Buku Kerawangan Kebraon Terdapat Saluran, Kini Jadi Pertokoan

Buku Kerawangan Kebraon Terdapat Saluran, Kini Jadi Pertokoan

Surabaya, memorandum.co.id - Riwayat hilangnya saluran yang menjadi jalur utama pembuangan air masyarakat di Jalan Kebraon V, Kelurahan Kebraon, Kecamatan Karangpilang, masih misteri. Kelurahan Kebraon tengah memastikan status saluran tersebut, yang kini beralih menjadi lahan kosong hingga pertokoan. Lurah Kebraon Zainul Abidin menjelaskan bahwa saluran selebar lebih dari 5 meter itu tergambar di buku kretek kelurahan, namun tidak tercatat. Panjangnya ratusan meter hingga ke timur Jalan Raya Mastrip. “Saluran tergambar, tapi tidak tercatat. Karena yang dicatat di buku kerawangan hanya persil saja,” ujarnya, Senin (11/7). Rencananya, Kelurahan Kebraon akan mengkomunikasikan hal ini bersama Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Surabaya. Zainul mengaku belum mengetahui secara persis riwayat hilangnya saluran itu. Sebab, peralihan saluran terjadi sudah lama. Karena itu, pihaknya berusaha menggali informasi ke dinas terkait. Termasuk, memastikan saluran tersebut apakah tercatat di dalam data DSDABM Surabaya. “Kita belum tahu itu. Rabu besok kita ada rapat di DSDABM, nanti akan kita sampaikan hal tersebut,” katanya. Kendati demikian, Zainul tak memungkiri bahwa dulunya wilayah Kebraon didominasi persawahan. Sehingga banyak saluran irigasi. Lambat laut, saluran irigasi tersebut berubah. Banyak yang diuruk. Tak ayal, saluran utama di sekitar Jalan Kebraon V ikut hilang. “Saluran memang vital. Dulunya saluran di sini (Kebraon) itu irigasi, karena banyak sawah. Seiring berkembangnya zaman, ada salah satu developer yang masuk. Lalu dialihfungsikan dari lahan pertanian menjadi perumahan. Otomatis banyak perubahan,” jelasnya. Sebelumnya, sejumlah warga dan tokoh masyarakat berbondong-bondong wadul ke kantor Kelurahan Kebraon pada Jumat (8/7). Mereka mempertanyakan hilangnya saluran air selebar lebih dari 5 meter di sekitar Jalan Kebraon V. Saluran air tersebut ditemukan sudah diuruk, lalu menjelma menjadi lahan kosong hingga pertokoan. Akibatnya, selain merugikan negara, pengurukan itu juga menyebabkan banjir di kawasan perumahan Kebraon dan sekitarnya. Terutama jika hujan lebat. “Kita tahu persis dulu itu saluran air utama perkampungan, lebarnya lebih dari 5 meter, sekarang sudah tidak ada. Kita menduga itu sengaja dimatikan, makanya jadi lahan kosong lalu sebagian di atasnya berdiri pertokoan,” kata Abdul Mujib, tokoh masyarakat yang yang berusia 70-an ini. Pengurukan saluran air utama tersebut juga disesalkan oleh warga Kebraon yang lain. Salah satunya Sumono, warga RT 2/RW 3. Dia pun mendesak lurah dan camat setempat untuk menelusuri riwayat saluran itu. “Pengurukan itu jelas menyalahi aturan, karena saluran itu sudah ada sejak lama dan menjadi milik negara yang keberadaannya harus dijaga. Selain itu, gara-gara saluran tersebut hilang, membuat Kebraon dihantui banjir bertahun-tahun,” kata Sumono. (bin)

Sumber: