Digadaikan Rp 400 Ribu, Camat dan Lurah Tebus KTP dan KK Inggar Susana

Digadaikan Rp 400 Ribu, Camat dan Lurah Tebus KTP dan KK Inggar Susana

Surabaya, memorandum.co.id - Hidup serba kekurangan membuat Inggar Susana, warga Gundih, Kecamatan Bubutan, berpikir keras. Perempuan berusia 42 tahun ini pun sampai harus menggadai KTP dan KK miliknya ke koperasi dekat rumah. Hal itu dilakukan demi menghidupi kedua putranya, MC (16) dan DV (13), yang masih membutuhkan intervensi selama mengenyam pendidikan. Suami Inggar, Zainal Airifn dibui karena kasus narkoba. Putra sulung Inggar, Ericko (23), tengah direhab akibat kecanduan barang terlarang. Fakta tersebut sangat pahit dirasakan oleh Inggar, namun harus dihadapi dengan tegar. Kini, dia banting tulang untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehari-hari. Kisah Inggar mulai didengar oleh Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Jajaran Kelurahan Gundih dan Kecamatan Bubutan lantas turun melakukan outreach ke kediaman Inggar Susana, Senin (27/6). Camat Bubutan Kartika Indrayana mengatakan, pihaknya akan melakukan sejumlah intervensi terhadap Inggar, yang menetap bersama kedua putranya di rumah sempit berukuran 2x4 meter di bilangan Babadan. "Saya bersama jajaran kecamatan dan kelurahan sudah turun langsung melihat kondisi Bu Inggar di rumahnya. Kami akan mengintervensi beliau. Salah satunya kami bantu tebus KTP dan KK yang tergadaikan selama Rp 400 ribu,” ucap Kartika. Pihaknya memastikan akan mendampingi Inggar Susana mengambil KTP dan KK yang digadai di koperasi terdekat pada Selasa (28/6). Uang yang dipergunakan tersebut diambil dari kantong pribadi camat dan lurah setempat. “Di kecamatan tidak ada anggaran, karena itu pakai uang pribadi kami dan bu lurah. Informasinya digadaikan di semacam koperasi swasta. Rencananya besok petugas dari kelurahan atau kecamatan mendampingi. Supaya betul-betul terambil,” tandasnya. Selain itu, Kecamatan Bubutan juga berkoordinasi dengan pendamping program PKH Kemensos. Inggar Susana akan diusulkan kembali untuk mendapatkan bantuan sosial BPNT dan PKH. Sebab, sudah 1,5 tahun lebih keluarga Inggar tak menerima bantuan tersebut. Terlebih, keluarga Inggar termasuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). “Untuk kedua anak Ibu Inggar, kami akan ikutkan pelatihan sablon dan memasak di bulan Agustus. Kalau nanti ada Rumah Padat Karya di Bubutan, juga tak menutup kemungkinan Ibu Inggar akan kami gandeng. Namun saat ini, beliau sudah bekerja, banyak pekerjaan yang dapat dilakukan olehnya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” jelas Kartika. Sedangkan untuk rumah tinggal Inggar, akan diusulkan untuk masuk ke dalam program bedah rumah melalui Baznas Surabaya dan Rutilahu. Seperti diketahui, Inggar sudah menetap dan menjadi warga Surabaya selama lebih dari 17 tahun. Dia tinggal di gang sempit sekitar kawasan Babadan. Rumahnya berukuran 2x4 meter. Tak ada kamar. Yang ada hanya sepetak ruang tamu yang dikelilingi perabotan lusuh. Di sana, Inggar tidur bersama kedua putranya. Di atas kasur hasil sumbangan tetangga. Namun manakala hujan deras mengguyur, Inggar cepat-cepat bangun dan terpaksa ngeringkesi kasurnya. Sebab, atap rumahnya bocor hebat, bahkan mulai keropos hampir roboh. “Kami usulkan agar rumahnya masuk bedah rumah melalui Baznas dan program Rutilahu,” tuntas camat. (bin)

Sumber: