Penyembuh Alternatif yang Terjebak Dunia Paranormal (1)
Tir Podo Irenge, Sir Podo Senenge; Pernikahan pun Terjadi Oleh: Yuli Setyo Budi, Surabaya Keluarga Anik (35, samaran) cukup terpandang. Suaminya, sebut saja Abiyasa (40), dikenal sebagai penyembuh alternatif. Dia tidak mau disebut paranormal, apalagi dukun. Abiyasa juga dipercaya pandai membaca nasib seseorang. Setiap hari rumah mereka di kawasan Lakarsantri selalu ramai. Ada saja yang datang minta tolong. Baik penderita penyakit medis maupun nonmedis. Para tamu itu hanya diraba-raba tubuhnya, didiagnosis penyakitnya, lalu ditawari air mineral botolan 1,8 liter. Abiyasa tidak menarif jasanya, hanya menjual air mineral tadi Rp 20 ribu per botol. Sebelum menyerahkan air botol tadi, Abiyasa membuka tutupnya dan meniupkan doa. Tangannya digerakkan seperti mengumpulkan tenaga dalam dan mendorongnya masuk ke dalam botol. “Begitulah cara kerja suamiku,” kata Anik di ruang tunggu Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Kalimat tadi menjawab pertanyaan Memorandum mengapa dia berada di PA dan mengapa, dst, dll, dsb. “Sudah lama suami Mbak punya kepandaian seperti itu?” tanya Memorandum. “Ngakunya sih sejak kecil. Warisan dari neneknya yang tinggal di lereng Penanggungan, Mojokerto.” Anik menjelaskan bahwa dia mengenal Abiyasa saat kos dan bekerja di pabrik sepatu Mojokerto. Abiyasa juga bekerja di tempat yang sama sebagai kepala gudang. “Di tempat kerja kami, Mas Abi sering menawarkan diri membantu teman yang mengeluh sakit. Dia mengaku punya tenaga dalam yang bisa mengobati sakit yang diderita teman-teman,” kata Anik. Anik sendiri termasuk satu di antara puluhan teman yang merasakan keajaiban tangan Abiyasa. Dia mengeluh sering sakit kepala. “Kepalaku hanya diusap-usap. Lalu dia menarik napas panjang dan meniupkan udaranya di ubun-ubun. Memang ajaib, saya yang hampir setiap hari perasa pusing, sejak itu tidak pernah kambuh.” Yang minta tolong kepada Abiyasa semakin hari semakin banyak. Karena tidak bisa melayani meraka di tempat kerja, Abiyasa memberi kesempatan teman-teman yang mengeluh sakit untuk datang ke tempat kosnya di sekitar pabrik. Abiyasa tidak pernah meminta imbalan. Walau begitu, dia menerima berapa pun tanda terima kasih yang diberikan kepadanya. “Aku yang satu kos-kosan dengan Mas Abi sering membantu. Akhirnya tir podo irenge, sir podo senenge. Kami pun menikah.” Itu terjadi sekitar 15 tahun silam. Ternyata yang datang minta tolong semakin banyak. Tidak hanya teman kerja, melainkan juga tetangga dan orang-oran jauh. Sampai antre. Banyak juga yang datang tapi tidak untuk kesembuhan dirinya sendiri, melainkan untuk saudara atau keluarga di rumah. Mereka membawa sebotol besar air dan minta agar air tersebut didoai serta disaluri tenaga dalam. Pengakuan para tamu, cara seperti ini ternyata sama ampuhnya dengan bila yang sakit datang sendiri. Memang tidak bisa sekali datang langsung sembuh, kadang membutuhkan beberapa kali kedatangan. “Mas Abi pernah berkata kepadaku, selama dia mematuhi petuah-petuah nenek, ilmunya akan terus berkembang. Banyak sekali yang harus dilakukan dan dilarang,” kata Anik. Yang harus dilakukan, antara lain, rutin menjalankan salat wajib lima waktu, puasa Senin-Kamis, dan bersedekah setiap hari. Sedangkan yang dilarang, antara lain, berbohong, meminta-minta, dan berzina. (bersambung)
Sumber: