Prostitusi Kaki Jembatan Suramadu Jadi Fenomena Gunung Es

Prostitusi Kaki Jembatan Suramadu Jadi Fenomena Gunung Es

Surabaya, Memorandum.co.id - Aktivitas terselubung dunia prostitusi di Kota Pahlawan merupakan fenomena gunung es. Di mana tidak nampak di permukaan, namun kejadian itu ternyata lebih banyak dan tidak terkontrol. Dekan FISIP Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), Sucahyo Tri Budiono menyampaikan, munculnya tempat-tempat ekonomi baru yang juga dimanfaatkan sebagai ajang prostitusi terselubung sangat mungkin terjadi. Sucahyo menyebut sebagai fenomena gunung es. Lanjut Sucahyo, fenomena gunung es menunjukkan di permukaan secara umum terlihat normal. Namun faktanya banyak yang tidak terlihat dan lebih tidak terkontrol. “Pada waktu penutupan (lokalisasi) diharapkan menghilangkan praktik prostitusi, harus ada perhatian lapangan kerja. Yang terjadi yang hilang lokalisinya. Prostitusinya masih ada,” tegas Sucahyo. Ia menyebutkan jika ditempatkan sebagai profesi, aktivitas prostitusi adalah profesi tertua di dunia. “Yang terjadi yang dibubarkan lokalisasi atau prostitusi,” tutur Sucahyo. Karena itu, pakar sosial Universitas Wijaya Kusuma Surabaya ini mendorong setiap kebijakan penataan masyarakat harus diberikan solusi yang tepat. Bukan hanya solusi bentuknya pendampingan. Namun juga menata mentalitas masyarakat sampai benar-benar mandiri. Karena yang dihadapi meruoakan problem sosial. Tentunya terkait, baik secara mental, sosial, bahkan mandiri ekonomi. “Tujuannya agar masyarakat tidak kembali ke aktivitas lama. Karena itu, program pemerintah harus berkesinambungan,” tutur Sucahyo Tri Budiono. Dia menyebutkan peran pemerintahan terendah harus dilibatkan. Seperti di tingkat RT/RW ataupun kelurahan atau kecamatan melakukan pengawasan terhadap lingkungan terkec di masyarakat. Juga mendorong peranan peraturan daerah lebih kuat. Sebagai produk hukum Pemerintah Kota Surabaya. “Regulasi perda harus lebih terkini. Mengatur masyarakat untuk tertib,” tegas Sucahyo. Dirinya melihat, pascapenutupan lokalisasi beberapa belas tahun lalu. Kini pemerintah kesulitan melakukan penyuluhan bahaya AIDS dan penyakit sosial lainnya. “Karena tidak terlokalisir,” ujar dia. Sekarang pemerintah menghadapi problem sosial lebih pelik. Karena problem sosial bercampur dengan teknologi canggih. Dunia prostitusi saat ini menurut Sucahyo tidak ada sèkmen kelas. Mereka berpraktik offline dan online punya konsumen tersendiri. “Didukung hotel bebayar yang terjangkau. Kontrol sosial tidak ada, menjadi masalah serius di kota metropolis saat ini,” tutup Sucahyo. (day)

Sumber: