Cicipi Tahu Campur Kalasan, Djarot Syaiful Hidayat: Ngangeni

Cicipi Tahu Campur Kalasan, Djarot Syaiful Hidayat: Ngangeni

Surabaya, memorandum.co.id - Melengkapi kunjungannya ke Surabaya, Ketua DPP Bidang Ideologi dan Kaderisasi PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menyempatkan diri untuk berkuliner. Mantan Wagub DKI Jakarta ini mengaku kangen dengan masakan khas Kota Pahlawan. Karena itu, mumpung berada di metropolis, Djarot memutuskan untuk hunting tahu campur. Pilihan Djarot untuk mencicipi makanan berlemak ini jatuh pada tahu campur Kalasan H Abd Mahfud yang berada di Jalan Kalasan, Tambaksari. Menurutnya, rasa tahu campur Kalasan sudah teruji. Petisnya tak ada duanya. Karenanya, tanpa berlama-lama, Djarot bergegas menuju Kalasan ditemani oleh Ketua DPC PDI-P Surabaya Adi Sutarwijono. ”Tahu Campur Kalasan memang spesial. Saya kangen dengan tahu campur, sehingga menyempatkan untuk mampir. Saya suka karena perpaduan rempah-rempahnya Indonesia banget,” ujar Djarot, Senin (6/6). Sesampainya di lokasi, Djarot bernostalgia dengan kenangannya. Dulu, Djarot kerap menikmati tahu campur Kalasan. Sudah berkali-kali mampir, bahkan tak terhitung jumlahnya. Anggota DPR RI itu rupanya menjadi langganan tahu campur Kalasan sejak sebelum menikah dengan sang istri, Happy Djarot. “Dulu sering banget mampir sini, sejak sebelum menikah. Setelah menikah pun sering bareng-bareng sama keluarga ke sini. Istri dan anak saya juga suka tahu campur ini. Selain makan di tempat, kita sering bungkus untuk dibawa pulang,” ungkapnya. Djarot memang pernah tinggal lama di Surabaya. Itu ketika dirinya menjadi dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Dia juga pernah menjadi anggota DPRD Jatim. “Sehingga kuliner di Surabaya ini saya banyak hafal, mulai dari bebek, rujak cingur, rawon, dan sebagainya,” ujar alumnus Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada ini.. Mengenakan jaket berwarna hitam dengan kaus berkerah warna merah, Djarot tampak melahap tahu campur legendaris tersebut. Dia mengaduk kuah dengan paduan bumbu petis dan sambal pedas. Ada daging sapi, tahu, mie kuning, selada, hingga tauge bercampur menjadi satu. Djarot menikmati tahu campurnya dalam kondisi hangat. “Petisnya ini spesial banget, top markotop. Ngangeni,” ujarnya. ”Kita harus nguri-uri kuliner khas semacam ini. Indonesia begitu kaya kuliner, dengan bumbu-bumbu yang khas dan sangat unik. Bahkan meski satu jenis masakan, di tiap daerah bisa berbeda-beda corak penyajian, bumbu, dan rasanya,” imbuh mantan Wali Kota Blitar itu. Seperti diketahui, Djarot tiba di Surabaya untuk menghadiri peringatan Hari Lahir Bung Karno. Bung Karno lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901, ketika fajar menyingsing. Proklamator Indonesia itu lahir di sebuah rumah kecil, di perkampungan Pandean. Djarot lantas menyinggung soal buku Mustika Rasa, buku setebal lebih dari 1.000 halaman yang mendokumentasikann resep berbagai masakan dari seluruh penjuru Nusantara. Penyusunan buku itu atas inisiasi Presidenn Soekarno. ”Jadi Bung Karno sejak dulu itu sudah punya kesadaran bahwa kekayaan rempah Indonesia bisa menghasilkan kekayaan kuliner yang begitu luar biasa, yang bisa menggerakkan ekonomi lokal, dan menjadi bagian dari sosio-kultural yang mengiringi gerak perubahan masyarakat,” papar Djarot. Sementara itu, Ketua DPC PDIP Surabaya yang juga Ketua DPRD Surabaya, Adi Sutarwijono menambahkan, beragam kuliner telah mampu menghidupi gerak masyarakat Kota Pahlawan. Dalam rangkaian Hari Lahir Bung Karno, PDIP Surabaya juga menggelar aksi memasak 20 resep dalam buku Mustika Rasa. ”Kami melibatkan ibu-ibu di perkampungan padat penduduk di tempat Bung Karno dilahirkann dan di tempat Bung Karno menempa diri ketika indekos di rumah tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto. Kuliner-kuliner itu bukan hanya sangat memikat lidah, tetapi juga menjadi sarana konsolidasi kultural di mana warga memasak untuk kemudian dinikmati bersama,” tutur Adi. (bin)

Sumber: