Perjalanan Biduk Rumah Tangga Lelaki Mbeling (3)
Ingin Poligami bak Ayah dan Mertua
Rudi mengaku heran kenapa tertarik kepada Kenanga. Kenyataannya dia biasa-biasa saja. Nggak begitu cantik, tapi—harus diakui—memang menarik. Entah apanya itu. Jujur saja, Rudi mengaku membanding-bandingkan Kenanga dengan istrinya di rumah. Wiwid memang cantik, tapi sikapnya yang dingin-dingin saja, yang seiring waktu menyebabkan Rudi kehilangan feeling. Sebaliknya, keterbukaan Kenanga mampu menyedot perhatian. Gadis ini memang lincah dan pandai bicara. Pertemuan yang intens dengan Kenanga menimbulkan obsesi tersendiri di benak Rudi. Dia ingin mewarnai hidup dengan kehadiran Kenanga di sisinya. Rudi ingin poligami. Pemikiran ini bukan tanpa pertimbangan, sebab ada dua sosok sentral yang dia teladani. Ayahnya sendiri memiliki lebih dari satu istri. Dua. Demikian juga ayah mertuanya. Ustaz Ahmad bahkan memiliki tiga istri, seperti almarhum Ustaz Arifin Ilham. Berkaca dari mereka, Rudi berkeyakinan obsesinya mempersunting Kenanga tidak akan terkendala. “Sejak itu aku mulai melakukan pendekatan kepada Kenanga. Seperti aku duga, dia tidak menolak ketika kutawari menjadi istri kedua. Syaratnya ada restu dari Wiwid,” kata Rudi, yang mengaku waktu itu sangat yakin keinginannya tersebut juga bakal disetujui Wiwid. Tapi sebelum minta izin Wiwid, Rudi ingin minta pertimbangan ayahnya. Pada suatu hari, disampaikanlah isi hatinya. “Kau yakin?” tanggap ayahnya, Azis. “Yakin, Bah.” “Tapi, Abah tidak yakin Wiwid bakal merestui.” Kata Rudi, ayahnya berkata bahwa Wiwid adalah perempuan tertutup. Dia tidak mudah mengutarakan isi hati. Tapi karena dibesarkan di lingkungan Islami, Wiwid bakal berusaha bersikap Islami walau itu bertentangan dengan isi hati. “Misal, walau dalam hati tidak setuju dirinya dipoligami, namun karena ajaran agama memperbolehkan hal itu, maka dengan terpaksa dia akan memberikan restu apabila kamu minta izin kawin lagi,” kata Rudi menirukan nasihat ayahnya. Mendengar itu, Rudi bertafakur cukup lama. Dia tidak bisa memungkiri bahwa cintanya kepada Wiwid sangat besar. Mungkin jauh lebih besar dari Stadion Bung Tomo. Tapi, di sisi lain, hati kecilnya berkata bahwa dia ingin dekat juga vs Kenanga. Apabila keinginan ini tidak diwadahi dalam ikatan suci, Rudi khawatir suatu saat terjerumus ke hal-hal yang tidak baik. Kekhawatiran ini wajar bila tebersit di benak Rudi. Sebab, suatu saat dia pernah mengalami sesuatu yang membuat hatinya berdesir. Hatinya bertalu-talu seperti genderang perang ditabuh. (jos, bersambung)Sumber: