Main Malam dan Korelasi Dukungan, Persebaya Harus seperti Gadis Cantik

Main Malam dan Korelasi Dukungan, Persebaya Harus seperti Gadis Cantik

  Laga perdana kandang Persebaya ketika menjamu Persita di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Senin (1/8/2022) malam tidak sesuai ekspektasi panitia pelaksana (panpel) pertandingan. Ya, meski sukses mendapatkan 3 poin perdana, namun dari segi pendapatan panpel Persebaya jelas merugi. Mengingat, Bonek yang hadir di GBT dalam catatan panpel hanya 4.500 orang. Padahal kapasitas seat GBT setelah direnovasi adalah 48.806. Jumlah suporter terendah terakhir kali dicatat panpel ketika Persebaya menjamu Barito Putera di Liga 1 musim 2019 sebanyak 9.127 orang.   Sekretaris Persebaya Ram Surahman menyebut, sepinya dukungan suporter dalam hal ini Bonek lantaran jam pertandingan yang tidak relevan. Bermain di hari Senin yang merupakan jam kerja tidak ideal bagi Persebaya. Sebab, banyak pekerja yang akhirnya malas datang ke Stadion karena keesokan harinya harus kembali beraktifitas. Di tambah lagi main malam. Lengkap sudah penderitaan panpel. Meski tidak dijelaskan berapa kerugian panpel pertandingan, namun dengan estimasi harga sewa Stadion GBT yang cukup mahal plus dukungan keamanan maka laga kandang Persebaya kemarin ibarat laga “buang sial” karena sebelumnya dikalahkan Persikabo 0-1. Panpel jelas harus memeras otak dan keringat lebih agar jadwal kandang Persebaya bisa dimainkan di akhir pekan dan sore hari. Upaya itu sebenarnya sudah dilakukan panpel dengan mengirim surat kepada PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi. Namun, tampaknya upaya Persebaya juga dijawab LIB dengan pertimbangan stasiun televisi juga sponsor laga prime time yang mempunyai kebebasan dalam memilih jadwal jam tayang yang ideal bagi mereka.   Ideal bagi official patner broadcaster dan sponsor memang selalu bersingunggan dengan pihak klub. Umumnya, pihak klub hanya bisa legowo menerima jadwal yang diberikan LIB. Umumnya lagi, jadwal yang dibagikan seringkali tidak memuaskan klub.   Tapi, bukankah di kompetisi hal itu sering terjadi? Ibaratnya, keputusan sebaik dan seideal apapun pasti tidak akan memuaskan semua pihak. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan pihak klub utamanya Persebaya? Yang terbaik adalah memainkan semua pertandingan dengan permainan secantik-cantiknya hingga pihak LIB akhirnya mau merubah keputusan bahwa Green Force layak selalu bermain di jam prime time atau utama. Juga bermain di akhir pekan.   Memoles Persebaya menjadi “gadis cantik” tentu tidak mudah. Persebaya yang selalu ditunggu golnya. Persebaya yang selalu ditunggu permainan indahnya. Kekompakannya, permainan menghiburnya hingga membuat gemuruh seluruh Stadion. Diperlukan kerja sama semua pihak. Termasuk Bonek, sebagai suporter fanatik yang jelas memengaruhi pendapatan klub. Apalagi musim ini Persebaya lebih banyak mengandalkan pemain-pemain jebolan klub internal PSSI Surabaya. Sekali lagi diperlukan kerja keras semua pihak untuk meyakinkan suporter umumnya bahwa meski Persebaya lebih banyak diperkuat pemain lokal namun kualitas tetap terjaga sehingga korelasi dukungan di Stadion tidak lagi njomplang. Nama besar Persebaya jelas dipertaruhkan. Kita hanya bisa menunggu ketika Persebaya menjamu tim tetangga Madura United yang kini dalam performa terbaiknya 14 Agustus nanti. Apakah Bonek akan memenuhi Stadion GBT? Semoga. (*)    

Sumber: