Dengar… Dengarlah…

Dengar… Dengarlah…

  Oleh : Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Hari ini, 31 Mei 2022, hari bahagia buat Kota Surabaya. Tepatnya 729 tahun lalu kota ini memulai fungsinya sebagai sebuah kota. Gak usah dibayangkan bentuk kota seperti apa kala itu, sudah pasti tidak seperti saat ini yang orang bilang sebagai metropolitan. Bentuk kota (mungkin) masih sangat belantara. Mungkin pula “wajahnya” masih sangat belantara seperti tertulis di situs-situs sejarah kota ini. Banyak cerita dan legenda melekat pada kota ini. Banyak pula sejarah terukir di kota yang pada dekade kemerdekaan disebut “Kota Pahlawan”. Semua berjalan sesuai zaman dan eranya. Tegasnya, menyoal kota terbesar kedua di Indonesia, kini serba ada. Apa pun ada di kota ini, mengikuti kemajuan negeri dan dunia yang masuk pada era digitalisasi. Berbagai kondisi pernah menghiasi Surabaya. Sejak sebelum kemerdekaan hingga globalisasi. Sejak wali kota pertama, Radjamin Nasution (Pebruari 1942-September 1942, sumber: Wikipedia), hingga Wali Kota Eri Cahyadi yang kini memimpin, Surabaya sudah menjadi pusat perhatian dunia. Pembangunan demi pembangunan terlihat di sana-sini. Pembangunan fisik, psikologis, sampai pembungunan mental spiritual nyata terlihat. Jejak pembangunannya terlihat sampai pelosok kota dan pinggir-pinggir kota. Semua berkat kerja keras dan kebijakan-kebijakan para pemimpin sebagai wujud kemajuan bangsa. Pada usia yang tidak bisa dikatakan muda lagi itu, tantangan demi tantangan telah mampu dilewati. Kebahagiaan demi kebahagiaan didapatkan. Tak hanya itu, prestasi demi prestasi banyak diukir kota tercinta kita ini. Prestasi kelas reguler, nasional, bahkan prestasi kelas internasional pun diraih. Semua terbuktikan sebagai karya nyata ketangguhan menejerial kota ini. Dengan demikian, kualitas maupun profesionalitas manajerial kota ini tak perlu diragukan. Tapi, sudah cukupkah saat ini Kota Surabaya disebut kota yang maju? Apalagi kemajuan hakiki untuk kemaslahatan warganya? Bahkan, kemajuan yang beresensi ikut memajukan negara ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia? Nah, menjawab pelbagai pertanyaan ini, satu jawaban pasti; kota ini tak pernah sepi dari kritik. Siapa pun pemimpin kota ini, bak asam garam mendapatkan kritik tajam dan pedas dari berbagai kalangan, termasuk media Memorandum yang kini memiliki memorandum.co.id. Meski baru seusia jagung, memorandum.co.id yang tahun ini berulang tahun ke-4 tepatnya 23 Mei 2018 tetap terus berkomitmen ikut memajukan Kota Surabaya. Paling tidak, kontribusi yang diberikan memorandum.co.id terus tetap memegang nilai profesionalisme dan menjunjung tinggi etika jurnalistik ikut mengawal pembangunan-pembangunan di Kota Surabaya dengan tetap kritis sesuai marwah media, indenpenden dan bertanggung jawab. Untuk itu, dalam rangka ikut merayakan HUT Ke-729 Kota Surabaya dan HUT Ke-4 memornadum.co.id, tema yang diangkat “Surabaya Hebat, Memorandum.co.id Semakin Kuat”.(*)

Sumber: