Rina bersama suami Ibu?” kata Fatimah. “Maksud Bu Fatim?” tanya Rini penasaran. Wajahnya lholhak-lholhok seperti tulup dikethek. Fatimah mendekatkan diri ke Rini. “Tadi malam aku melihat suamimu bersama Rina,” tandas Fatimah. Plong. Hati Rini lega, tenyata Fatimah hanya mau menceritakan itu. Dia sempat khawatir ada kabar negatif soal muridnya terlibat kasus kriminal. Sebab, saat ini banyak anak sekolah yang lepas kontrol. Suka mabuk-mabukan. Suka main judi. Bahkan, terjerat narkoba dan prostitusi. Rini kemudian menceritkan kejadian selepas kegiatan sekolah tadi malam. Bahwa suaminya sengaja diminta mengantar Rina pulang karena ban motornya gembos. “Kasihan kalau harus ngojek malam-malam. Takut terjadi sesuatu,” kata Rini kepada Fatimah sebagaimana ditirukan Mardan. Saat Rini hendak melangkah keluar, Fatimah mencegah dengan memegangi lengan temannya itu. “Jam berapa suami Njenengan pulang?” tanya Fatimah seperti masih ingin memastikan bahwa ada sesuatu antara suami Rini dan Rina. (jos, bersambung)
Sumber: